Kamis, 24 Agustus 2017
Bacaan
Alkitab: Nehemia 13:10-13
Maka seluruh orang Yehuda membawa lagi persembahan persepuluhan dari pada
gandum, anggur dan minyak ke perbendaharaan. (Neh 13:12)
Persepuluhan di dalam Alkitab (13): Pentingnya Kesetiaan
Jika kita memperhatikan ayat-ayat
mengenai persepuluhan di dalam Perjanjian Lama mulai kitab Kejadian hingga
kitab Nehemia ini, sebenarnya ada 2 pola yang berlaku, yaitu sebelum adanya
hukum Taurat, dan setelah adanya hukum Taurat. Sebelum hukum Taurat,
persepuluhan belum diatur oleh suatu hukum, sehingga Abraham dan Yakub memberikan
persepuluhan bukan atas dasar suatu hukum tertentu, tetapi atas suatu dorongan
dalam hatinya untuk memberikan persepuluhan tersebut (walaupun Yakub ternyata
juga hanya mengucapkan janji persepuluhan dan tidak dicatat dalam Alkitab
apakah ia sudah melakukannya atau belum).
Namun setelah hukum Taurat diberikan
kepada bangsa Israel yang waktu itu dipimpin oleh Musa, maka hukum itu pun
menjadi mengikat bagi orang Israel. Dalam hal ini perlu ditekankan bahwa hukum
Taurat hanya mengikat bagi orang Israel dan tidak boleh dijadikan suatu hukum
yang mengikat juga bagi orang Kristen. Jika ada pendeta yang berpendapat: “Kan persepuluhan
diatur di dalam hukum Taurat di Perjanjian Lama, sedangkan Perjanjian Lama itu kan
juga bagian dari Alkitab, makanya tetap kita harus lakukan”, maka ia harus
konsisten mengajarkan hukum Taurat lainnya seperti melakukan hari Sabat,
memberikan korban-korban bakaran, makan domba Paskah, dan lain sebagainya.
Jangan kita hanya mengambil satu bagian dari hukum Taurat dan menjadikannya
sebagai suatu kewajiban bagi orang-orang yang hidup di Perjanjian Baru,
sementara bagian hukum Taurat yang lain tidak dilakukan. Jika demikian, maka
kita akan dipandang bersalah terhadap hukum Taurat (Yak 2:10).
Jadi, sebenarnya bagi orang Israel,
persembahan persepuluhan itu memang mengikat. Kita juga harus ingat betul
konteks persembahan persepuluhan bagi orang Israel adalah dari hasil tanah dan
hasil ternak. Jadi selama bangsa Israel memiliki tanah dan ternak, maka mereka
pun wajib memberikan persembahan persepuluhan itu, yang akan mereka serahkan
kepada orang Lewi supaya memenuhi kebutuhan mereka sehari-hari sehingga mereka
dapat melayani Tuhan dengan maksimal.
Namun demikian, Alkitab mencatat salah
satu kelemahan bangsa Israel yang sering terjadi dan berulang kembali, yaitu
mereka hanya “panas” di awal dan kemudian semangat mereka mulai memudar. Mereka
hanya setia ketika diingatkan dan ditegur Tuhan (bisa oleh suara nabi, perintah
raja, atau karena musuh yang datang mendekat). Namun setelah keadaan menjadi
aman, maka mereka mulai tidak setia melakukan ibadah mereka. Baru saja Nehemia
mengajak bangsa Yehuda untuk kembali kepada Tuhan dan kembali mempersembahan
persembahan persepuluhan kepada Tuhan di Nehemia pasal 10, maka hanya berselang
3 pasal, yaitu di Nehemia pasal 13, ditemukan fakta di lapangan bahwa sumbangan-sumbangan
bagi orang-orang Lewi tidak pernah diberikan oleh rakyat (ay. 10a). Akibatnya, orang-orang
Lewi yang seharusnya bertugas melayani pekerjaan Tuhan, pada akhirnya kembali
bahkan lari ke ladangnya (ay. 10b).
Salah satu penyebabnya adalah karena
tidak ada penguasa yang berani tegas mengingatkan rakyat. Nehemia sebenarnya bukanlah
penguasa rakyat Yehuda atau Yerusalem pada waktu itu. Ia juga masih harus
menjalankan kewajibannya sebagai pembawa minuman raja Persia sehingga ia tidak
bisa berlama-lama berada di Yerusalem. Oleh karena itu ketika Nehemia kembali
lagi ke Yerusalem dan melihat kondisi bahwa orang Lewi ditelantarkan, maka ia
sangat menyesali para penguasa di Yerusalem, dan berkata kepada mereka: “Mengapa
rumah Allah dibiarkan begitu saja?” (ay. 11a).
Jelas bahwa para penguasa Yerusalem
pada waktu itu bukanlah penguasa yang baik. Mungkin saja mereka sibuk mengurus
hal-hal lain sehingga rumah Allah menjadi terabaikan. Padahal sebenarnya
Nehemia sudah meletakkan dasar yang baik dan para penguasa tersebut tinggal
meneruskan apa yang sudah dimulai oleh Nehemia. Namun demikian, harus diakui
bahwa para penguasa Yerusalem telah lalai dalam melakukan hukum Taurat
khususnya dalam hal persembahan persepuluhan ini. Akibatnya, Nehemia terpaksa
harus turun tangan lagi dengan cara mengumpulkan orang-orang Lewi tersebut dan
mengembalikan pada tempatnya (yaitu tempat pelayanan mereka yang seharusnya)
(ay. 11b).
Maka, orang Yehuda kemudian datang lagi
dan membawa kembali persembahan persepuluhan mereka yang terdiri dari gandum,
anggur, dan minyak ke dalam perbendaharaan (yaitu disimpan di bilik-bilik rumah
Tuhan) (ay. 12). Jadi ayat 12 ini lebih tepat dikatakan sebagai ayat yang
menunjukkan bahwa bangsa Yehuda memang cenderung tidak setia melakukan perintah
Tuhan. Sejarah membuktikan bahwa bangsa Israel dan Yehuda memang cenderung
sering meninggalkan Tuhan seiring berjalannya waktu. Itulah sebabnya Tuhan
sering mengutus nabi-nabi-Nya untuk mengingatkan orang Israel dan Yehuda.
Ketika nabi tersebut masih hidup, orang Israel dan Yehuda bisa bertobat. Namun
jika nabi tersebut sudah tidak ada, mereka biasanya akan kembali ke dosa-dosa
mereka.
Oleh karena itu, Nehemia sadar bahwa ia
harus membangun suatu sistem supaya persembahan-persembahan yang menjadi hak
orang-orang Lewi harus tetap berjalan meskipun ia tidak ada. Hal ini penting
supaya orang Lewi tidak kembali ke rumahnya untuk mencari nafkah, tetapi supaya
mereka bisa fokus dalam melayani Tuhan sesuai dengan tugas dan tanggung jawab
mereka. Kita dapat melihat hal tersebut dari apa yang dilakukan Nehemia, yaitu
menunjuk sejumlah orang untuk mengelola persembahan bagi orang Lewi tersebut.
Alkitab menulis bahwa Nehemia
mengangkat imam Selemya dan Zadok yang merupakan ahli kitab sebagai pengawas
perbendaharaan (ay. 13a). Nehemia tidak percaya lagi kepada imam Elyasib yang
tidak mengelola persembahan persepuluhan dengan benar sehingga membiarkan Tobia
orang Amon bisa sampai memiliki bilik di rumah Tuhan. Nehemia menunjuk imam
yang baru yaitu imam Selemya beserta Zadok yang merupakan ahli kitab, supaya
mereka berdua bisa mengawasi perbendaharaan rumah Tuhan dengan bijaksana.
Nehemia juga menambahkan seorang lagi
yaitu Hanan bin Zakur bin Matanya untuk membantu mereka berdua, karena
orang-orang tersebut dianggap setia (ay. 13b). Tentu kesetiaan ini tidak bisa
dilihat hanya dari waktu yang singkat. Orang-orang tersebut pastilah telah
teruji dalam waktu yang cukup lama, dan terbukti telah setia dari hal-hal yang
kecil hingga dapat dipercaya untuk hal-hal yang besar. Ketika rakyat Yehuda
banyak yang tidak setia, justru orang-orang ini tetap setia melakukan apa yang
benar sehingga pada akhirnya dipercaya untuk memegang jabatan yang penting
dalam pelayanan di rumah Tuhan, yaitu untuk mengurus pembagian kepada
saudara-saudara mereka sesuai dengan persembahan yang diterima dari rakyat
Yehuda (ay. 13c).
Singkatnya, mereka bertiga menjadi
bendahara dari persembahan rakyat Yehuda. Menjadi bendahara tidaklah mudah. Mereka
harus dapat mengelola persembahan dan membagi-bagikan kepada seluruh orang Lewi
dengan adil dan bijaksana. Mereka harus dapat mengelola dengan benar supaya
pekerjaan Tuhan di Bait Allah tidak terabaikan. Mereka harus bisa mengatur
supaya ibadah di rumah Tuhan tetap berlangsung dengan baik sesuai dengan aturan
dalam hukum Taurat. Mereka tidak hanya dituntut untuk mengumpulkan persembahan
saja, tetapi juga harus mengelolanya sesuai dengan tuntutan hukum Taurat. Tidak
heran Nehemia menambahkan seorang ahli kitab dalam tim tersebut supaya tidak
ada hukum Taurat yang dilanggar.
Memang harus kita akui bahwa uang
adalah hal yang sangat sensitif, tidak hanya di lingkungan gereja, tetapi juga
di manapun juga. Oleh karena itu pentingnya hikmat dalam mengelola keuangan
gereja supaya tetap dapat mendukung pekerjaan Tuhan dengan semaksimal mungkin. Di
sini pentingnya hikmat dan sikap kepemipinan dari seorang pemimpin akan banyak berperan.
Memilih orang untuk menjadi bendahara gereja tidaklah cukup hanya karena
alasan: “Dia dulu pernah membantu saya” atau “Dia dekat dengan saya”. Bahkan
dalam salah satu pedoman kependetaan di sinode gereja saya, disebutkan bahwa
seorang pendeta diharapkan harus segera menunjuk orang lain untuk mengelola
keuangan gereja jika jumlah jemaat telah memadai. Hal ini tentu disebabkan
adanya “kerawanan” apabila keuangan gereja masih dipegang oleh pendeta atau
anggota keluarga pendeta.
Nehemia bisa saja pada saat itu
menunjuk anggota keluarganya untuk mengelola dana persembahan yang diserahkan
oleh rakyat Yehuda. Namun demikian Nehemia sadar bahwa ia harus mengedepankan
profesionalisme dan kesetiaan lebih daripada semangat nepotisme semata. Itulah
sebabnya, Nehemia menjadi salah satu tokoh Alkitab yang nyaris tidak ditemukan
salahnya. Ia tidak memikirkan kepentingannya sendiri tetapi kepentingan rakyatnya,
yang sebenarnya juga adalah kepentingan Tuhan dan kerajaan-Nya. Di situlah kesetiaan menjadi hal yang
penting, karena sangatlah sulit mencari kesetiaan di antara orang-orang yang
tidak setia, sama halnya dengan mencari orang benar di antara angkatan yang
sesat. Berjuanglah untuk setia dalam hal-hal yang kecil, karena suatu saat
nanti, Tuhan akan memakai kita dalam hal-hal atau perkara-perkara yang lebih
besar lagi. Tuhan melihat hati yang setia, dan bukannya kepandaian atau
kecakapan seseorang semata.
Bacaan
Alkitab: Nehemia 13:10-13
13:10 Juga kudapati bahwa sumbangan-sumbangan bagi orang-orang Lewi tidak
pernah diberikan, sehingga orang-orang Lewi dan para penyanyi yang bertugas
masing-masing lari ke ladangnya.
13:11 Aku menyesali para penguasa, kataku: "Mengapa rumah Allah
dibiarkan begitu saja?" Lalu kukumpulkan orang-orang Lewi itu dan
kukembalikan pada tempatnya.
13:12 Maka seluruh orang Yehuda membawa lagi persembahan persepuluhan dari
pada gandum, anggur dan minyak ke perbendaharaan.
13:13 Sebagai pengawas-pengawas perbendaharaan kuangkat imam Selemya dan
Zadok, seorang ahli kitab, dan Pedaya, seorang Lewi, sedang Hanan bin Zakur bin
Matanya diperbantukan kepada mereka, karena orang-orang itu dianggap setia.
Mereka diserahi tugas untuk mengurus pembagian kepada saudara-saudara mereka.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.