Jumat, 25 Agustus 2017

Persepuluhan di dalam Alkitab (14): Bisa Menjadi Suatu Perbuatan yang Jahat



Jumat, 25 Agustus 2017
Bacaan Alkitab: Amos 4:4-5
Datanglah ke Betel dan lakukanlah perbuatan jahat, ke Gilgal dan perhebatlah perbuatan jahat! Bawalah korban sembelihanmu pada waktu pagi, dan persembahan persepuluhanmu pada hari yang ketiga! (Am 4:4)


Persepuluhan di dalam Alkitab (14): Bisa Menjadi Suatu Perbuatan yang Jahat


Sampai dengan saat ini, kita telah belajar bagaimana suatu persembahan persepuluhan dipandang sebagai sesuatu yang baik untuk dilakukan oleh bangsa Israel (10 suku di kerajaan Israel Utara) maupun bangsa Yehuda (2 suku yaitu Yehuda dan Benyamin di kerajaan selatan). Sebagaimana yang tertulis dalam hukum Taurat, persembahan persepuluhan adalah salah satu bentuk ibadah yang dilakukan oleh bangsa Israel dan bangsa Yehuda kepada Tuhan. Namun demikian, dalam kitab Amos, kita melihat bahwa ada semacam kontradiksi, dimana persembahan persepuluhan yang dilakukan oleh bangsa Israel dipandang sebagai suatu perbuatan yang jahat.

Perlu dipahami bahwa kitab Amos ditulis pada masa sebelum kejatuhan kerajaan Israel dan Yehuda. Kitab Amos seringkali menyoroti kejahatan dan ketidakadilan yang terjadi di kedua bangsa tersebut. Kitab Amos sendiri ditulis pada masa raja Uzia (raja Yehuda) dan juuga raja Yerobeam anak Yoas (raja Israel). Pada masa itu kehidupan bangsa Israel dan Yehuda bisa dikatakan cukup tenang, dalam artian tidak ada perang besar pada masa itu. Namun demikian, dalam ketenangan tersebut justru terjadi banyak sekali dosa dan kejahatan di dalam masyarakat pada waktu itu.

Untuk membaca kitab Amos, kita perlu mengerti bahwa Amos menulis sejumlah tulisan untuk bangsa-bangsa tertentu. Ada tulisan yang ditujukan kepada bangsa Israel, kepada bangsa Yehuda, bahkan kepada bangsa-bangsa lain di sekeliling Kanaan. Terkait dengan hal tersebut, bagian bacaan Alkitab kita jelas ditujukan kepada bangsa Israel (bukan kepada bangsa Yehuda). Hal ini terlihat jelas dari judul perikop yang diberikan oleh Lembaga Alkitab Indonesia (LAI) yaitu: “Ibadah orang Israel adalah ibadah jahat”, atau dari ayat-ayat sebelumnya yang menyebutkan Samaria yaitu ibukota kerajaan Israel (kerajaan utara) (Am 4:1).

Apakah ibadah orang Israel yang dipandang sebagai perbuatan jahat? Kita dapat melihat bahwa Amos mengucapkan perkataan di ayat 4 dan ayat 5 dengan nada setengah menyindir. Amos menulis agar bangsa Israel datang ke Betel dan melakukan perbuatan jahat, ke Gilgal dan memperhebat perbuatan jahat (ay. 4a). Mengapa beribadah ke Betel dan Gilgal adalah jahat? Kita perlu mencermati bahwa Betel adalah salah satu kota di kerajaan Israel Utara, dimana raja pertama Israel yaitu Yerobeam (Yerobeam yang ini bukanlah Yerobeam yang hidup di masa Amos hidup) membuat patung lembu jantan dan membuat mezbah di situ (1 Raj 12:28-33). Yerobeam menyebabkan bangsa Israel menjadi berpaling dari Tuhan yang benar dan menyembah lembu jantan tersebut bahkan mempersembahkan korban bagi patung lembu jantan tersebut. Sementara Gilgal sendiri tidak banyak disebut dalam Alkitab Perjanjian Lama sehingga agak sulit menentukan kejahatan apa saja yang terjadi di sana. Namun demikian, dari kitab Hosea kita menemukan bahwa kemungkinan bangsa Israel juga melakukan kejahatan di Gilgal yang hampir sama dengan yang di Betel (yaitu menyembah patung atau dewa lain) (Hos 9:15, 12:12).

Menariknya, Betel dan Gilgal adalah kota atau daerah dengan masa lalu yang luar biasa dalam sejarah bangsa Israel. Betel merupakan tempat dimana Yakub tidur dan bermimpi melihat malaikat naik turun ke surga, sehingga ia menamai tempat itu sebagai Betel, yang artinya “rumah Allah” (Kej 28:11-19). Sementara Gilgal merupakan tempat dimana Yosua mendirikan mezbah bagi Tuhan setelah membawa bangsa Israel menyeberangi sungai Yordan dengan ajaib (Yos 4:1-20). Gilgal juga merupakan tempat dimana Samuel mengurapi Saul sebagai raja pertama Israel (1 Sam 11:15). Betel dan Gilgal juga termasuk dua kota yang sering dikunjungi Samuel untuk memerintah bangsa Israel (1 Sam 7:16).

Namun demikian, Betel dan Gilgal pada zaman Amos sangatlah mungkin berbeda karena menjadi dua tempat dimana bangsa Israel melakukan kejahatan yaitu berpaling kepada allah atau dewa yang lain. Mereka membawa korban sembelihan dan bahkan persembahan persepuluhan ke kota-kota tersebut dimana mereka mempersembahkannya bukan kepada Tuhan tetapi justru kepada patung atau allah lain (ay. 4b). Padahal jika kita melihat peta Alkitab (di bagian belakang Alkitab Terjemahan Baru terbitan LAI), kita akan menemukan bahwa jarak dari Betel dan Gilgal ke Yerusalem sangatlah dekat. Betel dan Gilgal terletak di daerah paling selatan kerajaan Israel Utara, sehingga hanya sedikit lagi pergi ke selatan, maka mereka akan tiba di Yerusalem.

Ingat bahwa pada waktu itu, Yerusalem adalah kota yang dipilih Tuhan untuk mendirikan Bait Suci, dimana mereka harus membawa korban-korban dan persembahan mereka (termasuk persembahan persepuluhan mereka). Jadi, kita bisa semakin mengerti bahwa pada masa Amos, bangsa Israel sungguh-sungguh berbuat yang jahat karena mereka bukan saja tidak membawa persembahan persepuluhan mereka ke rumah Tuhan (yaitu ke Yerusalem di daerah kerajaan Yehuda), tetapi justru menyembah dewa lain dan membawa persembahan persepuluhan mereka kepada dewa tersebut (antara lain di Betel dan di Gilgal). Yang lebih parah lagi, hal tersebut dipandang sebagai suatu hal yang pantas dibanggakan oleh bangsa Israel (ay. 5). Mereka bangga dan suka melakukan hal itu meskipun hal tersebut tidak sesuai dengan hukum Taurat. Dalam hal ini bangsa Israel telah berdosa karena mencampuradukkan ajaran dalam hukum Taurat (yaitu membawa korban dan persembahan) dengan penyembahan kepada dewa-dewa lain selain Tuhan.

Padahal terkait dengan hal ini, Tuhan juga berfirman kepada bangsa Israel supaya mereka mencari Tuhan supaya mereka hidup. Tuhan bahkan mengingatkan supaya mereka tidak mencari Betel dan Gilgal, tetapi mencari Tuhan (Am 5:4-6). Mencari Tuhan di sini juga berarti supaya mereka datang ke Yerusalem dan tidak hanya berhenti sampai di Betel atau Gilgal saja. Bangsa Israel seharusnya meneruskan perjalanan mereka sampai ke Yerusalem supaya dapat membawa persembahan mereka ke rumah Tuhan, yaitu ke tempat yang dipilih Tuhan. Saya yakin bangsa Israel juga mengerti mengenai hukum Taurat yang mengatur mengenai cara beribadah kepada Tuhan dengan benar, tetapi nyatanya mereka memilih untuk melakukan apa yang mereka sukai dan bukan apa yang Tuhan sukai. Mereka lebih mementingkan untuk menyenangkan diri sendiri daripada menyenangkan orang lain. 

Jadi persembahan persepuluhan yang pada awalnya merupakan suatu hal yang baik, suatu perbuatan yang baik bahkan berkenan di hadapan Tuhan, ternyata bisa menjadi suatu hal yang dipandang jahat oleh Tuhan. Jelaslah bahwa persembahan persepuluhan itu memang penting, tetapi kepada siapa bangsa Israel dan Yehuda membawa persembahan tersebut, serta sikap hati mereka dalam membawa persembahan persepuluhan itu juga jauh lebih penting. Percuma seseorang membawa persembahan persepuluhan tetapi mereka ternyata tidak membawanya ke tempat yang benar atau tidak memberikannya kepada Tuhan dengan benar. Percuma juga mereka membawa persembahan persepuluhan tetapi hati mereka masih serong (hal ini akan kita lihat lebih lanjut dalam praktik persembahan persepuluhan di Perjanjian Baru).

Oleh karena itu kita harus belajar dari praktik persembahan persepuluhan yang dilakukan oleh bangsa Israel dan bangsa Yehuda di dalam Alkitab. Persembahan persepuluhan itu tidaklah salah (walaupun kita harus melihat bahwa hal tersebut adalah aturan dalam Perjanjian Lama). Namun demikian persembahan persepuluhan menjadi sesuatu yang salah jika dilakukan tanpa pemahaman yang benar dan tanpa sikap hati yang benar. Amos sendiri sudah mengingatkan bahwa persembahan persepuluhan bangsa Israel adalah jahat di mata Tuhan karena mereka melakukannya bukan bagi Tuhan tetapi bagi diri mereka sendiri (yang ditunjukkan dengan mempersembahkan persembahan tersebut kepada allah lain demi menyukakan diri mereka sendiri). Namun demikian bangsa Israel tidak mau bertobat dari kesalahannya sehingga pada akhirnya mereka diserang dan dihancurkan oleh bangsa Asyur.

Di sini menjadi pelajaran bagi kita supaya ibadah kita jangan sampai menjadi ibadah yang dipandang jahat oleh Tuhan. Mungkin kita berkata: “Lho kan kita juga beribadah di gereja, membawa persembahan ke gereja, bahkan memberikan persembahan persepuluhan di gereja. Mana mungkin itu adalah ibadah yang jahat di mata Tuhan?”. Jawabannya sederhana: apakah kita melakukannya supaya Tuhan disenangkan atau supaya diri kita disenangkan? Apakah kita pernah bertanya kepada Tuhan: Apa yang Tuhan ingin aku lakukan supaya bisa menyenangkan hati Tuhan? Membawa persembahan ke gereja tidaklah salah, tetapi jika kita membawa persembahan dengan sikap hati yang salah, bahkan tidak sesuai dengan hati Tuhan, maka itu adalah perbuatan yang jahat. Sama seperti bangsa Israel yang berbuat jahat dan semakin jahat hingga akhirnya menerima hukuman dari Tuhan. Janganlah kita mengeraskan hati hingga Tuhan menghukum kita. Bertobatlah selagi ada waktu. Bereskan segala dosa, kesalahan, bahkan kemelesetan kita supaya semakin hari kita semakin berjuang untuk bisa sempurna di hadapan-Nya.




Bacaan Alkitab: Amos 4:4-5
4:4 "Datanglah ke Betel dan lakukanlah perbuatan jahat, ke Gilgal dan perhebatlah perbuatan jahat! Bawalah korban sembelihanmu pada waktu pagi, dan persembahan persepuluhanmu pada hari yang ketiga!
4:5 Bakarlah korban syukur dari roti yang beragi dan maklumkanlah persembahan-persembahan sukarela; siarkanlah itu! Sebab bukankah yang demikian kamu sukai, hai orang Israel?" demikianlah firman Tuhan ALLAH.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.