Minggu, 13 Agustus 2017

Persepuluhan di dalam Alkitab (3): Dari Hasil Tanah dan Ternak

Senin, 14 Agustus 2017
Bacaan Alkitab: Imamat 27:30-34
Demikian juga segala persembahan persepuluhan dari tanah, baik dari hasil benih di tanah maupun dari buah pohon-pohonan, adalah milik TUHAN; itulah persembahan kudus bagi TUHAN. (Im 27:30)


Persepuluhan di dalam Alkitab (3): Dari Hasil Tanah dan Ternak


Sekitar 500 tahun setelah Yakub berkata akan memberikan persembahan persepuluhan kepada Tuhan, maka pada waktu itu Tuhan membawa bangsa Israel keluar dari tanah Mesir di bawah pimpinan Musa. Dalam perjalanan dari Mesir kepada tanah perjanjian (tanah Kanaan), bangsa Israel sampai di gunung Sinai, dimana Tuhan memberikan perintah kepada bangsa Israel antara lain 10 hukum (dekalog) dan juga peraturan-peraturan lainnya (ay. 34). Dalam hal ini Tuhan memberitahukan peraturan-peraturan-Nya yang akan menjadi hukum bagi bangsa Israel melalui perantaraan Musa.

Terkait dengan hal tersebut, ada banyak hukum yang diberikan Tuhan kepada bangsa Israel (selain dekalog). Namun hukum  tersebut pada intinya bisa dibagi menjadi 2 kelompok utama: hukum yang mengatur mengenai hubungan bangsa Israel dengan Tuhan (misal dalam hal peribadatan), dan juga hukum yang mengatur menganai hubungan bangsa Israel dengan sesama manusia. Sebenarnya hukum yang kedua ini juga bisa dibagi lagi, antara lain hubungan dengan sesama bangsa Israel dan dengan bangsa-bangsa lain. Dalam hal ini, kita akan belajar mengenai hukum/aturan persembahan persepuluhan yang diberikan Tuhan melalui Musa kepada bangsa Israel.

Jelas bahwa persembahan persepuluhan berarti memberikan sepersepuluh kepada Tuhan. Dalam hal ini bangsa Israel sudah memiliki mekanisme peribadatan, dimana ada ibadah-ibadah kepada TUHAN (YHWH atau Yahweh) dengan segala macam ritual atau liturginya. Hal ini berbeda dengan Yakub yang pada waktu itu tidak jelas bagaimana cara memberikan persembahan persepuluhannya kepada Tuhan. Jika kita perhatikan pasal-pasal sebelumnya, kita akan mengerti bahwa Tuhan sudah memberikan hukum atau aturan mengenai persembahan atau korban bangsa Israel kepada Tuhan, misalnya mengenai korban bakaran, korban sajian, korban keselamatan, dan lain sebagainya. Dalam hal ini kita melihat bahwa mayoritas jenis persembahan/korban yang diberikan bangsa Israel kepada Tuhan adalah hewan/binatang (domba, kambing, lembu, burung) serta hasil bumi (minyak, tepung, dan sebagainya).

Oleh karena itu aturan mengenai persembahan persepuluhan di kitab Imamat 27 ini tentu dalam konteks persembahan yang kudus bagi Tuhan. Dalam hal ini, Tuhan menuntut bangsa Israel memberikan persembahan persepuluhan dari 2 hal yaitu: 1) dari hasil tanah, yaitu hasil benih di tanah (antara lain gandum, jelai) dan juga buah pohon-pohonan (ay. 30); dan 2) dari hasil ternak, yaitu lembu sapi dan kambing domba (ay. 32a). Tentu karena Imamat 27 ini adalah pengantar mengenai persembahan persepuluhan, perikop hanya memberikan gambaran bahwa Tuhan menghendaki bangsa Israel memberikan persembahan persepuluhan kepada-Nya, yang digambarkan dari jenis persembahan persepuluhan dan cara memungutnya. Sedangkan rincian tentang bagaimana mekanisme pengelolaan persembahan persepuluhan itu tidak dijelaskan dalam perikop ini.

Dalam konteks perikop ini, Tuhan sudah menunjuk adanya imam-imam dari keturunan Harun yang melayani ibadah di kemah pertemuan. Artinya segala persembahan atau korban kepada Tuhan harus dibawa ke kemah tersebut. Dalam hal ini, kita akan mencoba membedah satu persatu dari jenis persembahan persepuluhan yang dibawa oleh bangsa Israel.

Jika persembahan persepuluhan yang dibawa adalah dari hasil benih, maka mereka tentu membawa sepersepuluh dari hasil benih tersebut (misal sepersepuluh dari hasil panen gandum mereka) ke dalam kemah pertemuan. Benih sendiri dapat cukup tahan lama sehingga bisa dibawa ke kemah pertemuan dengan risiko kerusakan/busuk yang cukup minimal. Namun jika persembahan persepuluhan yang dibawa adalah hasil buah dari pohon-pohonan, maka, ada risiko buah tersebut akan menjadi busuk. Oleh karena itu, Tuhan juga berfirman jika seseorang mau menebus (membeli kembali) sebagian dari persembahan persepuluhannya itu (dalam bentuk uang), maka ia harus menambah seperlima (ay. 31). Artinya daripada buah yang dibawa menjadi busuk karena perjalanan, maka orang Israel dapat menguangkannya dengan menambah seperlima dari harga persembahan persepuluhan tersebut.

Selanjutnya, ada aturan yang sedikit berbeda dengan persembahan persepuluhan dari hasil ternak. Imamat 27 ini mencatat bahwa persembahan persepuluhan hanya dihitung dari lembu sapi atau kambing domba, dan bukan dari hewan lain seperti ayam, burung puyuh, atau ikan. Pada waktu itu bangsa Israel juga sudah pasti mengenal unggas sebagai makanan mereka. Mengapa unggas (ayam atau burung puyuh) tidak masuk hitungan persembahan persepuluhan di perikop ini? Salah satu kemungkinannya adalah karena mekanisme menghitung sepersepuluh bukan seperti menghitung hasil tanah (misal: sepersepuluh dari hasil panen), akan tetapi cara menghitungnya adalah binatang ke-10 (dan kelipatannya) yang lewat di bawah tongkat gembala waktu dihitung (ay. 32), sehingga agak sulit diterapkan kepada hewan yang bertelur. Alasan lainnya adalah mungkin pada waktu itu bangsa Israel tidak ada yang beternak unggas melainkan sebagian besar beternak hewan mamalia seperti lembu sapi dan kambing domba.

Tentu pada waktu bangsa Israel memberikan persembahan persepuluhan yang pertama kali sejak perintah ini diberikan kepada mereka, mereka bisa mempraktikkan hal ini. Semua ternak dihitung, dan pada hitungan yang kesepuluh (dan kelipatannya) maka itu harus dipersembahkan kepada Tuhan. Tuhan berfirman bahwa bangsa Israel tidak boleh menukarnya (misal: diatur sedemikian rupa sehingga hewan ke-10 adalah hewan yang buruk dan cacat) (ay. 33a). Tetapi jika orang itu menukarnya juga, maka ia harus menukar dengan hewan yang kudus dan tidak boleh ditebus (aturannya berbeda dengan persembahan persepuluhan untuk hasil tanah) (ay. 33b).

Mungkin ada yang berkata, mengapa seolah-olah Tuhan memberikan kelonggaran dengan berkata: janganlah ditukar (ay. 33a), namun kemudian Tuhan berkata: jika orang menukarnya juga (ay. 33b)? Kita bisa memperhatikan konteksnya di ayat-ayat sebelumnya yang juga berbicara tentang persembahan nazar. Alkitab menulis bahwa jika seseorang harus membayar nazar, maka ada aturan dari nilai nazar tersebut (sekian syikal). Dan nilai tersebut bisa merupakan persembahan hewan kepada Tuhan (Im 27:9). Tetapi jika orang tersebut mau mengganti dan menukarnya dengan hewan lain, maka hewan gantinya itu haruslah juga hewan yang kudus. Artinya ia tidak boleh mengganti hewan yang baik dengan hewan yang buruk untuk dipersembahkan kepada Tuhan (Im 27:10). Besar kemungkinan hewan yang ditukar itu adalah hewan yang sejenis, misalkan lembu dengan sapi, atau kambing dengan domba.

Jadi kesimpulannya, memang benar Tuhan memerintahkan bangsa Israel untuk memberikan persembahan persepuluhan kepada Tuhan, namun perlu diperjelas bahwa persembahan persepuluhan tersebut hanya dipungut dari hasil tanah dan hasil ternak, dengan aturan yang sedikit berbeda antar kedua jenis persembahan persepuluhan tersebut. Ingat bahwa pada waktu itu profesi bangsa Israel tidak hanya petani dan peternak (bahkan di padang gurun sangat mungkin belum ada yang menjadi petani). Mereka juga ada yang berprofesi sebagai pedagang, ahli perhiasan, dan lain sebagainya. Namun Tuhan tidak memerintahkan persembahan persepuluhan dari penghasilan bangsa Israel selain dari hasil tanah dan hasil ternak (tidak ada aturan persembahan persepuluhan dari hasil jasa atau hasil dagang).
 
Selanjutnya, bagaimana mekanisme penggunaan persembahan persepuluhan tersebut? Pada waktu itu bangsa Israel sudah memiliki kemah pertemuan yang dilayani oleh para imam. Untuk persembahan persepuluhan dari hasil tanah, ada kemungkinan jika berupa benih maka itu dapat disimpan sebagai bahan makanan bagi para imam. Namun jika berupa buah, jika tidak diuangkan maka itu bisa juga menjadi makanan bagi para imam, dan jika diuangkan maka uangnya harus diberikan kepada para imam. Sehingga sepertinya persembahan persepuluhan dari hasil tanah tersebut tidak dimaksudkan untuk dibakar di hadapan Tuhan.

Namun demikian, untuk persembahan persepuluhan dari hasil ternak, besar kemungkinan persembahan persepuluhan tersebut harus dijadikan korban di hadapan Tuhan, karena bangsa Israel tidak boleh menebusnya dengan  uang. Artinya hewan yang dipersembahkan haruslah tetap hewan (kalaupun diganti dengan yang sejenis). Jika kita perhatikan aturan mengenai persembahan hewan ternak seperti korban bakaran, korban sajian, dan lain sebagainya, ada beberapa korban dimana para imam boleh memakan dagingnya meskipun korban tersebut tetap harus dibakar bagi Tuhan. Namun tujuan utama persembahan hewan ternak adalah untuk dibakar di hadapan Tuhan. Adapun mengenai bagaimana mekanisme penggunaan persembahan persepuluhan akan kita bahas lebih lanjut dalam ayat-ayat selanjutnya mengenai persembahan persepuluhan yang dilakukan oleh bangsa Israel supaya kita lebih mengerti mengenai persembahan persepuluhan di dalam Alkitab dengan lebih komprehensif.


Bacaan Alkitab: Imamat 27:30-34
27:30 Demikian juga segala persembahan persepuluhan dari tanah, baik dari hasil benih di tanah maupun dari buah pohon-pohonan, adalah milik TUHAN; itulah persembahan kudus bagi TUHAN.
27:31 Tetapi jikalau seseorang mau menebus juga sebagian dari persembahan persepuluhannya itu, maka ia harus menambah seperlima.
27:32 Mengenai segala persembahan persepuluhan dari lembu sapi atau kambing domba, maka dari segala yang lewat dari bawah tongkat gembala waktu dihitung, setiap yang kesepuluh harus menjadi persembahan kudus bagi TUHAN.
27:33 Janganlah dipilih-pilih mana yang baik dan mana yang buruk, dan janganlah ditukar; jikalau orang menukarnya juga, maka baik hewan itu maupun tukarnya haruslah kudus dan tidak boleh ditebus."
27:34 Itulah perintah-perintah yang diperintahkan TUHAN kepada Musa di gunung Sinai untuk disampaikan kepada orang Israel.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.