Senin, 14 Agustus 2017
Bacaan
Alkitab: Imamat 27:30-34
Demikian juga segala persembahan persepuluhan dari tanah, baik dari hasil
benih di tanah maupun dari buah pohon-pohonan, adalah milik TUHAN; itulah
persembahan kudus bagi TUHAN. (Im 27:30)
Persepuluhan di dalam Alkitab (3): Dari Hasil Tanah dan Ternak
Sekitar 500 tahun setelah Yakub berkata
akan memberikan persembahan persepuluhan kepada Tuhan, maka pada waktu itu
Tuhan membawa bangsa Israel keluar dari tanah Mesir di bawah pimpinan Musa.
Dalam perjalanan dari Mesir kepada tanah perjanjian (tanah Kanaan), bangsa
Israel sampai di gunung Sinai, dimana Tuhan memberikan perintah kepada bangsa
Israel antara lain 10 hukum (dekalog) dan juga peraturan-peraturan lainnya (ay.
34). Dalam hal ini Tuhan memberitahukan peraturan-peraturan-Nya yang akan
menjadi hukum bagi bangsa Israel melalui perantaraan Musa.
Terkait dengan hal tersebut, ada banyak
hukum yang diberikan Tuhan kepada bangsa Israel (selain dekalog). Namun
hukum tersebut pada intinya bisa dibagi
menjadi 2 kelompok utama: hukum yang mengatur mengenai hubungan bangsa Israel
dengan Tuhan (misal dalam hal peribadatan), dan juga hukum yang mengatur
menganai hubungan bangsa Israel dengan sesama manusia. Sebenarnya hukum yang
kedua ini juga bisa dibagi lagi, antara lain hubungan dengan sesama bangsa
Israel dan dengan bangsa-bangsa lain. Dalam hal ini, kita akan belajar mengenai
hukum/aturan persembahan persepuluhan yang diberikan Tuhan melalui Musa kepada
bangsa Israel.
Jelas bahwa persembahan persepuluhan
berarti memberikan sepersepuluh kepada Tuhan. Dalam hal ini bangsa Israel sudah
memiliki mekanisme peribadatan, dimana ada ibadah-ibadah kepada TUHAN (YHWH
atau Yahweh) dengan segala macam ritual atau liturginya. Hal ini berbeda dengan
Yakub yang pada waktu itu tidak jelas bagaimana cara memberikan persembahan
persepuluhannya kepada Tuhan. Jika kita perhatikan pasal-pasal sebelumnya, kita
akan mengerti bahwa Tuhan sudah memberikan hukum atau aturan mengenai
persembahan atau korban bangsa Israel kepada Tuhan, misalnya mengenai korban bakaran,
korban sajian, korban keselamatan, dan lain sebagainya. Dalam hal ini kita
melihat bahwa mayoritas jenis persembahan/korban yang diberikan bangsa Israel
kepada Tuhan adalah hewan/binatang (domba, kambing, lembu, burung) serta hasil
bumi (minyak, tepung, dan sebagainya).
Oleh karena itu aturan mengenai
persembahan persepuluhan di kitab Imamat 27 ini tentu dalam konteks persembahan
yang kudus bagi Tuhan. Dalam hal ini, Tuhan menuntut bangsa Israel memberikan
persembahan persepuluhan dari 2 hal yaitu: 1)
dari hasil tanah, yaitu hasil benih
di tanah (antara lain gandum, jelai) dan juga buah pohon-pohonan (ay. 30); dan 2) dari
hasil ternak, yaitu lembu sapi dan kambing domba (ay. 32a). Tentu karena
Imamat 27 ini adalah pengantar mengenai persembahan persepuluhan, perikop hanya
memberikan gambaran bahwa Tuhan menghendaki bangsa Israel memberikan
persembahan persepuluhan kepada-Nya, yang digambarkan dari jenis persembahan persepuluhan
dan cara memungutnya. Sedangkan rincian tentang bagaimana mekanisme pengelolaan
persembahan persepuluhan itu tidak dijelaskan dalam perikop ini.
Dalam konteks perikop ini, Tuhan sudah
menunjuk adanya imam-imam dari keturunan Harun yang melayani ibadah di kemah pertemuan.
Artinya segala persembahan atau korban kepada Tuhan harus dibawa ke kemah
tersebut. Dalam hal ini, kita akan mencoba membedah satu persatu dari jenis
persembahan persepuluhan yang dibawa oleh bangsa Israel.
Jika persembahan persepuluhan yang
dibawa adalah dari hasil benih, maka mereka tentu membawa sepersepuluh dari
hasil benih tersebut (misal sepersepuluh dari hasil panen gandum mereka) ke
dalam kemah pertemuan. Benih sendiri dapat cukup tahan lama
sehingga bisa dibawa ke kemah pertemuan dengan risiko kerusakan/busuk yang
cukup minimal. Namun jika persembahan persepuluhan yang dibawa adalah hasil
buah dari pohon-pohonan, maka, ada risiko buah tersebut akan menjadi busuk.
Oleh karena itu, Tuhan juga berfirman jika seseorang mau menebus (membeli
kembali) sebagian dari persembahan persepuluhannya itu (dalam bentuk uang),
maka ia harus menambah seperlima (ay. 31). Artinya daripada buah yang dibawa
menjadi busuk karena perjalanan, maka orang Israel dapat menguangkannya dengan
menambah seperlima dari harga persembahan persepuluhan tersebut.
Selanjutnya, ada aturan yang sedikit
berbeda dengan persembahan persepuluhan dari hasil ternak. Imamat 27 ini mencatat
bahwa persembahan persepuluhan hanya dihitung dari lembu sapi atau kambing
domba, dan bukan dari hewan lain seperti ayam, burung puyuh, atau ikan. Pada
waktu itu bangsa Israel juga sudah pasti mengenal unggas sebagai makanan
mereka. Mengapa unggas (ayam atau burung puyuh) tidak masuk hitungan
persembahan persepuluhan di perikop ini? Salah satu kemungkinannya adalah
karena mekanisme menghitung sepersepuluh bukan seperti menghitung hasil tanah
(misal: sepersepuluh dari hasil panen), akan tetapi cara menghitungnya adalah
binatang ke-10 (dan kelipatannya) yang lewat di bawah tongkat gembala waktu
dihitung (ay. 32), sehingga agak sulit diterapkan kepada hewan yang bertelur.
Alasan lainnya adalah mungkin pada waktu itu bangsa Israel tidak ada yang
beternak unggas melainkan sebagian besar beternak hewan mamalia seperti lembu
sapi dan kambing domba.
Tentu pada waktu bangsa Israel
memberikan persembahan persepuluhan yang pertama kali sejak perintah ini
diberikan kepada mereka, mereka bisa mempraktikkan hal ini. Semua ternak
dihitung, dan pada hitungan yang kesepuluh (dan kelipatannya) maka itu harus
dipersembahkan kepada Tuhan. Tuhan berfirman bahwa bangsa Israel tidak boleh
menukarnya (misal: diatur sedemikian rupa sehingga hewan ke-10 adalah hewan
yang buruk dan cacat) (ay. 33a). Tetapi jika orang itu menukarnya juga, maka ia
harus menukar dengan hewan yang kudus dan tidak boleh ditebus (aturannya berbeda
dengan persembahan persepuluhan untuk hasil tanah) (ay. 33b).
Mungkin ada yang berkata, mengapa
seolah-olah Tuhan memberikan kelonggaran dengan berkata: janganlah ditukar (ay.
33a), namun kemudian Tuhan berkata: jika orang menukarnya juga (ay. 33b)? Kita
bisa memperhatikan konteksnya di ayat-ayat sebelumnya yang juga berbicara
tentang persembahan nazar. Alkitab menulis bahwa jika seseorang harus membayar
nazar, maka ada aturan dari nilai nazar tersebut (sekian syikal). Dan nilai tersebut
bisa merupakan persembahan hewan kepada Tuhan (Im 27:9). Tetapi jika orang
tersebut mau mengganti dan menukarnya dengan hewan lain, maka hewan gantinya
itu haruslah juga hewan yang kudus. Artinya ia tidak boleh mengganti hewan yang
baik dengan hewan yang buruk untuk dipersembahkan kepada Tuhan (Im 27:10). Besar
kemungkinan hewan yang ditukar itu adalah hewan yang sejenis, misalkan lembu
dengan sapi, atau kambing dengan domba.
Jadi kesimpulannya, memang benar Tuhan memerintahkan
bangsa Israel untuk memberikan persembahan persepuluhan kepada Tuhan, namun
perlu diperjelas bahwa persembahan persepuluhan tersebut hanya dipungut dari
hasil tanah dan hasil ternak, dengan aturan yang sedikit berbeda antar kedua
jenis persembahan persepuluhan tersebut. Ingat bahwa pada waktu itu profesi
bangsa Israel tidak hanya petani dan peternak (bahkan di padang gurun sangat
mungkin belum ada yang menjadi petani). Mereka juga ada yang berprofesi sebagai
pedagang, ahli perhiasan, dan lain sebagainya. Namun Tuhan tidak memerintahkan
persembahan persepuluhan dari penghasilan bangsa Israel selain dari hasil tanah dan hasil ternak (tidak ada aturan persembahan persepuluhan dari hasil jasa atau hasil dagang).
Selanjutnya, bagaimana mekanisme
penggunaan persembahan persepuluhan tersebut? Pada waktu itu bangsa Israel
sudah memiliki kemah pertemuan yang dilayani oleh para imam. Untuk persembahan
persepuluhan dari hasil tanah, ada kemungkinan jika berupa benih maka itu dapat
disimpan sebagai bahan makanan bagi para imam. Namun jika berupa buah, jika
tidak diuangkan maka itu bisa juga menjadi makanan bagi para imam, dan jika
diuangkan maka uangnya harus diberikan kepada para imam. Sehingga sepertinya persembahan
persepuluhan dari hasil tanah tersebut tidak dimaksudkan untuk dibakar di
hadapan Tuhan.
Namun demikian, untuk persembahan
persepuluhan dari hasil ternak, besar kemungkinan persembahan persepuluhan
tersebut harus dijadikan korban di hadapan Tuhan, karena bangsa Israel tidak
boleh menebusnya dengan uang. Artinya
hewan yang dipersembahkan haruslah tetap hewan (kalaupun diganti dengan yang
sejenis). Jika kita perhatikan aturan mengenai persembahan hewan ternak seperti
korban bakaran, korban sajian, dan lain sebagainya, ada beberapa korban dimana
para imam boleh memakan dagingnya meskipun korban tersebut tetap harus dibakar
bagi Tuhan. Namun tujuan utama persembahan hewan ternak adalah untuk dibakar di
hadapan Tuhan. Adapun mengenai bagaimana mekanisme penggunaan persembahan
persepuluhan akan kita bahas lebih lanjut dalam ayat-ayat selanjutnya mengenai
persembahan persepuluhan yang dilakukan oleh bangsa Israel supaya kita lebih
mengerti mengenai persembahan persepuluhan di dalam Alkitab dengan lebih
komprehensif.
Bacaan
Alkitab: Imamat 27:30-34
27:30 Demikian juga segala persembahan persepuluhan dari tanah, baik dari
hasil benih di tanah maupun dari buah pohon-pohonan, adalah milik TUHAN; itulah
persembahan kudus bagi TUHAN.
27:31 Tetapi jikalau seseorang mau menebus juga sebagian dari persembahan
persepuluhannya itu, maka ia harus menambah seperlima.
27:32 Mengenai segala persembahan persepuluhan dari lembu sapi atau kambing
domba, maka dari segala yang lewat dari bawah tongkat gembala waktu dihitung,
setiap yang kesepuluh harus menjadi persembahan kudus bagi TUHAN.
27:33 Janganlah dipilih-pilih mana yang baik dan mana yang buruk, dan
janganlah ditukar; jikalau orang menukarnya juga, maka baik hewan itu maupun
tukarnya haruslah kudus dan tidak boleh ditebus."
27:34 Itulah perintah-perintah yang diperintahkan TUHAN kepada Musa di
gunung Sinai untuk disampaikan kepada orang Israel.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.