Selasa, 16 Januari 2018
Bacaan
Alkitab: Mazmur 73:23
Tetapi aku tetap di dekat-Mu; Engkau memegang tangan kananku. (Mzm 73:23)
Mazmur 73 (Ayat 23): Tetap di Dekat Tuhan
Dalam ayat sebelumnya kita sudah
melihat bahwa Asaf terkagum-kagum akan hikmat Tuhan, bahkan memposisikan
dirinya ibarat hewan yang dungu dan tidak mengerti hikmat dan kebijaksanaan
Tuhan. Satu hal yang akan kita pelajari hari ini adalah bahwa Asaf memilih
untuk tetap dekat kepada Tuhan meskipun ia tidak mengerti. Ia tidak menjadi
kecewa lalu meninggalkan Tuhan di dalam ketidaktahuannya. Justru ketika Asaf
tidak tahu, ia memberikan contoh yaitu tetap berada dekat dengan Tuhan (ay.
23a).
Kata “tetap di dekat-Mu” dalam bahasa
aslinya terdapat 2 kata yaitu תָּמִיד (tamid)
dan עִם (im). Sementara
kata im sendiri dapat berarti with, against, toward, as long as, beside (dengan,
terhadap, selama, di samping, di sebelah). Kata im sendiri juga sudah pernah digunakan pada ayat sebelumnya yaitu
ayat 22. Jadi di sini Asaf menyambungkan bahwa dahulu ia telah berusaha untuk
berada dekat Tuhan meskipun ia tidak mengerti. Oleh karena itu, ia tetap
berusaha untuk mempertahankan kedekatannya dengan Tuhan.
Kata tamid sendiri diterjemahkan sebagai “tetap” dalam Alkitab
Terjemahan Baru Bahasa Indonesia. Dalam bahasa aslinya, kata tamid dapat bermakna continuity, perpetuity, to stretch,
continually, continuously (kelanjutan, keadaan terus menerus, kelangsungan,
kelanggengan, meregangkan, terus-menerus, tanpa henti, terus menerus). Jadi di
sini Asaf berusaha untuk tetap terus menerus berada di dekat Tuhan, tanpa
kecuali. Menarik pula melihat salah satu makna kata tamid adalah to stretch
(meregangkan). Kata to stretch juga
berarti menarik hingga tegang tetapi tidak sampai terputus. Jadi ibarat karet
yang terus menerus dipaksa semakin panjang tetapi tidak sampai putus. Jelas ini
menunjukkan adanya usaha yang memaksa diri sendiri untuk dapat tetap dekat
kepada Tuhan.
Inilah pergumulan dan perjuangan Asaf.
Asaf sadar bahwa berusaha dekat Tuhan bukanlah perkara yang mudah. Bahkan
mempertahankan dan semakin dekat dengan Tuhan pun rasanya nyaris mustahil. Sebenarnya,
Tuhan pun adalah Tuhan yang bersifat progresif. Tuhan tentu tidak akan menuntut
banyak kepada mereka yang masuk ke dalam kategori “kanak-kanak rohani”. Tetapi
seiring berjalannya waktu, setiap orang percaya harus semakin bertumbuh dan
menjadi semakin dewasa. Oleh karena itu, Tuhan pasti menuntut lebih banyak
kepada mereka yang juga semakin dewasa. Oleh karena itu, supaya kita tetap
dapat berada dekat Tuhan seiring perjalanan hidup kita, itu bukanlah pekerjaan
mudah.
Dahulu, ketika kita masih baru menjadi
Kristen, mungkin Tuhan dengan mudahnya menjawab doa-doa kita. Akan tetapi,
semakin kita belajar kebenaran, seharusnya kita semakin mempersoalkan apakah
doa itu. Doa tidak hanya sekedar minta A, minta B, minta C, dan seterusnya
kepada Tuhan. Bahkan seiring bertumbuhnya kedewasaan rohani yang benar, maka
orang itu semakin tidak berani meminta sesuatu dalam doanya, selain meminta
supaya ia boleh semakin mengerti kehendak Tuhan dan melakukannya supaya semakin
berkenan kepada Tuhan. Coba kita pikir, berapa lama kita menjadi orang Kristen?
Dan pernahkah kita memperkarakan apakah doa kita saat ini masih sama dengan doa
kita ketika kita baru menjadi orang Kristen?
Ada satu keuntungan ketika kita berani
memutuskan untuk tetap berada dekat kepada Tuhan, yaitu Tuhan memegang tangan
kanannya (ay. 23b). Bagian kedua ayat 23 ini terdiri dari 3 kata yaitu אָ֝חַ֗זְתָּ (’ā·ḥaz·tā), בְּיַד (bə·yaḏ), dan יְמִינִֽי (yə·mî·nî). Kata אָ֝חַ֗זְתָּ (’ā·ḥaz·tā) berasal dari akar kata אָחַז (achaz), yang secara umum dapat diartikan
sebagai grasp (menggenggam), take hold (memegang), seize (meraih, merebut), take possession (mengambil alih
kepemilikan). Jadi kata achaz ini
menunjukkan bagaimana Tuhan memegang tangan kita dan bahkan menjadikan kita
sebagai miliknya, dengan catatan bahwa kita juga mau berjuang untuk terus
menerus berada dekat dengan Tuhan.
Kata בְּיַד (bə·yaḏ) berasal dari akar kata יָד (yad) yang berarti tangan. Sementara itu
kata יְמִינִֽי (yə·mî·nî) berasal dari akar kata יָמִין (yamin) yang berarti kanan atau bagian
kanan. Tangan kanan dalam budaya timur menunjukkan tangan yang lebih sering
dipakai, tangan yang lebih sopan/terhormat, serta tangan yang lebih kuat. Di
sini Tuhan ingin menunjukkan bahwa tangan kanan kita yang adalah lambang
kekuatan dan kehormatan, akan dipegang dan digenggam oleh Tuhan. Tuhan tidak
akan membiarkan orang-orang yang berjuang untuk berada di dekatnya terjatuh dan
terlepas dari genggaman-Nya. Tuhan justru akan terus menerus memegang tangan
orang itu dan membawanya kedalam tingkatan yang lebih dalam atau lebih tinggi
lagi.
Bacaan
Alkitab: Mazmur 73:23
73:23 Tetapi aku tetap di dekat-Mu; Engkau memegang tangan kananku.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.