Sabtu, 6 Januari 2018
Bacaan
Alkitab: Mazmur 73:14
Namun sepanjang hari aku kena tulah, dan kena hukum setiap pagi. (Mzm
73:14)
Mazmur 73 (Ayat 14): Kena Tulah dan Kena Hukum
Ayat 14 ini bisa dikatakan sebagai
suatu ayat yang sedikit kontradiktif dengan ayat-ayat sebelumnya. Jika dalam
ayat 4 s.d. 12 dikatakan bahwa orang fasik justru sepertinya berbahagia dan
senang selamanya, lalu Asaf sempat merasa sia-sia berjuang hidup dengan menjaga
hati dan membersihkan hati, maka di ayat 14 ini, Asaf justru menulis hal
negatif yang dialaminya. Sebenarnya apa yang dialami Asaf bukanlah
sungguh-sungguh hal negatif. Namun gaya bahasa kitab Mazmur ini memang harus
dicermati sehingga saya lebih suka menggunakan istilah hal yang seakan-akan
negatif yang dialami oleh Asaf.
Asaf menulis bahwa sepanjang hari ia
kena tulah (ay. 14a). Apakah yang dimaksud Asaf dalam ayat ini? Dalam bahasa
aslinya, ada 4 kata dalam bagian pertama ayat 14. Kata pertama adalah וָאֱהִ֣י (wā·’ĕ·hî-) dari akar kata הָיָה (hayah) yang dapat bermakna to fall out (jatuh, rontok), come to pass (datang untuk
menjadi/melewati), become (menjadi), be (menjadi, ada). Kata kedua adalah נָ֭גוּעַ (nā·ḡū·a‘) dari akar kata נָגַע (naga) yang dapat bermakna to touch (menyentuh, mengulurkan tangan,
menjamah), to reach (meraih,
menjangkau), dan to strike
(menyerang, memukul, menyambar). Kata naga
ini juga telah ada di ayat 5 dalam pasal ini, yang menggambarkan suatu
kontradiksi bahwa orang fasik tidak kena tulah seperti orang lain, tetapi Asaf
sebagai orang benar justru seakan-akan kena tulah.
Kata ketiga dan keempat sesungguhnya
dapat dianggap sebagai satu kesatuan. Kata ketiga adalah כָּל (kāl) dari akar kata כֹּל (kol) yang dapat bermakna the whole, all (seluruhnya, semuanya,
seutuhnya, segenap, sekalian). Sementara itu kata keempat adalah הַיּ֑וֹם (hay·yō·wm) dari akar kata יוֹם (yom) yang secara harafiah berarti day (hari). Jadi kata kol dan yom dapat memang berarti “sepanjang hari” yang menunjukkan penderitaan
yang dialami oleh Asaf. Sepanjang hari, dari sore hingga sore kembali (karena
orang Yahudi menghitung hari mulai dari matahari terbenam), Asaf merasakan
dirinya menjadi terkena tulah dari Tuhan. Suatu kondisi yang kontras dengan
orang fasik yang sama sekali tidak merasakan tulah dari Tuhan.
Bahkan Asaf merasa ia kena hukum setiap
pagi (ay. 14b). Kata “setiap pagi” dalam bahasa aslinya adalah לַבְּקָרִֽים (lab·bə·qā·rîm) dari akar kata בֹּ֫קֶר (boqer) yang berarti morning (pagi). Kata pagi di sini merujuk ketika kegelapan malam
menghilang dan matahari mulai terbit di ufuk timur. Jadi jika sepanjang hari
(mulai sore hari) Asaf sudah merasa kena tulah, maka ketika ia bangun tidur
pada pagi hari, ia pun merasa kena hukum. Dan itu bukan hanya pada pagi hari
tertentu saja, melainkan setiap pagi pada setiap harinya secara berkelanjutan
atau terus menerus.
Kata “kena hukum” dalam bahasa aslinya
adalah וְ֝תוֹכַחְתִּ֗י (wə·ṯō·w·ḵaḥ·tî)
dari akar kata תּוֹכֵחָה (towkechah)
yang dapat diartikan sebagai rebuke
(teguran, celaan, kemarahan), correction
(koreksi, pembetulan), reproof
(teguran, celaan), punishment
(hukuman, ganjaran), chastisement
(hukuman, siksaan, deraan). Di sisi lain, kata towkechah juga dapat diartikan sebagai argument (penjelasan yang berlawanan, sanggahan), impeachment (dakwaan, tuduhan), chiding (teguran, kemarahan). Jadi towkechah di sini tidak hanya berbentuk
hukuman secara fisik, tetapi juga hukuman secara perkataan/lisan berupa teguran.
Tentu dalam hal ini tulah dan hukuman
yang dimaksud oleh Asaf adalah “hukuman” dari Tuhan. Ini dapat diartikan
sebagai perjuangan yang harus dijalani oleh Asaf (dan juga orang-orang yang mau
hidup benar) supaya mereka dapat berkenan di hadapan Tuhan. Memang perjuangan
untuk hidup benar itu sulit. Inilah jalan yang sempit itu, dan sudah
sepantasnya kekristenan yang benar diajarkan sebagai jalan yang sempit, bukan
jalan yang mudah dan enak. Asaf benar-benar merasakan perjuangan untuk hidup
benar, seperti kena tulah yang menghajar dirinya, atau kena teguran dari Tuhan untuk
setiap hal yang masih meleset dari jalan yang benar.
Hebatnya lagi, kalimat ini keluar dari manusia
yang masih hidup di zaman Perjanjian Lama, dimana mereka belum mengerti benar
tentang proyeksi keselamatan yang dirancangkan Allah kepada manusia. Mereka
belum mengenal adanya Injil, Roh Kudus, dan tidak memiliki contoh atau teladan
hidup seperti Yesus Kristus. Namun Asaf mampu mengekstrak pergumulan hidupnya dalam
suatu perjuangan yang tidak berkesudahan selama hidup. Asaf berjuang untuk
hidup benar hingga ia memilih untuk mengikuti jalan yang sukar, yaitu tidak
hidup menurut jalan orang fasik. Asaf memilih menderita demi kebenaran karena
ia tahu bahwa kebenaran itu akan membawanya kepada kehidupan kekal.
Banyak orang Kristen takut akan tulah
dan hukuman dari Tuhan. Sebenarnya tulah dan hukuman dari Tuhan selama kita di
dunia ini bermaksud untuk menyadarkan kita ketika kita salah melangkah. Itulah
kesempatan yang diberikan Tuhan kepada kita selagi kita masih hidup di dunia
ini, sebelum semuanya terlambat ketika kita telah mati. Bahkan sikap Asaf ini
ada benarnya yaitu ketika ia memilih jalan yang sulit untuk hidup benar,
sehingga setiap hari ia memperkarakan apakah hidupnya sudah benar atau tidak.
Ia memilih untuk menyangkal dirinya dan siap ditegur/dihukum Tuhan jika ia
salah melangkah. Ini adalah sikap yang benar dan ksatria. Bandingkan dengan
sikap orang fasik yang tidak mau menyangkal diri dan hidup sesuka dirinya
sendiri tanpa pernah memperkarakan keberkenanan hidupnya di hadapan Tuhan.
Bacaan
Alkitab: Mazmur 73:14
73:14 Namun sepanjang hari aku kena tulah, dan kena hukum setiap pagi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.