Kamis, 19 Oktober 2017

Anjing dan Babi dalam Alkitab (1): Perbedaan terhadap Umat Pilihan Tuhan



Sabtu, 21 Oktober 2017
Bacaan Alkitab: Keluaran 11:4-8
Tetapi kepada siapa juga dari orang Israel, seekor anjing pun tidak akan berani menggonggong, baik kepada manusia maupun kepada binatang, supaya kamu mengetahui, bahwa TUHAN membuat perbedaan antara orang Mesir dan orang Israel. (Kel 11:7)


Anjing dan Babi dalam Alkitab (1): Perbedaan terhadap Umat Pilihan Tuhan


Beberapa waktu yang lalu, saya pernah hadir di suatu gereja dimana sebelum doa berkat, tiba-tiba pendeta di gereja itu maju ke atas mimbar dan berkata: “Anjing kembali lagi ke muntahnya, dan babi yang mandi kembali lagi ke kubangannya”. Itu adalah kutipan salah satu ayat di dalam Perjanjian Baru. Namun demikian, ada yang menggelitik hati saya, mengapa pendeta itu sampai berkata demikian di atas mimbar? Ternyata pada akhirnya saya memang mengerti alasan pendeta tersebut mengucapkan perkataan itu di atas mimbar. Namun yang saya pertanyakan, patutkah ucapan itu disampaikan di atas mimbar? Lebih jauh lagi, bagaimana kata Alkitab tentang anjing dan babi? Apakah kedua hewan tersebut melambangkan sesuatu? Inilah yang akan kita pelajari dalam seri renungan kita yang terbaru. Ada sekitar 70 ayat yang memuat kata “anjing” atau “babi” dalam Alkitab, baik Perjanjian Lama maupun Perjanjian Baru. Oleh karena itu, kita akan coba membedah satu persatu ayat tersebut supaya kita memahami apa maksud Alkitab dengan kata “anjing” dan “babi” tersebut. 

Kata “anjing” pertama kali muncul dalam Alkitab di kitab Keluaran ini. Tentu kita melihat konteksnya adalah pada saat Musa dan Harun menghadap Firaun untuk yang terakhir kali sebelum datangnya tulah kesepuluh. Saat itu sudah 9 tulah yang terjadi di tanah Mesir, tetapi Firaun masih mengeraskan hati untuk membiarkan bangsa Israel pergi. Oleh karena itu Musa menyampaikan kepada Firaun tentang tulah yang penghabisan, yang sangat menakutkan karena pada tengah malam nanti, Tuhan akan berjalan di tengah-tengah Mesir untuk membunuh setiap anak sulung, baik anak sulung Firaun, anak sulung budak, bahkan anak sulung hewan (ay. 4-5). Itulah sebabnya akan terjadi suatu seruan dan ratap tangis yang hebat di antara seluruh tanah Mesir (ay. 6).

Dalam konteks masyarakat Mesir pada waktu itu, mereka tentu sudah mengenal bahkan sudah memelihara anjing. Dari hasil penggalian arkeologis diketahui bahwa rakyat Mesir juga memiliki dewa yang berkepala anjing seperti dewa Anubis yang mereka sembah sebagai dewa kematian. Pada waktu itu, Tuhan ingin membuat perbedaan antara Tuhan Semesta Alam (Elohim Yahweh) yang disembah oleh bangsa Israel dengan dewa kematian Mesir yang antara lain digambarkan sebagai dewa berkepala anjing. Itulah sebabnya di ayat 7 ini sebenarnya jika dibaca secara harafiah, tidak akan ada seekor anjing yang berani menggonggong kepada salah seorang dari umat Israel, bahkan kepada binatang/ternak milik umat Israel (ay. 7a). Ini menunjukkan perbedaan yang nyata yang ditunjukkan oleh Tuhan antara bangsa Mesir dan bangsa Israel.

Hal ini tidak hanya berbicara tentang perlindungan atau providensia Tuhan semata bagi umat pilihan Tuhan. Ini juga berbicara tentang perbedaan kualitas Tuhannya orang Israel dengan dewa-dewa Mesir (ay. 7b). Namun perlu dicatat bahwa peristiwa ini terjadi di Perjanjian Lama, dimana Tuhan ingin menunjukkan kuasa-Nya kepada umat Israel supaya mereka percaya kepada-Nya. Perhatikan tujuan Tuhan memberikan tulah kesepuluh ini, yaitu supaya seluruh pegawai Firaun (yaitu seluruh orang Mesir) akan datang kepada Musa, sujud kepadanya, serta meminta Musa dan bangsa Israel untuk keluar dari tanah Mesir (ay. 8a). Perkataan ini diucapkan Musa di hadapan Firaun dengan rasa marah yang menyala-nyala, sebelum akhirnya Musa meninggalkan Firaun (ay. 8b).

Kita sebenarnya dapat memahami perasaan Musa dan rasa kesalnya kepada Firaun. Mengapa demikian? Karena sikap keras hati Firaun tidak hanya membawa celaka kepada dirinya, keluarganya, atau seisi istana saja, melainkan juga membawa celaka kepada seluruh tanah Mesir. Pada akhirnya, ketika tulah kesepuluh diturunkan, seluruh bangsa Mesir berkabung, bahkan termasuk anjing-anjing yang dipandang hina dan najis oleh bangsa Israel (hal ini akan kita pelajari di renungan-renungan selanjutnya). Anjing-anjing pun juga berkabung sehingga tidak berani menggonggong kepada umat Israel maupun hewan milik umat Israel.

Jadi, pada pemuatan pertama dalam Alkitab, sebenarnya kata “anjing” masih dipandang sebagai suatu hal yang netral, namun ke depannya, ayat-ayat di dalam Alkitab akan semakin memperjelas apa makna anjing (dan juga babi) dan bagaimana konteks ayat tersebut dapat kita pahami untuk memperoleh makna aslinya. Kita perlu belajar dengan tekun supaya kita tidak terlalu cepat mencap orang lain sebagai “anjing” atau “babi”. Yang lebih penting lagi, kita juga perlu berjuang supaya kita sendiri tidak menjadi seperti “anjing” dan juga “babi” khususnya dalam konteks kehidupan kita sebagai umat pilihan di Perjanjian Baru.



Bacaan Alkitab: Keluaran 11:4-8
11:4 Berkatalah Musa: "Beginilah firman TUHAN: Pada waktu tengah malam Aku akan berjalan dari tengah-tengah Mesir.
11:5 Maka tiap-tiap anak sulung di tanah Mesir akan mati, dari anak sulung Firaun yang duduk di takhtanya sampai kepada anak sulung budak perempuan yang menghadapi batu kilangan, juga segala anak sulung hewan.
11:6 Dan seruan yang hebat akan terjadi di seluruh tanah Mesir, seperti yang belum pernah terjadi dan seperti yang tidak akan ada lagi.
11:7 Tetapi kepada siapa juga dari orang Israel, seekor anjing pun tidak akan berani menggonggong, baik kepada manusia maupun kepada binatang, supaya kamu mengetahui, bahwa TUHAN membuat perbedaan antara orang Mesir dan orang Israel.
11:8 Dan semua pegawaimu ini akan datang kepadaku dan sujud kepadaku serta berkata: Keluarlah, engkau dan seluruh rakyat yang mengikut engkau; sesudah itu aku akan keluar." Lalu Musa meninggalkan Firaun dengan marah yang bernyala-nyala.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.