Senin, 16 Oktober 2017

Kewaspadaan Umat Perjanjian Baru (14): terhadap Penyimpangan Kebenaran Firman Tuhan

Senin, 16 Oktober 2017
Bacaan Alkitab: 1 Petrus 1:13-16
Sebab itu siapkanlah akal budimu, waspadalah dan letakkanlah pengharapanmu seluruhnya atas kasih karunia yang dianugerahkan kepadamu pada waktu penyataan Yesus Kristus. (1 Ptr 1:13)


Kewaspadaan Umat Perjanjian Baru (14): terhadap Penyimpangan Kebenaran Firman Tuhan


Setelah saya melihat-lihat lagi renungan-renungan terdahulu, saya menemukan bahwa ada satu ayat yang terlewat dalam seri renungan mengenai kewaspadaan umat Perjanjian Baru. Oleh karena itu, hari ini saya akan membahas mengenai ayat yang terlewat tersebut, yaitu “Sebab itu siapkanlah akal budimu, waspadalah dan letakkanlah pengharapanmu seluruhnya atas kasih karunia yang dianugerahkan kepadamu pada waktu penyataan Yesus Kristus” (ay. 13). Memang ayat ini tidak secara eksplisit menyatakan apa yang harus kita waspadai, namun demikian jika kita membaca konteks perikopnya, maka kita akan menemukan bahwa inilah salah satu kewaspadaan yang sangat penting.

Rasul Petrus menulis supaya orang percaya senantiasa menyiapkan akal budinya (ay. 13a). Mengapa ini disebut di awal? Karena dari akal budi inilah pengertian, pemahaman, dan pola pikir seseorang akan terbangun. Dan satu-satunya cara untuk mengubah akal budi adalah dengan pengetahuan, dalam hal ini pengetahuan Firman Tuhan yang benar. Tidak mungkin Tuhan akan memakai cara lain untuk mengubah akal budi seseorang kecuali jika orang tersebut mau belajar Firman Tuhan secara serius dan sungguh-sungguh. Barulah setelah seseorang menyiapkan akal budinya (yaitu pengertian dan pola pikirnya yang selaras dengan pikiran dan perasaan Kristus), orang tersebut dapat memiliki sikap kewaspadaan yang benar. Perhatikan bagaimana kata “waspadalah” diletakkan setelah perintah untuk menyiapkan akal budi (ay. 13b).

Sikap waspada ini sungguh penting, namun sikap waspada ini tidak boleh diartikan sebagai sikap curiga yang berlebihan. Waspada dalam hal ini adalah waspada akan hal-hal yang membuat kita untuk tidak mempersiapkan akal budi kita. Dalam hal ini kita harus waspada akan “pemberitaan firman” yang menyimpang dari kebenaran. Pemberitaan Firman yang benar akan mengubah pola pikir dan akal budi seseorang sehingga ia bisa hidup berkenan di hadapan Tuhan. Sementara pemberitaan “firman” yang menyimpang dari kebenaran, tidak mungkin akan membuat orang yang mendengarnya berubah menjadi lebih baik lagi. Setidaknya ada beberapa hal yang pasti akan terjadi sebagai dampak pemberitaan Firman Tuhan yang benar (yaitu yang mengubah akal budi kita dalam kebenaran), yaitu:

Pertama, kita akan memiliki pengharapan sepenuhnya pada waktu penyataan Yesus Kristus (ay. 13c). Ini berarti satu-satunya pengharapan kita adalah pada waktu kedatangan Tuhan Yesus Kristus yang kedua kali. Kita tidak akan pernah lagi berharap akan kebahagiaan di dunia ini, tetapi dalam kasih karunia, kita akan berharap kepada kemuliaan bersama-sama dengan Tuhan Yesus pada langit yang baru dan bumi yang baru nanti. Kita akan meletakkan pengharapan kita seluruhnya pada hari dimana Tuhan Yesus bertahta sebagai Raja dalam kekekalan. Dampak dari pembaharuan pikiran dan akal budi ini akan membuat keindahan dunia menjadi pudar di mata kita, dan satu-satunya pengharapan yang kita nanti-nantikan adalah kedatangan Tuhan Yesus yang kedua kali untuk membawa kita memerintah bersama-sama dengan Dia selamanya.

Kedua, kita akan hidup sebagai anak-anak yang taat (ay. 14a). Ketaatan kepada siapa? Tentu ketaatan tanpa batas terhadap kehendak Tuhan. Dalam hal ini kita juga harus belajar bahwa standar anak-anak Allah yang benar adalah mereka yang taat dan melakukan kehendak-Nya. Ingat bahwa pada hari penghakiman, kita tidak akan ditanya berapa mujizat yang dilakukan, tetapi berapa banyak kita melakukan kehendak Allah dalam hidup kita (Mat 7:21-23). Ketaatan tanpa batas ini akan membuat kita rela melakukan apapun asal hal itu menyenangkan hati Tuhan. Kita tidak akan tergoda untuk melakukan tindakan, mengucapkan perkataan, bahkan memikirkan hal-hal yang dapat melukai hati-Nya. Oleh karena itu, orang yang telah diperbaharui pikirannya dengan kebenaran Firman Tuhan yang murni pasti akan berkarakter baik, bahkan berkarakter ilahi.

Ketiga, kita tidak akan menuruti hawa nafsu kita, meskipun dahulu kita pernah jatuh bahkan hidup dalam kebodohan (ay. 14b). Tidak bisa dipungkiri bahwa sebagian besar dari kita pasti punya masa lalu yang kelam. Masa lalu itu bisa jadi adalah masa-masa di mana kita belum mengenal kebenaran sehingga kita masih hidup dan berkubang di dalam dosa. Namun demikian, setelah kita belajar mengenal kebenaran yang murni, maka kebenaran itu pasti akan mengubah pola pikir kita, sehingga apa yang dahulu kita pandang sebagai suatu kenikmatan, maka sekarang hal tersebut sudah tidak menarik lagi. Memang kita tidak akan bisa bebas begitu saja dari godaan hawa nafsu, tetapi akan ada semacam pemahaman di pikiran kita bahwa hawa nafsu itu adalah dosa di mata Tuhan, sehingga kita akan mulai untuk menjauhi dosa, hingga pada titik tertentu, kita akan bisa menolak dosa yang dulu kita lakukan, menjadi tidak mau melakukannya sama sekali.

Keempat, kita akan berjuang untuk menjadi kudus dalam seluruh hidup kita, sama seperti Tuhan kita adalah kudus (ay. 15-16). Di sini kita perlu memahami definisi kata kudus, yang bisa berarti tanpa cacat dan cela, atau dipisahkan dari yang lainnya. Kalimat “kita harus kudus” dapat diartikan bahwa kita harus bisa mencapai tingkat “terpisah” dari yang lain (yaitu dari orang dunia yang hidup dalam kewajaran duniawi). Artinya kalau kesuksesan bagi orang lain adalah punya uang banyak, jalan-jalan ke luar negeri, punya pekerjaan mapan, punya rumah mewah, punya mobil mewah, maka kesuksesan kita adalah ketika kita bisa hidup seperti Tuhan Yesus hidup. Bukan tidak boleh punya hal-hal di atas, tetapi semua harus digunakan bagi kemuliaan nama Tuhan. Semua harta benda dan materi hanyalah alat untuk bisa memuliakan Tuhan, dan jangan sampai dibalik yaitu menggunakan Tuhan sebagai alat untuk mendapatkan harta benda tersebut.

Dalam hal ini kita harus berjuang untuk hidup kudus, dalam artian tidak bercacat dan tidak bercela dalam segala hal. Tentu dalam hal ini Roh Kudus akan memimpin kita, tetapi kita juga harus mau berjuang dan mematikan hawa nafsu dan keinginan dalam diri kita. Kita harus hidup dalam kesempurnaan seperti Tuhan Yesus telah memberi contoh kehidupan yang nyata bagi kita. Kita harus dapat meneladani perjuangan Tuhan Yesus hingga mati di atas kayu salib. Dalam segala hal, ia telah memberikan contoh hidup yang patut kita teladani. Tidak salah jika Alkitab menulis bahwa Tuhan Yesus menjadi pokok/penggubah keselamatan bagi kita (Ibr 5:9). Seorang penggubah (composer) adalah orang yang menulis lagu dalam not-not balok, sehingga orang lain yang membaca not balok tersebut dapat memainkan melodi sesuai dengan apa yang diinginkan sang penggubahnya tersebut. Dalam hal ini orang lain dapat memainkan musik dengan kualitas yang sama dengan sang penggubah selama ia mengikuti setiap not yang ditulis oleh penggubah tersebut. 

Jadi, dalam hal inilah perbedaan Firman Tuhan yang murni dan “firman” yang palsu. Firman Tuhan yang murni pasti mengajar kita untuk semakin hidup benar di hadapan Tuhan sesuai standar Tuhan. Sementara itu, “firman” yang palsu mungkin akan membawa kita hidup nyaman di dunia, hidup wajar menurut standar dunia, tetapi tidak pernah mencapai standar sempurna sesuai yang Bapa inginkan. Oleh karena itu, sudah sepantasnya kita mengecek kehidupan kita, sudah berapa lama kita menjadi orang Kristen dan membaca atau mendengar Firman Tuhan? Sudahkah hidup kita diubahkan dengan ke arah yang benar. Bagi para pembicara/pengkhotbah/pendeta, berlaku pertanyaan yang lebih tajam lagi: Apakah khotbah/Firman yang kita sampaikan sudah mengubah hidup jemaat kita yang mendengarkannya ke arah kekudusan hidup dan pengharapan yang benar atas realitas kekekalan? Waspadalah supaya kita jangan disesatkan apalagi menyesatkan!



Bacaan Alkitab: 1 Petrus 1:13-16
1:13 Sebab itu siapkanlah akal budimu, waspadalah dan letakkanlah pengharapanmu seluruhnya atas kasih karunia yang dianugerahkan kepadamu pada waktu penyataan Yesus Kristus.
1:14 Hiduplah sebagai anak-anak yang taat dan jangan turuti hawa nafsu yang menguasai kamu pada waktu kebodohanmu,
1:15 tetapi hendaklah kamu menjadi kudus di dalam seluruh hidupmu sama seperti Dia yang kudus, yang telah memanggil kamu,
1:16 sebab ada tertulis: Kuduslah kamu, sebab Aku kudus.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.