Selasa, 12 Februari 2013
Bacaan Alkitab: 1 Raja-Raja
13:33-34
“Sesudah peristiwa ini pun Yerobeam tidak
berbalik dari kelakuannya yang jahat itu, tetapi mengangkat pula imam-imam dari
kalangan rakyat untuk bukit-bukit pengorbanan. Siapa yang mau saja,
ditahbiskannya menjadi imam untuk bukit-bukit pengorbanan.” (1 Raj 13:33)
Ketika Jabatan
Imam Diobral
Suatu saat, saya pernah datang ke sebuah
pusat perbelanjaan yang mengadakan acara midnight
sale alias obral barang-barang yang dilakukan pada tengah malam. Menurut
keterangan yang saya baca, pada saat jam 24.00 alias pada saat pergantian hari,
maka akan ada beberapa barang yang dijual dengan harga diskon yang cukup besar,
bahkan sampai mencapai 80%. Saat itu saya tentu saja tertarik, dan sambil
menunggu waktu menunjukkan pukul 24.00, saya pun berkeliling saja. Saat jam
menunjukkan tepat pukul 24.00, saya pun masuk ke sebuah toko yang biasanya
menjual barang dengan kualitas cukup bagus, dan alangkah terkejutnya saya
ketika pada pukul 24.00 tersebut toko itu mengeluarkan barang yang didiskon
80%, akan tetapi dengan kualitas yang menurut saya tidak laya untuk dijual,
bahkan harga yang ditawarkan dengan diskon 80% itu pun menurut saya masih mahal
dan tidak sebanding dengan kualitasnya.
Saya tidak anti diskon. Bagi saya, akan
sangat baik apabila kita bisa mendapatkan barang yang bagus dengan harga yang
murah. Akan tetapi harga murah itu tidak menjamin kualitas yang diperoleh.
Bahkan ada pepatah “ada harga, ada rupa”, yang artinya kira-kira adalah bahwa
jika kita membeli barang dengan harga murah ya jangan mengharapkan kualitas
yang bagus.
Lalu, apa yang terjadi jika jabatan imam
(hamba Tuhan) dengan mudahnya diobral dan diberikan kepada siapa saja dengan
mudah? Hal tersebut pernah terjadi pada masa Yerobeam, yaitu raja Israel
pertama setelah pecahnya kerajaan Israel Raya (menjadi kerajaan Israel dan
Yehuda) setelah Salomo mati. Yerobeam sebetulnya memimpin kerajaan yang terdiri
dari sepuluh suku dibandingkan dengan kerajaan Yehuda yang terdiri hanya dari
dua suku. Akan tetapi, Yerobeam tidak belajar dari para pendahulunya, dan
justru melakukan apa yang jahat di mata
Tuhan. Ketika ia melihat bangsa Israel banyak yang pergi ke Yerusalem
(ibukota kerajaan Yehuda) untuk pergi ke Bait Allah, Yerobeam justru mendirikan
dua anak lembu emas dan membuat bangsa Israel menyimpang dari jalan Tuhan (1
Raj 12:28).
Tidak cukup hanya di situ saja kesalahan dan
kejahatan Yerobeam, ia juga mengangkat imam-imam dari kalangan rakyat biasa (ay.
33a). Permasalahannya, hal itu justru membuat dosa Yerobeam menjadi berlipat
ganda, karena bukan saja ia mengangkat imam dari kalangan rakyat biasa (padahal
seharusnya imam hanya berasal dari suku Lewi), akan tetapi ia justru mengangkat
imam untuk keperluan ibadah di bukit-bukit pengorbanan (ay. 33b). Lebih lanjut
lagi, masalahnya adalah bangsa Israel bukan menyembah Tuhan di atas bukit
tersebut, tetapi justru menyembah dewa-dewa di dalam kuil di atas bukit
tersebut (1 Raj 12:32).
Bahkan satu lagi kesalahan Yerobeam adalah
menjual dan bahkan mengobral jabatan imam (ay. 33c). Alkitab mengatakan bahwa
siapa saja yang mau menjadi imam,
diangkatnya menjadi imam di bukit-bukit pengorbanan. Ia mempersilahkan siapa
saja menjadi imam, tanpa melakukan seleksi apapun. Tentu memang hal ini karena
imam yang dimaksud bukanlah imam yang benar-benar imam Tuhan, sehingga hal
tersebut menambah dosa Yerobeam dan keluarganya (ay. 34).
Menarik membaca ayat ini karena menurut
pengamatan saya, ada sejumlah kesalahpahaman di antara gereja-gereja mengenai
standar seorang imam (hamba Tuhan). Sejumlah gereja yang berkembang dengan
pesat hingga memiliki banyak cabang di berbagai tempat, tentu membutuhkan para
pelayan-pelayan dan hamba-hamba Tuhan dengan jumlah yang cukup banyak. Sayangnya
ada sejumlah gereja yang terjebak dalam politik praktis dan pragmatis, yaitu
dengan menurunkan standar pelayan Tuhan agar bisa mendapatkan hamba Tuhan
secara kuantitas. Hal tersebut sama saja dengan “mengobral” jabatan pelayan
Tuhan dan sama sekali tidak bagus
terhadap perkembangan gereja di masa yang akan datang.
Bagi kita yang memegang kendali atas suatu
gereja atau persekutuan, jangan biarkan jabatan imam atau hamba Tuhan atau
pelayan Tuhan “diobral” apalagi “digratiskan”. Perlu adanya suatu seleksi yang
ketat bagi mereka yang ingin melayani Tuhan. Bukan berarti kita menghambat,
tetapi kita perlu menetapkan standar yang tepat sehingga mereka yang melayani
Tuhan itu adalah orang-orang yang memang sudah teruji. Minimal mereka harus
teruji secara waktu (harus diuji kesetiaannya selama ini), serta teruji dalam
hubungan pribadi mereka dengan Tuhan (memiliki kehidupan rohani yang baik, saat
teduh yang teratur, dan lain sebagainya), selain teruji secara kemampuan dalam
pelayanan (misalnya seorang pemusik harus memiliki kemampuan musik yang baik,
seorang pengkhotbah harus bisa berkhotbah dengan baik, dan lain sebagainya).
Setiap pelayan Tuhan tidak hanya melayani
jemaat, tetapi juga melayani Tuhan di atas segala Tuhan. Itulah mengapa saya
sangat menekankan kualitas para pelayan Tuhan. Kita tidak mungkin hanya
mengejar jumlah pelayan Tuhan tanpa memperhitungkan kualitas pelayan Tuhan
tersebut. Jangan hanya mau enaknya saja, tetapi bagi kita pemimpin gereja atau
pemimpin jemaat, saatnya kita juga menjaga kualitas pelayan Tuhan. Gereja atau
persekutuan dengan kuantitas pelayan Tuhan yang banyak belum tentu berkualitas,
akan tetapi gereja atau persekutuan dengan pelayan Tuhan yang berkualitas,
pasti nanti juga akan berkembang secara kuantitas.
Bacaan Alkitab: 1 Raja-Raja
13:33-34
13:33 Sesudah peristiwa ini pun Yerobeam
tidak berbalik dari kelakuannya yang jahat itu, tetapi mengangkat pula
imam-imam dari kalangan rakyat untuk bukit-bukit pengorbanan. Siapa yang mau
saja, ditahbiskannya menjadi imam untuk bukit-bukit pengorbanan.
13:34 Dan tindakan itu menjadi dosa bagi
keluarga Yerobeam, sehingga mereka dilenyapkan dan dipunahkan dari muka bumi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.