Sabtu, 21 Oktober 2017
Bacaan
Alkitab: Keluaran 11:4-8
Tetapi kepada siapa juga dari orang Israel, seekor anjing pun tidak akan
berani menggonggong, baik kepada manusia maupun kepada binatang, supaya kamu
mengetahui, bahwa TUHAN membuat perbedaan antara orang Mesir dan orang Israel. (Kel
11:7)
Anjing dan Babi dalam Alkitab (1): Perbedaan terhadap
Umat Pilihan Tuhan
Beberapa waktu yang lalu, saya pernah
hadir di suatu gereja dimana sebelum doa berkat, tiba-tiba pendeta di gereja
itu maju ke atas mimbar dan berkata: “Anjing kembali lagi ke muntahnya, dan
babi yang mandi kembali lagi ke kubangannya”. Itu adalah kutipan salah satu
ayat di dalam Perjanjian Baru. Namun demikian, ada yang menggelitik hati saya,
mengapa pendeta itu sampai berkata demikian di atas mimbar? Ternyata pada
akhirnya saya memang mengerti alasan pendeta tersebut mengucapkan perkataan itu
di atas mimbar. Namun yang saya pertanyakan, patutkah ucapan itu disampaikan di
atas mimbar? Lebih jauh lagi, bagaimana kata Alkitab tentang anjing dan babi?
Apakah kedua hewan tersebut melambangkan sesuatu? Inilah yang akan kita
pelajari dalam seri renungan kita yang terbaru. Ada sekitar 70 ayat yang memuat
kata “anjing” atau “babi” dalam Alkitab, baik Perjanjian Lama maupun Perjanjian
Baru. Oleh karena itu, kita akan coba membedah satu persatu ayat tersebut
supaya kita memahami apa maksud Alkitab dengan kata “anjing” dan “babi”
tersebut.
Kata “anjing” pertama kali muncul dalam
Alkitab di kitab Keluaran ini. Tentu kita melihat konteksnya adalah pada saat
Musa dan Harun menghadap Firaun untuk yang terakhir kali sebelum datangnya
tulah kesepuluh. Saat itu sudah 9 tulah yang terjadi di tanah Mesir, tetapi
Firaun masih mengeraskan hati untuk membiarkan bangsa Israel pergi. Oleh karena
itu Musa menyampaikan kepada Firaun tentang tulah yang penghabisan, yang sangat
menakutkan karena pada tengah malam nanti, Tuhan akan berjalan di tengah-tengah
Mesir untuk membunuh setiap anak sulung, baik anak sulung Firaun, anak sulung
budak, bahkan anak sulung hewan (ay. 4-5). Itulah sebabnya akan terjadi suatu
seruan dan ratap tangis yang hebat di antara seluruh tanah Mesir (ay. 6).
Dalam konteks masyarakat Mesir pada
waktu itu, mereka tentu sudah mengenal bahkan sudah memelihara anjing. Dari
hasil penggalian arkeologis diketahui bahwa rakyat Mesir juga memiliki dewa
yang berkepala anjing seperti dewa Anubis yang mereka sembah sebagai dewa
kematian. Pada waktu itu, Tuhan ingin membuat perbedaan antara Tuhan Semesta
Alam (Elohim Yahweh) yang disembah oleh bangsa Israel dengan dewa kematian
Mesir yang antara lain digambarkan sebagai dewa berkepala anjing. Itulah
sebabnya di ayat 7 ini sebenarnya jika dibaca secara harafiah, tidak akan ada
seekor anjing yang berani menggonggong kepada salah seorang dari umat Israel,
bahkan kepada binatang/ternak milik umat Israel (ay. 7a). Ini menunjukkan
perbedaan yang nyata yang ditunjukkan oleh Tuhan antara bangsa Mesir dan bangsa
Israel.
Hal ini tidak hanya berbicara tentang
perlindungan atau providensia Tuhan semata bagi umat pilihan Tuhan. Ini juga
berbicara tentang perbedaan kualitas Tuhannya orang Israel dengan dewa-dewa
Mesir (ay. 7b). Namun perlu dicatat bahwa peristiwa ini terjadi di Perjanjian
Lama, dimana Tuhan ingin menunjukkan kuasa-Nya kepada umat Israel supaya mereka
percaya kepada-Nya. Perhatikan tujuan Tuhan memberikan tulah kesepuluh ini,
yaitu supaya seluruh pegawai Firaun (yaitu seluruh orang Mesir) akan datang
kepada Musa, sujud kepadanya, serta meminta Musa dan bangsa Israel untuk keluar
dari tanah Mesir (ay. 8a). Perkataan ini diucapkan Musa di hadapan Firaun
dengan rasa marah yang menyala-nyala, sebelum akhirnya Musa meninggalkan Firaun
(ay. 8b).
Kita sebenarnya dapat memahami perasaan
Musa dan rasa kesalnya kepada Firaun. Mengapa demikian? Karena sikap keras hati
Firaun tidak hanya membawa celaka kepada dirinya, keluarganya, atau seisi
istana saja, melainkan juga membawa celaka kepada seluruh tanah Mesir. Pada
akhirnya, ketika tulah kesepuluh diturunkan, seluruh bangsa Mesir berkabung,
bahkan termasuk anjing-anjing yang dipandang hina dan najis oleh bangsa Israel
(hal ini akan kita pelajari di renungan-renungan selanjutnya). Anjing-anjing
pun juga berkabung sehingga tidak berani menggonggong kepada umat Israel maupun
hewan milik umat Israel.
Jadi, pada pemuatan pertama dalam
Alkitab, sebenarnya kata “anjing” masih dipandang sebagai suatu hal yang netral,
namun ke depannya, ayat-ayat di dalam Alkitab akan semakin memperjelas apa
makna anjing (dan juga babi) dan bagaimana konteks ayat tersebut dapat kita
pahami untuk memperoleh makna aslinya. Kita perlu belajar dengan tekun supaya
kita tidak terlalu cepat mencap orang lain sebagai “anjing” atau “babi”. Yang
lebih penting lagi, kita juga perlu berjuang supaya kita sendiri tidak menjadi
seperti “anjing” dan juga “babi” khususnya dalam konteks kehidupan kita sebagai
umat pilihan di Perjanjian Baru.
Bacaan
Alkitab: Keluaran 11:4-8
11:4 Berkatalah Musa: "Beginilah firman TUHAN: Pada waktu tengah malam
Aku akan berjalan dari tengah-tengah Mesir.
11:5 Maka tiap-tiap anak sulung di tanah Mesir akan mati, dari anak sulung
Firaun yang duduk di takhtanya sampai kepada anak sulung budak perempuan yang
menghadapi batu kilangan, juga segala anak sulung hewan.
11:6 Dan seruan yang hebat akan terjadi di seluruh tanah Mesir, seperti
yang belum pernah terjadi dan seperti yang tidak akan ada lagi.
11:7 Tetapi kepada siapa juga dari orang Israel, seekor anjing pun tidak
akan berani menggonggong, baik kepada manusia maupun kepada binatang, supaya
kamu mengetahui, bahwa TUHAN membuat perbedaan antara orang Mesir dan orang
Israel.
11:8 Dan semua pegawaimu ini akan datang kepadaku dan sujud kepadaku serta
berkata: Keluarlah, engkau dan seluruh rakyat yang mengikut engkau; sesudah itu
aku akan keluar." Lalu Musa meninggalkan Firaun dengan marah yang
bernyala-nyala.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.