Kamis, 19 Oktober 2017

Mengapa Yang Terakhir Dapat Menjadi Yang Terdahulu?



Jumat, 20 Oktober 2017
Bacaan Alkitab: Matius 19:27-30
“Tetapi banyak orang yang terdahulu akan menjadi yang terakhir, dan yang terakhir akan menjadi yang terdahulu.” (Mat 19:30)


Mengapa Yang Terakhir Dapat Menjadi Yang Terdahulu?


Dalam keempat kitab Injil, kita dapat melihat bagaimana Tuhan Yesus beberapa kali berkata bahwa banyak orang yang terdahulu akan menjadi yang terakhir dan yang terakhir akan menjadi yang terdahulu (ay. 30). Dalam perenungan saya belakangan ini, saya mencoba memahami mengapa orang-orang yang terdahulu dapat tertinggal oleh orang-orang yang terakhir? Bukankah mereka yang terdahulu tentu lebih memiliki banyak waktu untuk belajar kebenaran dan juga lebih banyak waktu dan kesempatan untuk mencapai garis akhir? 

Idealnya memang demikian, mereka yang terdahulu memiliki waktu lebih banyak sejak mereka melewati garis start untuk mencapai garis finish. Sementara itu, mereka yang terakhir/terkemudian tentu memiliki waktu yang lebih sedikit dibandingkan mereka yang terdahulu. Namun persoalannya bukan hanya terletak pada waktu yang dimiliki, tetapi seberapa cepat mereka berlari dan berlomba untuk mencapai garis finish tersebut. Persoalan yang sering terjadi (dan memang akan sering terjadi jika mengacu kepada ucapan Tuhan Yesus tersebut), adalah bahwa mereka yang terdahulu ternyata tidak berlomba secepat yang seharusnya. Akibatnya, mereka lambat laun tersusul oleh yang terakhir/terkemudian karena mereka merasa bahwa waktu mereka lebih lama sehingga perlombaan itu tidak dipandang sebagai sesuatu yang penting dan mendesak.

Dalam hal apa orang percaya harus bisa berlomba dengan serius? Kita dapat melihat bagaimana Petrus berkata kepada Tuhan Yesus bahwa ia (dan murid-murid yang lain) telah meninggalkan segala sesuatu dan mengikut Tuhan, jadi apakah yang akan mereka peroleh (ay. 27)? Perhatikan bagaimana Tuhan Yesus tidak menyalahkan ucapan Petrus, bahwa mereka memang sungguh-sungguh telah meninggalkan segala sesuatu dan mengikut Tuhan dengan benar. Kita dapat melihat bahwa beberapa dari ke-12 murid Tuhan Yesus memang benar-benar meninggalkan segala sesuatunya seperti Matius yang meninggalkan pekerjaannya sebagai pemungut cukai, serta Petrus, Andreas, Yakobus, dan Yohanes yang meninggalkan profesi mereka sebagai nelayan. 

Bahkan lebih lanjut lagi Tuhan Yesus berkata kepada mereka bahwa pada waktu penciptaan kembali (yaitu penciptaan langit yang baru dan bumi yang baru), apabila Anak Manusia duduk di tahta kemuliaan-Nya, maka mereka yang telah mengikut Tuhan Yesus juga akan duduk di atas 12 tahta untuk menghakimi ke-12 suku Israel (ay. 28). Ini adalah suatu pengharapan yang luar biasa untuk menghakimi (atau memerintah) suku-suku Israel. Tentu kita harus melihat konteks dari murid-murid Tuhan Yesus yang memang adalah orang-orang Israel (bukan orang Yunani atau Romawi), sehingga pengharapan mereka juga adalah untuk memerintah atas suku-suku Israel. Angka 12 yang disebutkan Tuhan Yesus sebenarnya merujuk pada kesempatan yang sama yang diberikan oleh Tuhan kepada ke-12 murid-Nya (yang sama dengan jumlah suku Israel), walaupun pada akhirnya 1 orang di antaranya memilih untuk tidak menjual dan meninggalkan Tuhan Yesus, yaitu Yudas Iskariot.

Ingat bahwa janji untuk memerintah bersama-sama dengan Tuhan Yesus dalam kerajaan-Nya yang kekal hanya diberikan kepada mereka yang telah mengikut Tuhan Yesus. Apakah arti mengikut Tuhan Yesus? Banyak orang Kristen sekarang ini berpikiran dangkal bahwa mengikut Tuhan Yesus itu adalah beragama Kristen, datang ke gereja, atau mengambil bagian dalam pelayanan di gereja. Ya, memang itu tidak sepenuhnya salah, tetapi sesungguhnya makna dari mengikut Tuhan Yesus tidaklah sesederhana itu.

Tuhan Yesus sendiri berkata bahwa mengikut Tuhan Yesus berarti mereka yang karena nama Tuhan Yesus meninggalkan rumahnya, saudaranya, orang tuanya, anak-anaknya, dan juga ladangnya (ay. 29a). Intinya mereka yang mengikut Tuhan Yesus adalah mereka yang rela kehilangan segala sesuatu demi Tuhan Yesus. Mengikut Tuhan Yesus berarti tidak memiliki apapun selain Tuhan. Tuhan harus menjadi satu-satunya harta kita, dan bahkan segala-galanya dalam hidup kita. 

Tentu hal ini bukan berarti kita tidak boleh bekerja dan hanya berdoa sepanjang waktu. Kita memang harus bekerja karena bekerja itu adalah kodrat manusia, tetapi dalam setiap hal kita harus mengecek apakah itu semua kita lakukan demi nama Tuhan atau bukan. Kita tidak boleh mencari kesenangan diri sendiri tetapi harus berjuang menyenangkan hati Tuhan. Kita boleh mencari uang tetapi tidak boleh dibahagiakan oleh uang. Tuhan harus menjadi satu-satunya kebahagiaan hidup kita. Ke-11 murid Tuhan Yesus (minus Yudas Iskariot) dan juga jemaat mula-mula dapat dikatakan sudah mengikut Tuhan dengan benar, karena mereka memang benar-benar kehilangan segala sesuatu ketika memutuskan untuk mengikut Tuhan. Mereka rela kehilangan pekerjaan, harta benda, keluarga, kewarganegaraan, bahkan kehilangan nyawa mereka sendiri demi mengikut Tuhan. Oleh karena itu di sinilah letak tantangan kita yang hidup di zaman modern ini, yaitu bagaimana kita bisa benar-benar mengikut Tuhan di dalam arus zaman modern yang penuh dengan konsumerisme dan materialisme.

Allitab berkata bahwa upah dari mereka yang mengikut Tuhan tidak hanya janji untuk memerintah bersama-sama dengan-Nya, tetapi juga menerima apa yang mereka tinggalkan sebanyak 100 kali lipat dan juga memperoleh hidup yang kekal (ay. 29b). Siapa sih yang tidak mau menerima janji Tuhan seperti itu? Tetapi persoalannya adalah pada besarnya harga yang harus dibayar seseorang yang mau mengikut Tuhan Yesus dengan benar. Seberapa banyak di antara kita yang mau kehilangan segala sesuatu di dunia ini demi kemuliaan di kekekalan? Tidak banyak bukan? Masih banyak di antara kita yang masih ingin menikmati dunia dengan segala kenikmatannya. 

Terkait dengan kalimat Tuhan Yesus mengenai yang terdahulu dan yang terakhir, maka dapat dilihat bahwa jika seseorang bersedia untuk diproses Tuhan untuk masuk ke dalam perlombaan iman, maka orang tersebut akan diajar Tuhan dan dibawa untuk naik ke level yang semakin tinggi, dengan dosis kebenaran yang semakin tinggi pula. Mereka akan dibawa Tuhan melalui berbagai persoalan kehidupan untuk “membersihkan” mereka dari segala dosa dan kesenangan pribadi. Mereka akan dipoles semakin tajam supaya menjadi berkilau dan sempurna di pandangan Allah Bapa.

Sayangnya, saya mengamati bahwa mereka yang terdahulu cukup banyak yang tidak bersedia membayar harga yang mahal tersebut. Mereka mungkin adalah orang-orang yang baik di mata orang, bahkan beberapa sudah menduduki jabatan pelayanan di dalam gereja. Namun demikian, mereka tidak mau lagi belajar lebih dalam dan lebih tajam lagi untuk bisa sempurna di hadapan Bapa. Pada suatu titik tertentu mereka akhirnya menyerah dan lempar handuk, karena sudah merasa cukup puas mencapai standar kehidupan rohani mereka di titik itu. Mereka merasak bahwa mereka sudah cukup benar, apalagi mereka yang selama ini sudah mengajar orang lain. Sementara itu mereka yang terkemudian justru akan berlari lebih cepat untuk mengejar ketertinggalan. Tidak heran bahwa mereka yang terkemudian sering “menyalip” orang-orang yang terdahulu, yaitu mereka yang berhenti belajar karena sudah merasa cukup.

Sudah saatnya kita menilai diri kita sendiri, masuk kategori manakah kita di pandangan Tuhan? Apakah kita adalah orang-orang terdahulu yang saat ini masih berlomba, ataukah sudah merasa cukup puas sehingga tidak mau berlari lagi menuju garis akhir? Apakah kita adalah orang-orang terkemudian yang tertinggal jauh dan terus berlari, atau justru menyerah karena merasa sudah tidak mungkin mengejar ketertinggalan. Orang-orang terdahulu memang adalah mereka lebih dahulu belajar kebenaran, tetapi jika mereka merasa cukup puas dan merasa sudah benar, maka mereka akan berhenti berlomba. Sebaliknya orang-orang terkemudian memang mengenal Tuhan dari mereka yang terdahulu, tetapi jika mereka tetap setia berlomba, suatu saat nanti mereka akan menyusul orang-orang terdahulu hingga mencapai garis akhir. Berjuanglah untuk mencapai garis akhir dengan semaksimal mungkin supaya kita yang terdahulu tidak menjadi yang terkemudian, dan kita yang terkemudian juga tidak semakin tertinggal.



Bacaan Alkitab: Matius 19:27-30
19:27 Lalu Petrus menjawab dan berkata kepada Yesus: "Kami ini telah meninggalkan segala sesuatu dan mengikut Engkau; jadi apakah yang akan kami peroleh?"
19:28 Kata Yesus kepada mereka: "Aku berkata kepadamu, sesungguhnya pada waktu penciptaan kembali, apabila Anak Manusia bersemayam di takhta kemuliaan-Nya, kamu, yang telah mengikut Aku, akan duduk juga di atas dua belas takhta untuk menghakimi kedua belas suku Israel.
19:29 Dan setiap orang yang karena nama-Ku meninggalkan rumahnya, saudaranya laki-laki atau saudaranya perempuan, bapa atau ibunya, anak-anak atau ladangnya, akan menerima kembali seratus kali lipat dan akan memperoleh hidup yang kekal.
19:30 Tetapi banyak orang yang terdahulu akan menjadi yang terakhir, dan yang terakhir akan menjadi yang terdahulu."

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.