Kamis, 21 Februari 2013
Bacaan Alkitab: Kejadian 28:16-19
“Ia takut dan berkata: "Alangkah
dahsyatnya tempat ini. Ini tidak lain dari rumah Allah, ini pintu gerbang
sorga."” (Kej 28:17)
Pintu Gerbang
Surga
Saat ini sedang menjadi tren bahwa hampir
semua perumahan yang dibangun sekitar tahun 2010 ke atas, cenderung membuat
pintu gerbang yang megah. Saya sendiri pernah masuk ke suatu perumahan, dimana
pintu gerbangnya sangat megah, jalannya sangat lebar, penuh dengan taman yang
indah, tapi ternyata rumah yang dijual sangat jauh dari pintu gerbang. Mungkin
jarak antara pintu gerbang ke daerah perumahan mencapai lebih dari tiga
kilometer. Akan tetapi banyak para pengembang (developer) yang ingin membuat kesan pertama yang indah tentang
perumahan mereka, dan salah satunya adalah dengan mempercantik daerah pintu
gerbang mereka.
Dalam Alkitab, ada beberapa kali frasa “pintu
gerbang” dituliskan, akan tetapi pertama kali frasa “pintu gerbang surga”
adalah dalam bagian Alkitab kita hari ini. Yakub, yang sedang berada dalam
perjalanan menuju Haran untuk mengambil isteri dari kaum Ribka, ibunya,
bermalam di suatu daerah. Ia kemudian tertidur dan dalam mimpinya ia melihat
suatu tangga yang sampai ke langit dan para malaikat naik dan turun di tangga
tersebut. Saat bangun, Yakub pun berkata, “Sesungguhnya Tuhan ada di tempat
ini, tetapi aku tidak mengetahuinya” (ay. 16).
Memang Tuhan pun ada di mana-mana. Tetapi
pada masa itu, banyak manusia “mengeramatkan” tempat-tempat tertentu. Mereka
berpandangan bahwa ada tempat-tempat tertentu dimana Tuhan bisa hadir. Ketika
mereka menganggap suatu tempat adalah tempat yang sakral, maka mereka akan
mendirikan mezbah bagi Tuhan. Hal ini bahkan terbawa hingga masa kerajaan
Israel, dimana bangsa Israel memilih Yerusalem sebagai tempat mendirikan bait
Allah. Bangsa Israel berpandangan bahwa Tuhan hadir di bait Allah tersebut,
sehingga seluruh rakyat Israel pun datang kesana untuk mempersembahkan korban
dan melakukan ibadah mereka.
Yakub pun menyadari bahwa tempat dimana ia
tidur semalam bukanlah tempat biasa. Para malaikat naik turun di tangga menuju
surga, sehingga ia pun menyebut tempat tersebut sebagai “Betel” (ay. 19), yang
artinya adalah rumah Allah, pintu gerbang surga (ay. 17). Pintu gerbang surga adalah
hal pertama yang akan kita lihat sebelum kita masuk ke dalam surga. Pintu
gerbang surga adalah tempat dimana para malaikat keluar masuk. Yakub pun mengambil
batu yang dipakainya tidur dan mendirikannya sebagai tugu lalu menuang minyak
ke atasnya (ay. 18). Jika kita membaca kitab-kitab selanjutnya maka kita akan
menemukan bagaimana Betel menjadi suatu tempat dimana Tuhan sering menyatakan
diriNya.
Berbeda dengan masa di Perjanjian Lama, di
Perjanjian Baru, kita yang telah percaya kepada Tuhan Yesus dan telah menerima
Roh Kudus, kita sendiri adalah bait Allah. Artinya adalah Tuhan tidak lagi
memilih suatu tempat sebagai tempat Ia hadir, tetapi Ia kini hadir di setiap
diri anak-anakNya, yaitu Roh Kudus yang
tinggal di hati kita. Tubuh kita adalah Bait Allah, dan kita wajib menjaga
tubuh kita. Bisa dibilang bahwa tubuh kita ini juga merupakan pintu gerbang
surga, dimana Tuhan bisa datang ke dalam hidup kita dan kita pun bisa datang
kepada Tuhan.
Yakub menghargai Betel sebagai tempat dimana
Tuhan hadir. Bagaimana dengan kita? Sudahkah kita menghargai tempat dimana
Tuhan hadir yaitu tubuh kita sendiri? Sudahkah kita menjaga kekudusan diri kita
sehingga kita layak menjadi tempat dimana Tuhan hadir? Jagalah hidup kita
sehingga hidup kita boleh memuliakan nama Tuhan senantiasa, sehingga orang lain
pun bisa melihat kemuliaan dan hadirat Tuhan melalui kehidupan kita.
Bacaan Alkitab: Kejadian 28:16-19
28:16 Ketika Yakub bangun dari tidurnya,
berkatalah ia: "Sesungguhnya TUHAN ada di tempat ini, dan aku tidak
mengetahuinya."
28:17 Ia takut dan berkata: "Alangkah
dahsyatnya tempat ini. Ini tidak lain dari rumah Allah, ini pintu gerbang
sorga."
28:18 Keesokan harinya pagi-pagi Yakub
mengambil batu yang dipakainya sebagai alas kepala dan mendirikan itu menjadi
tugu dan menuang minyak ke atasnya.
28:19 Ia menamai tempat itu Betel; dahulu
nama kota itu Lus.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.