Jumat, 12 Januari 2018

Mazmur 73 (Ayat 20): Rupa Mereka Kaupandang Hina



Sabtu, 13 Januari 2018
Bacaan Alkitab: Mazmur 73:20
Seperti mimpi pada waktu terbangun, ya Tuhan, pada waktu terjaga, rupa mereka Kaupandang hina. (Mzm 73:20)


Mazmur 73 (Ayat 20): Rupa Mereka Kaupandang Hina


Ketika saya membaca ayat 20 dari kitab Mazmur pasal 73, saya teringat akan sebuah lagu rohani yang di dalam liriknya terdapat kalimat yang berbunyi demikian: “Tak Kau pandang hina hati yang hancur...”. Lirik kalimat dalam lagu rohani di atas memang diangkat juga dari ayat di dalam kitab Mazmur (Mzm 51:19). Di ayat tersebut, Tuhan berkata bahwa Ia tidak memandang hina hati yang hancur. Akan tetapi di ayat nats kita hari ini, kita melihat bahwa Tuhan memandang rupa orang-orang fasik ini dengan hina. Apakah perbedaan dari kedua ayat ini?

Untuk dapat mengerti, kita perlu melihat beberapa kata di ayat 20 ini dalam bahasa aslinya supaya dapat memahaminya dengan benar. Pada bagian pertama ayat 20 ini berbunyi demikian: “Seperti mimpi pada waktu terbangun, ya Tuhan” (ay. 20a). Kalimat ini memang agak sulit dimengerti, namun ini ibarat seseorang yang terbangun dari tidur dan kemudian teringat sesuatu yang ternyata adalah mimpi. Ayat tersebut juga dapat diibaratkan sebagai sebuah mimpi yang langsung lenyap ketika seseorang terbangun/terjaga.                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                             
Kata “seperti mimpi” dalam bahasa aslinya adalah כַּחֲל֥וֹם (ka·ḥă·lō·wm) dari akar kata חֲלוֹם (chalom). Kata chalom sendiri memiliki dapat berarti mimpi. Mimpi yang dimaksud di sini dapat berupa mimpi pada umumnya yang terjadi pada saat orang tidur, mimpi dengan makna profetis, bahkan merujuk kepada mimpi yang disampaikan oleh nabi-nabi palsu. Tentu makna kata mimpi pada ayat ini lebih cenderung merujuk kepada mimpi secara umum, yang dialami oleh orang-orang yang tidur.

Kata “pada waktu terbangun” dalam bahasa aslinya adalah מֵהָקִ֑יץ (mê·hā·qîṣ) dari akar kata קִיץ (quts). Kata quts sendiri berarti arise (bangkit, bangun), be awake (bangun dari tidur, sadar), watch (berjaga, terjaga). Jadi kata quts adalah keadaan dimana seseorang bangun dari tidurnya. Ketika orang tidur, ada kemungkinan ia bermimpi. Setelah orang itu terjaga atau terbangun dari tidurnya, maka mimpinya itu akan lenyap. Meskipun orang tersebut mungkin masih mengingat sebagian dari mimpinya, tetapi mimpi itu tidak nyata dan akan hilang tak berbekas.

Hal tersebut ditegaskan kembali dalam bagian kedua ayat ini yang berbunyi: “Pada waktu terjaga, rupa mereka Kaupandang hina” (ay. 20b). Kata “pada waktu terjaga” dalam bahasa aslinya adalah בָּעִ֤יר (bā·‘îr) dari akar kata עוּר (ur). Kata ur sendiri dapat bermakna to rouse oneself (membangkitkan/membangunkan diri sendiri), awake (bangun, sadar), raise up (bangkit). Jadi kata ur di sini dipakai untuk menggambarkan kondisi dimana Tuhan bangun atau Tuhan bangkit. Alkitab Bahasa Indonesia Terjemahan Baru menerjemahkannya dengan kata “pada waktu terjaga” tanpa ada tambahan subjek. Sementara itu di Alkitab Terjemahan Lama, digunakan tambahan kata “Engkau” untuk merujuk bahwa yang terjaga (bangkit/bangun) adalah Tuhan. Sebagian besar terjemahan Alkitab dalam bahasa Inggris juga mencantumkan kata Tuhan (Lord) untuk membedakan antara bagian pertama dengan bagian kedua ayat ini.

Memang harus diakui, ada kalanya Tuhan diam, tetapi ada kalanya juga Tuhan bangkit. Persoalannya adalah jika selama kita di dunia ini, kita tidak pernah mendengar suara Tuhan, atau kita tidak peduli apakah Tuhan berbicara kepada kita. Salah satu penyebabnya sangatlah mungkin karena kita sedang menebalkan telinga kita dan mengeraskan hati kita. Hal itu sama dengan apa yang dilakukan oleh orang fasik selama di dunia ini. Mereka merasakan kesenangan dan kenikmatan dunia tanpa menyadari bahwa hal tersebut membuat mereka semakin jauh dari Tuhan dan menolak suara Tuhan. Akibatnya, ketika Tuhan bangkit barulah mereka terkejut.

Alkitab menulis bahwa pada waktu Tuhan bangkit, maka rupa mereka dipandang hina. Kata “rupa mereka” dalam bahasa aslinya adalah צַלְמָ֬ם (ṣal·mām) dari akar kata צֶ֫לֶם (tselem). Kata tselem ini sama dengan kata yang digunakan oleh Allah ketika menciptakan manusia menurut gambar (tselem) dan rupa (demuth) Allah (Kej 1:26). Memang Allah telah menciptakan manusia menurut gambar (tselem) Allah (Kej 1:27). Di ayat lain, Alkitab mencatat bahwa Allah menciptakan manusia menurut rupa (demuth) Allah (Kej 5:1). Ketika manusia jatuh dalam dosa, Adam kemudian menghasilkan keturunan menurut gambar (tselem) dan rupa (demuth) Adam. Kata tselem sendiri dalam bahasa aslinya memamg dapat diterjemahkan sebagai image (gambar, bayangan), likeness (kemiripan, keserupaan, kesamaan).

Dalam hal ini, Tuhan memang menciptakan kita menurut gambar dan rupa Allah, tetapi bagaimana kita dapat mencapai standar gambar dan rupa Allah, khususnya dalam hal keserupaan dengan Allah, itu adalah pergumulan masing-masing manusia. Orang fasik tidak pernah mempersoalkan hal ini. Mungkin selama ini mereka menyangka bahwa Tuhan sudah menjadikan gambar dan rupa mereka sama seperti gambar dan rupa Allah. Mereka tidak pernah mempersoalkan apakah mereka sudah memilih untuk membuat gambar dan rupa mereka serupa mungkin dengan gambar dan rupa Allah. Di sini mereka mengabaikan Tuhan dan tidak mau berjuang untuk hidup benar. Mereka tidak pernah mempersoalkan apakah selama ini hidup mereka sudah sesuai dengan apa yang Tuhan mau. Mereka masih hidup suka-sukanya sendiri dan memuaskan keinginan serta hawa nafsunya sendiri.

Kata terakhir dalam ayat 20 ini adalah “Kaupandang hina”. Dalam bahasa aslinya, digunakan kata תִּבְזֶֽה (ṯiḇ·zeh) dari akar kata בָּזָה (bazah). Kata bazah ini dapat berarti to despise (memandang rendah, memandang hina), hold in contempt (terus menghina), disdain (meremehkan), regard with contempt (berkaitan dengan penghinaan), to be vile (menjadi buruk, menjadi hina), worthless (tak berguna, tak bernilai, tak berharga). Jadi dalam hal ini Tuhan memandang rupa orang-orang fasik sebagai suatu kehinaan, keburukan, tak bernilai, tak berharga, dan tak berguna.

Betapa bahayanya keadaan seperti ini, karena Tuhan menciptakan manusia pasti dengan suatu tujuan tertentu. Tuhan ingin agar manusia memiliki kualitas rupa dan gambar yang sama atau serupa dengan Allah. Ketika tujuan itu tidak tercapai, maka di situlah manusia sesungguhnya menjadi tak berharga dan tak berguna. Oleh karena itu, orang-orang seperti ini (antara lain orang fasik) akan menjadi sampah abadi di hadapan Tuhan. Sampah tidak akan berguna dalam kerajaan surga yang kekal, sehiingga akan dibuang ke dalam api kekal di neraka.

Banyak orang tidak pernah mempersoalkan apa pandangan Tuhan terhadap mereka. Orang-orang fasik di dunia ini tidak pernah mencari Tuhan dan menanyakan apakah selama ini Tuhan memandang mereka dengan hina atau dengan senyum? Mereka tidak pernah mempersoalkan hal-hal apa saja yang bisa menyenangkan hati Tuhan dan apakah mereka sudah melakukannya dengan benar. Oleh karena itu, ketika akhir hidup mereka, semuanya telah terlambat. Mereka sudah tidak memiliki kesempatan untuk memperbaiki kesalahannya. Biarlah hal ini tidak terjadi atas kita, tetapi biarlah kita disadarkan dan bertobat selama masih ada kesempatan. Jangan biarkan rupa kita menjadi hina di hadapan Tuhan. Berjuanglah untuk mendapatkan senyum dan perkenanan Tuhan selama kita masih diberi nafas hidup di dunia ini, sebelum semuanya terlambat dan tidak berarti lagi.


Bacaan Alkitab: Mazmur 73:20
73:20 Seperti mimpi pada waktu terbangun, ya Tuhan, pada waktu terjaga, rupa mereka Kaupandang hina.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.