Sabtu, 13 Januari 2018
Bacaan
Alkitab: Mazmur 73:20
Seperti mimpi pada waktu terbangun, ya Tuhan, pada waktu terjaga, rupa
mereka Kaupandang hina. (Mzm 73:20)
Mazmur 73 (Ayat 20): Rupa Mereka Kaupandang Hina
Ketika saya membaca ayat 20 dari kitab
Mazmur pasal 73, saya teringat akan sebuah lagu rohani yang di dalam liriknya terdapat
kalimat yang berbunyi demikian: “Tak Kau pandang hina hati yang hancur...”. Lirik
kalimat dalam lagu rohani di atas memang diangkat juga dari ayat di dalam kitab
Mazmur (Mzm 51:19). Di ayat tersebut, Tuhan berkata bahwa Ia tidak memandang
hina hati yang hancur. Akan tetapi di ayat nats kita hari ini, kita melihat
bahwa Tuhan memandang rupa orang-orang fasik ini dengan hina. Apakah perbedaan
dari kedua ayat ini?
Untuk dapat mengerti, kita perlu
melihat beberapa kata di ayat 20 ini dalam bahasa aslinya supaya dapat memahaminya
dengan benar. Pada bagian pertama ayat 20 ini berbunyi demikian: “Seperti mimpi
pada waktu terbangun, ya Tuhan” (ay. 20a). Kalimat ini memang agak sulit
dimengerti, namun ini ibarat seseorang yang terbangun dari tidur dan kemudian teringat
sesuatu yang ternyata adalah mimpi. Ayat tersebut juga dapat diibaratkan
sebagai sebuah mimpi yang langsung lenyap ketika seseorang terbangun/terjaga.
Kata “seperti mimpi” dalam bahasa aslinya
adalah כַּחֲל֥וֹם (ka·ḥă·lō·wm)
dari akar kata חֲלוֹם (chalom).
Kata chalom sendiri memiliki dapat berarti
mimpi. Mimpi yang dimaksud di sini dapat berupa mimpi pada umumnya yang terjadi
pada saat orang tidur, mimpi dengan makna profetis, bahkan merujuk kepada mimpi
yang disampaikan oleh nabi-nabi palsu. Tentu makna kata mimpi pada ayat ini
lebih cenderung merujuk kepada mimpi secara umum, yang dialami oleh orang-orang
yang tidur.
Kata “pada waktu terbangun” dalam
bahasa aslinya adalah מֵהָקִ֑יץ (mê·hā·qîṣ)
dari akar kata קִיץ (quts).
Kata quts sendiri berarti arise (bangkit, bangun), be awake (bangun dari tidur, sadar), watch (berjaga, terjaga). Jadi kata quts adalah keadaan dimana seseorang
bangun dari tidurnya. Ketika orang tidur, ada kemungkinan ia bermimpi. Setelah
orang itu terjaga atau terbangun dari tidurnya, maka mimpinya itu akan lenyap.
Meskipun orang tersebut mungkin masih mengingat sebagian dari mimpinya, tetapi
mimpi itu tidak nyata dan akan hilang tak berbekas.
Hal tersebut ditegaskan kembali dalam
bagian kedua ayat ini yang berbunyi: “Pada waktu terjaga, rupa mereka
Kaupandang hina” (ay. 20b). Kata “pada waktu terjaga” dalam bahasa aslinya
adalah בָּעִ֤יר (bā·‘îr) dari
akar kata עוּר (ur).
Kata ur sendiri dapat bermakna to rouse oneself
(membangkitkan/membangunkan diri sendiri), awake
(bangun, sadar), raise up (bangkit).
Jadi kata ur di sini dipakai untuk
menggambarkan kondisi dimana Tuhan bangun atau Tuhan bangkit. Alkitab Bahasa
Indonesia Terjemahan Baru menerjemahkannya dengan kata “pada waktu terjaga”
tanpa ada tambahan subjek. Sementara itu di Alkitab Terjemahan Lama, digunakan
tambahan kata “Engkau” untuk merujuk bahwa yang terjaga (bangkit/bangun) adalah
Tuhan. Sebagian besar terjemahan Alkitab dalam bahasa Inggris juga mencantumkan
kata Tuhan (Lord) untuk membedakan antara bagian pertama dengan bagian kedua
ayat ini.
Memang harus diakui, ada kalanya Tuhan
diam, tetapi ada kalanya juga Tuhan bangkit. Persoalannya adalah jika selama
kita di dunia ini, kita tidak pernah mendengar suara Tuhan, atau kita tidak
peduli apakah Tuhan berbicara kepada kita. Salah satu penyebabnya sangatlah
mungkin karena kita sedang menebalkan telinga kita dan mengeraskan hati kita. Hal
itu sama dengan apa yang dilakukan oleh orang fasik selama di dunia ini. Mereka
merasakan kesenangan dan kenikmatan dunia tanpa menyadari bahwa hal tersebut
membuat mereka semakin jauh dari Tuhan dan menolak suara Tuhan. Akibatnya,
ketika Tuhan bangkit barulah mereka terkejut.
Alkitab menulis bahwa pada waktu Tuhan bangkit,
maka rupa mereka dipandang hina. Kata “rupa mereka” dalam bahasa aslinya adalah
צַלְמָ֬ם (ṣal·mām) dari
akar kata צֶ֫לֶם (tselem).
Kata tselem ini sama dengan kata yang
digunakan oleh Allah ketika menciptakan manusia menurut gambar (tselem) dan rupa (demuth) Allah (Kej 1:26). Memang Allah telah menciptakan manusia
menurut gambar (tselem) Allah (Kej
1:27). Di ayat lain, Alkitab mencatat bahwa Allah menciptakan manusia menurut
rupa (demuth) Allah (Kej 5:1). Ketika
manusia jatuh dalam dosa, Adam kemudian menghasilkan keturunan menurut gambar (tselem) dan rupa (demuth) Adam. Kata tselem sendiri
dalam bahasa aslinya memamg dapat diterjemahkan sebagai image (gambar, bayangan), likeness
(kemiripan, keserupaan, kesamaan).
Dalam hal ini, Tuhan memang menciptakan
kita menurut gambar dan rupa Allah, tetapi bagaimana kita dapat mencapai
standar gambar dan rupa Allah, khususnya dalam hal keserupaan dengan Allah, itu
adalah pergumulan masing-masing manusia. Orang fasik tidak pernah mempersoalkan
hal ini. Mungkin selama ini mereka menyangka bahwa Tuhan sudah menjadikan
gambar dan rupa mereka sama seperti gambar dan rupa Allah. Mereka tidak pernah
mempersoalkan apakah mereka sudah memilih untuk membuat gambar dan rupa mereka
serupa mungkin dengan gambar dan rupa Allah. Di sini mereka mengabaikan Tuhan
dan tidak mau berjuang untuk hidup benar. Mereka tidak pernah mempersoalkan apakah
selama ini hidup mereka sudah sesuai dengan apa yang Tuhan mau. Mereka masih
hidup suka-sukanya sendiri dan memuaskan keinginan serta hawa nafsunya sendiri.
Kata terakhir dalam ayat 20 ini adalah “Kaupandang
hina”. Dalam bahasa aslinya, digunakan kata תִּבְזֶֽה (ṯiḇ·zeh) dari akar kata בָּזָה (bazah). Kata bazah ini dapat berarti to
despise (memandang rendah, memandang hina), hold in contempt (terus menghina), disdain (meremehkan), regard
with contempt (berkaitan dengan penghinaan), to be vile (menjadi buruk, menjadi hina), worthless (tak berguna, tak bernilai, tak berharga). Jadi dalam hal
ini Tuhan memandang rupa orang-orang fasik sebagai suatu kehinaan, keburukan,
tak bernilai, tak berharga, dan tak berguna.
Betapa bahayanya keadaan seperti ini,
karena Tuhan menciptakan manusia pasti dengan suatu tujuan tertentu. Tuhan
ingin agar manusia memiliki kualitas rupa dan gambar yang sama atau serupa
dengan Allah. Ketika tujuan itu tidak tercapai, maka di situlah manusia
sesungguhnya menjadi tak berharga dan tak berguna. Oleh karena itu, orang-orang
seperti ini (antara lain orang fasik) akan menjadi sampah abadi di hadapan
Tuhan. Sampah tidak akan berguna dalam kerajaan surga yang kekal, sehiingga
akan dibuang ke dalam api kekal di neraka.
Banyak orang tidak pernah mempersoalkan
apa pandangan Tuhan terhadap mereka. Orang-orang fasik di dunia ini tidak
pernah mencari Tuhan dan menanyakan apakah selama ini Tuhan memandang mereka
dengan hina atau dengan senyum? Mereka tidak pernah mempersoalkan hal-hal apa
saja yang bisa menyenangkan hati Tuhan dan apakah mereka sudah melakukannya
dengan benar. Oleh karena itu, ketika akhir hidup mereka, semuanya telah
terlambat. Mereka sudah tidak memiliki kesempatan untuk memperbaiki
kesalahannya. Biarlah hal ini tidak terjadi atas kita, tetapi biarlah kita
disadarkan dan bertobat selama masih ada kesempatan. Jangan biarkan rupa kita
menjadi hina di hadapan Tuhan. Berjuanglah untuk mendapatkan senyum dan
perkenanan Tuhan selama kita masih diberi nafas hidup di dunia ini, sebelum
semuanya terlambat dan tidak berarti lagi.
Bacaan
Alkitab: Mazmur 73:20
73:20 Seperti mimpi pada waktu terbangun, ya Tuhan, pada waktu terjaga,
rupa mereka Kaupandang hina.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.