Jumat, 05 Januari 2018

Mazmur 73 (Ayat 13): Berjuang Mempertahankan Hati yang Bersih



Jumat, 5 Januari 2018
Bacaan Alkitab: Mazmur 73:13
Sia-sia sama sekali aku mempertahankan hati yang bersih, dan membasuh tanganku, tanda tak bersalah. (Mzm 73:13)


Mazmur 73 (Ayat 13): Berjuang Mempertahankan Hati yang Bersih


Ayat 13 ini bisa dikatakan sebagai salah satu titik balik pembahasan di pasal ini. Jika selama ini Asaf menuliskan ciri-ciri orang fasik hingga ayat 12, maka mulai ayat 13 ini Asaf mengubah sudut pandang pembahasan yaitu dari sudut pandangnya sendiri. Ketika melihat kehidupan orang fasik dan kemudian melihat kemujuran orang fasik di dunia, Asaf merasa seakan-akan ia sudah putus asa. Hal tersebut terlihat dari kalimat yang ditulisnya dalam ayat ini dimana ia merasa sia-sia telah mempertahankan hati yang bersih, serta membasuh tangan tanda tidak bersalah.

Dalam hal ini, sikap putus Asaf tentu disebabkan karena orang-orang fasik yang seakan-akan menang dalam pertandingan melawan orang-orang benar. Seakan-akan kefasikan dan kejahatan sedang berjaya sementara kebenaran dan kekudusan sedang “dikalahkan”. Kata “sia-sia” dalam bahasa aslinya adalah רִיק (riyq) yang dapat diterjemahkan sebagai empty (kosong, hampa), to no purpose (tanpa tujuan, dengan sia-sia), in vain thing (dalam kesia-siaan), vanity (kesombongan, keangkuhan, kesia-siaan). Sementara itu kata sama sekali dalam bahasa aslinya adalah אַךְ (ak) yang dapat diartikan sebagai indeed (sesungguhnya, benar-benar, tentu saja), surely (pasti, memang, tentu). Gabungan kedua kata tersebut dapat bermakna bahwa Asaf sungguh-sungguh merasa sia-sia mempertahankan hati yang bersih di hadapan Tuhan, apalagi setelah melihat kehidupan orang-orang fasik.

Kondisi di atas menunjukkan bahwa Asaf bukan sedang berpura-pura. Ia memang benar-benar bergumul akan hasil pengamatannya terhadap realita kehidupan. Asaf sebagai orang yang biasa mengambil bagian dalam pelayanan ibadah bangsa Israel, melihat realita di luar tembok pelayanan yang bertolak belakang dengan apa yang ia pahami selama ini. Dan hal itu sungguh-sungguh menyulitkan hatinya dan menjadi pergumulannya hingga ia menulis Amsal ini.

Asaf berkata bahwa selama ini ia mempertahankan hati yang bersih. Ada 2 kata dalam “mempertahankan hati yang bersih” dalam bahasa aslinya. Kata pertama adalah זִכִּ֣יתִי (zik·kî·ṯî) dari akar kata זָכָה (zakah) yang secara umum bermakna to be clear, clean or pure (membersihkan, menjernihkan, mencerahkan, memurnikan). Sementara itu kata kedua adalah לְבָבִ֑י (lə·ḇā·ḇî) dari akar kata לֵבָב (lebab) yang secara umum bermakna inner man (batin manusia), mind (pikiran, benak), will (keinginan, kehendak), heart (hati, perasaan). Ini menunjuk kepada apa yang ada di dalam batin manusia, yaitu hati atau jiwa manusia (yang di dalamnya terdapat pikiran, perasaan, dan kehendak). Kata lebab ini juga telah digunakan Asaf di ayat 7 untuk menggambarkan kondisi jiwa orang fasik.

Bedanya, jiwa orang fasik di ayat 7 digambarkan sebagai hati yang meluap-luap dengan sangkaan (Mzm 73:7). Orang fasik tidak pernah sedikitpun berjuang untuk menjaga hatinya. Orang fasik mengumbar pikirannya, perasaannya, dan kehendaknya tanpa memikirkan bagaimanakah seharusnya pikiran, perasaan, dan kehendak yang dimiliki oleh orang yang takut akan Tuhan. Sementara itu, Asaf berjuang untuk membersihkan hati atau jiwanya (pikiran, perasaan, dan kehendaknya) supaya berkenan di hadapan Tuhan. Bagian pertama ayat ini dalam Alkitab Terjemahan Baru Bahasa Indonesia yang berbunyi “Sia-sia sama sekali aku mempertahankan hati yang bersih” (ay. 13a) mengesankan bahwa Asaf sudah memiliki hati yang bersih dan berjuang untuk menjaganya tetap bersih. Sementara jika melihat kata bahasa aslinya, saya secara pribadi lebih cenderung setuju dengan Terjemahan Lama Bahasa Indonesia yang menggunakan kata “Sungguh cuma-cuma aku telah menyucikan hatiku”, karena hal ini lebih menggambarkan usaha Asaf untuk terus menerus menyucikan dan membersihkan hatinya dari hal-hal yang jahat atau yang tidak berkenan di hadapan Tuhan. Dalam hal ini Asaf sama dengan kita dan orang-orang lain, termasuk orang fasik sekalipun, bahwa memiliki hati yang suci dan bersih adalah suatu pilihan, dan pilihan itu yang dipilih Asaf tetapi diabaikan oleh orang-orang fasik.

Selanjutnya Asaf berkata bahwa ia membasuh tangannya, tanda tidak bersalah (ay. 13b). Dalam bahasa aslinya, ada 3 kata yang digunakan di sini. Kata pertama adalah וָאֶרְחַ֖ץ (wā·’er·ḥaṣ) dari akar kata רָחַץ (rachats) yang dapat berarti to wash, wash off or away, bathe (mencuci, membasuh, membersihkan, menghilangkan (kotoran), atau mandi). Kata kedua adalah כַּפָּֽי (kap·pay) dari akar kata כָּף (kaph) yang berarti palm (tangan, telapak tangan). Sedangkan kata ketiga adalah בְּנִקָּי֣וֹן (bə·niq·qā·yō·wn) dari akar kata נִקָּיוֹן (niqqayon) yang berarti cleanness (kebersihan (terkait kesehatan/higenis), kerapihan), innocence (ketidakbersalahan).

Hal ini merujuk kebiasaan orang Israel di Perjanjian Lama (yang diteruskan oleh orang Yahudi di Perjanjian Baru) yang sangat menjaga kebersihan dirinya. Mereka biasa mencuci tangan sebelum makan atau sebelum melakukan kegiatan lainnya (Bandingkan dengan Mat 15:1-2, Mrk 7:4, Luk 11:37-39). Selain terkait higienitas atau kebersihan/kesehatan diri, mencuci tangan atau membasuh tangan juga menunjukkan sikap tanda tidak bersalah (yang dalam beberapa kondisi tertentu juga dapat berarti lepas tangan tanda tidak ikut-ikutan), seperti yang ditunjukkan Pilatus ketika menyerahkan Yesus kepada orang Yahudi untuk disalibkan (Mat 27:24).

Oleh sebab itu, maksud dari tulisan Asaf di dalam bagian kedua ayat 13 ini hendak menunjukkan bagaimana usaha Asaf dalam menjaga kekudusan hidupnya. Asaf membasuh tangannya untuk menjaga kebersihan dan kesuciannya, sebagai lambang figuratif bahwa Asaf juga berjuang untuk menjaga kekudusan hati dan jiwanya di hadapan Tuhan. Segala usaha yang dilakukan Asaf ternyata nyaris seperti tindakan yang sia-sia, apalagi setelah ia mengamati kehidupan orang-orang fasik yang tidak pernah bersusah hati, seperti yang ia tulis di ayat-ayat sebelumnya. Tetapi kita jangan berhenti sampai di ayat 13 ini, melainkan lanjutkan membaca dan belajar dari ayat-ayat setelahnya, maka kita akan mengerti kebenaran yang lengkap, khususnya mengenai hukuman yang akan diterima oleh orang-orang fasik tersebut.



Bacaan Alkitab: Mazmur 73:13
73:13 Sia-sia sama sekali aku mempertahankan hati yang bersih, dan membasuh tanganku, tanda tak bersalah.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.