Rabu, 11 Oktober 2017
Bacaan
Alkitab: Kisah Para Rasul 2:41-47
Sambil memuji Allah. Dan mereka disukai semua orang. Dan tiap-tiap hari
Tuhan menambah jumlah mereka dengan orang yang diselamatkan. (Kis 2:47)
Disukai Semua Orang?
Pada ibadah hari Minggu kemarin, saya
mendengarkan khotbah di sebuah gereja, dimana pembicara/pengkhotbah
tersebut berkata bahwa jemaat mula-mula
adalah jemaat yang disukai semua orang, sehingga mereka pun terus berkembang
dan menuai jiwa-jiwa dengan bertambahnya jumlah jemaat. Pengkhotbah tersebut
berkata bahwa jemaat gereja juga harus bisa sampai level “disukai semua orang”
sehingga banyak jiwa-jiwa akan dapat diajak datang ke gereja dan menjadi
anggota jemaat supaya gereja semakin berkembang dan jemaat menjadi bertambah
banyak.
Sekilas, tidak ada yang salah dengan
khotbah tersebut. Apalagi jika gereja atau sinodenya juga sedang membahas tema
mengenai misi di gereja tersebut. Namun demikian, untuk dapat memahami makna
sebenarnya dari ayat-ayat tersebut, kita harus melihat konteks dan latar
belakang dari ayat tersebut, terlebih jika mengingat fakta bahwa setelah ayat
tersebut, maka tidak ada lagi “masa bulan madu” jemaat mula-mula, karena mereka
langsung mengalami aniaya yang hebat.
Konteks dan latar belakang ayat ini
adalah beberapa saat setelah hari Pentakosta, dimana Roh Kudus dicurahkan
kepada murid-murid. Pada waktu itu Petrus sebagai pemimpin rasul-rasul
berkhotbah dengan berani (atas pimpinan Roh Kudus) kepada orang-orang dari
segala bangsa yang berkumpul di Yerusalem, dan sebagai hasilnya, jumlah jemaat
langsung bertambah kira-kira 3.000 jiwa (ay. 21). Jemaat mula-mula ini (bahkan
benar-benar jemaat yang paling mula-mula atau paling awal), dengan setia
bertekun dalam pengajaran rasul-rasul dan dalam persekutuan (ay. 42a). Mereka
selalu berkumpul untuk memecahkan roti dan berdoa (ay. 42b). Ada kemungkinan
kegiatan “memecahkan roti dan berdoa” tersebut bukan hanya sekedar makan
bersama tetapi mungkin juga terkait dengan perintah Tuhan Yesus untuk melakukan
perjamuan untuk mengingat kematian-Nya. Selain pengajaran dan persekutuan,
Alkitab juga mencatat bahwa rasul-rasul itu mengadakan banyak mujizat dan tanda
(ay. 43). Belum lagi kegiatan mereka yang dengan tekun dan sehati berkumpul di
dalam Bait Allah, memecahkan roti dan makan bersama di rumah masing-masing
secara bergilir dengan gembira dan tulus hati sambil (ay. 45 & 47a).
Sayangnya banyak pembicara Kristen
cenderung melompati pembahasan dari ayat 44. Mengapa demikian? Karena ayat 44
berbicara mengenai bagaimana semua orang yang telah menjadi percaya tetap
bersatu, dan segala kepunyaan mereka adalah kepunyaan bersama (ay. 44). Hal ini
sangat mungkin dilakukan di masyarakat 2.000 tahun yang lalu, tetapi nyaris
mustahil dilakukan di masa kini. Apa buktinya? Kita dapat melihat bagaimana
gereja-gereja dan pendeta-pendeta berselisih, hingga akhirnya ada pendeta yang
membentuk gereja baru dan lain sebagainya.
Tidak hanya itu saja, saya yakin hampir
tidak ada pendeta yang berani mengkhotbahkan gaya hidup jemaat mula-mula dimana
kepunyaan mereka adalah kepunyaan bersama. Mengapa demikian? Karena gaya hidup
ini nyaris tidak ditemukan di kalangan pendeta-pendeta masa kini. Bahkan pada
saat saya mendengarkan khotbah ini minggu lalu, pengkhotbah di gereja tersebut
dengan jelas-jelas berkata, bahwa “persepuluhan adalah hak saya dan saya berhak
menggunakan sesuai kehendak saya”. Padahal jika kita belajar mengenai persepuluhan
dalam renungan-renungan sebelumnya, tidak ada satu ayat pun yang mengatakan
bahwa persepuluhan adalah hak pendeta atau gembala jemaat. Jadi jika pendetanya
saja masih menganggap bahwa persepuluhan adalah hak pendeta, bagaimana pendeta
mengajar jemaatnya untuk saling berbagi? Jika jemaat melihat bahwa pendetanya
belum melakukan apa yang ia khotbahkan, dan hanya ada 2 kemungkinan yang
terjadi: 1) pendetanya akan merasa malu lalu bertobat; atau 2) pendetanya akan
“ngeles” dengan berbagai alasan dan kutipan ayat untuk membenarkan dirinya.
Nah terkait dengan ciri-ciri jemaat
mula-mula tersebut, ada bagian akhir yang juga harus diperhatikan, adalah
ketika dikatakan bahwa jemaat mula-mula itu disukai oleh semua orang (ay. 47b).
Hal ini tentu terkait bahwa jumlah jemaat mula-mula semakin bertambah karena
banyak orang tertarik dan menyukai gaya hidup jemaat mula-mula (ay. 47c). Jika
kita perhatikan, apanya yang disukai? Jawabannya ada beraneka ragam
kemungkinan. Ada kemungkinan banyak orang suka karena ada banyak mujizat dan
tanda. Ada kemungkinan banyak orang suka karena ada banyak yang menjual harta
miliknya dan membagi-bagikan. Ada kemungkinan juga banyak orang suka karena
mereka sudah pernah mendengar pengajaran Tuhan Yesus dan ingin mendalami
ajaran-Nya.
Namun demikian, kita harus ingat bahwa
konteks perikop ini adalah beberapa saat setelah hari Pentakosta, dimana para
imam, ahli Taurat dan orang Farisi belum bersikap keras kepada jemaat Tuhan.
Mereka masih dapat berkumpul setiap hari di bait Allah, karena mungkin apa yang
diajarkan oleh rasul-rasul tidak terlalu bertentangan dengan ajaran Yahudi.
Namun seiring dengan tuntunan Roh Kudus, mau tidak mau jemaat Tuhan dibawa
Tuhan untuk naik level dengan cepat. Ada orang-orang yang penuh dengan Roh
Kudus dan memiliki kecerdasaran rohani yang luar biasa, seperti Stefanus.
Akibatnya, mulailah terjadi gesekan antara jemaat mula-mula. Mereka yang
awalnya disukai di pasal 2 ini (ay. 47), kemudian tetap dihormati di pasal 5
(Kis 5:13), dan pada akhirnya mulai dianiaya dengan hebat di pasal 8 (Kis 8:1).
Jadi hanya berselang 6 pasal, jemaat mula-mula sudah harus menghadapi tantangan
dan aniaya yang bahkan juga mengancam nyawa mereka.
Jadi hal ini seharusnya menempelak
orang-orang yang berkata bahwa orang Kristen pasti disukai oleh orang lain,
apalagi disukai oleh dunia. Seiring perkembangan zaman, kita melihat bahwa mau
tidak mau, orang Kristen yang hidup benar pasti akan terpisah dengan mereka
yang mencintai dunia. Pemisahan ini akan menjadi begitu nyata dan jelas, seperti
yang dikatakan dalam kitab Wahyu: “Barangsiapa yang berbuat jahat, biarlah ia
terus berbuat jahat; barangsiapa yang cemar, biarlah ia terus cemar; dan
barangsiapa yang benar, biarlah ia terus berbuat kebenaran; barangsiapa yang
kudus, biarlah ia terus menguduskan dirinya!” (Why 22:11). Artinya, di akhir
zaman ini, mereka yang hidup kudus akan semakin kudus, dan mereka yang jahat
akan semakin jahat. Orang Kristen yang hidup sungguh-sungguh pasti dimusuhi
oleh mereka yang hidup duniawi. Orang Kristen yang hidup benar mungkin akan
dipercaya oleh atasan yang hidup benar juga, tetapi di sisi lain pasti akan
dimusuhi oleh rekan sekerja, bawahan, bahkan atasan yang hidup tidak benar. Ini
adalah fakta yang tidak dapat dibantah. Dan jika Alkitab menulis bahwa pada
akhir zaman akan datang masa yang sukar (2 Tim 3:1), itu adalah masa dimana
manusia banyak yang hidup dengan jahat dan pasti akan menyulitkan orang percaya
yang hidup benar.
Jadi kalimat “disukai semua orang”
harus dilihat pada konteks jemaat mula-mula di Yerusalem sebelum adanya
penganiayaan. Bagi kita yang hidup di masa akhir zaman ini, jangan pernah
berharap kita akan disukai oleh semua orang. Justru kita harus siap menderita
demi nama Tuhan Yesus. Tuhan Yesus sendiri berkata bahwa sama seperti mereka
(orang dunia) menganiaya Aku, maka mereka pun juga akan menganiaya pengikut
Kristus yang sejati (Yoh 15:20). Tetapi soal disukai oleh orang atau tidak,
sebenarnya itu bukanlah masalah. Yang terpenting adalah kita berjuang supaya
hidup kita menyukakan Allah. Kita berjuang supaya kita disukai Allah. Biarlah
kita senantiasa mencari kesukaan Allah dan bukan kesukaan manusia, sama seperti
Paulus, hamba-Nya yang setia (Gal 1:10).
Bacaan
Alkitab: Kisah Para Rasul 2:41-47
2:41 Orang-orang yang menerima perkataannya itu memberi diri dibaptis dan
pada hari itu jumlah mereka bertambah kira-kira tiga ribu jiwa.
2:42 Mereka bertekun dalam pengajaran rasul-rasul dan dalam persekutuan.
Dan mereka selalu berkumpul untuk memecahkan roti dan berdoa.
2:43 Maka ketakutanlah mereka semua, sedang rasul-rasul itu mengadakan
banyak mujizat dan tanda.
2:44 Dan semua orang yang telah menjadi percaya tetap bersatu, dan segala
kepunyaan mereka adalah kepunyaan bersama,
2:45 dan selalu ada dari mereka yang menjual harta miliknya, lalu
membagi-bagikannya kepada semua orang sesuai dengan keperluan masing-masing.
2:46 Dengan bertekun dan dengan sehati mereka berkumpul tiap-tiap hari
dalam Bait Allah. Mereka memecahkan roti di rumah masing-masing secara bergilir
dan makan bersama-sama dengan gembira dan dengan tulus hati,
2:47 sambil memuji Allah. Dan mereka disukai semua orang. Dan tiap-tiap
hari Tuhan menambah jumlah mereka dengan orang yang diselamatkan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.