Kamis, 26 Oktober 2017

Anjing dan Babi dalam Alkitab (10): Ibarat Seekor Anjing Mati (3)



Senin, 30 Oktober 2017
Bacaan Alkitab: 2 Samuel 16:5-14
Lalu berkatalah Abisai, anak Zeruya, kepada raja: "Mengapa anjing mati ini mengutuki tuanku raja? Izinkanlah aku menyeberang dan memenggal kepalanya." (2 Sam 16:9)


Anjing dan Babi dalam Alkitab (10): Ibarat Seekor Anjing Mati (3)


Istilah “anjing mati” sepertinya cukup populer di masa Daud hidup. Setidaknya 3 kali istilah tersebut muncul di dalam Alkitab dan ketiga-tiganya muncul di zaman Daud. Peristiwa yang ketiga ini terjadi ketika raja Daud dan orang-orang yang loyal kepadanya sedang mengungsi meninggalkan istana dan kota Yerusalem untuk menghindari konflik dengan Absalom, anak raja Daud yang melakukan kudeta terhadap tahta raja. Dalam perjalanannya tersebut, raja Daud dan rombongannya telah sampai ke daerah Bahurim, dimana di sana keluarlah salah seorang dari kaum keluarga Saul yang bernama Simei bin Gera. Sambil mendekati raja Daud, ia terus-menerus mengutuk raja (ay. 5).

Tidak hanya mengutuk, tetapi Simei juga melempari Daud dan para pegawainya dengan batu, meskipun segenap tentara dan pahlawan berjalan di kiri dan kanan raja (ay. 6). Kita tidak tahu seberapa besar batu yang dilempar Simei yang ditujukan kepada raja Daud, apakah cukup besar ataukah sekecil kerikil yang ada di sepanjang jalan. Tetapi kecil kemungkinan raja Daud terkena lemparan batu tersebut karena pasukan yang ada di sekeliling raja dengan baju zirah yang lengkap. Tetapi yang lebih menyakitkan dibandingkan lemparan batu tersebut adalah ucapan Simei yang mengutuk Daud dengan ucapan: “Enyahlah, enyahlah, engkau penumpah darah, orang dursila! TUHAN telah membalas kepadamu segala darah keluarga Saul, yang engkau gantikan menjadi raja, TUHAN telah menyerahkan kedudukan raja kepada anakmu Absalom. Sesungguhnya, engkau sekarang dirundung malang, karena engkau seorang penumpah darah.” (ay. 7-8). Ucapan tersebut pastilah sangat menyakitkan apalagi diucapkan oleh rakyat biasa dan langsung didengar oleh telinga raja Daud sendiri. 

Alkitab bahkan mencatat bahwa ucapan dan tindakan Simei tersebut sangat mengganggu orang lain, yaitu mereka yang ada di sekitar raja Daud. Abisai, yang adalah salah seorang pemimpin pasukan berkata kepada raja, “Mengapa anjing mati ini mengutuki tuanku raja? Izinkanlah aku menyeberang dan memenggal kepalanya.” (ay. 9). Abisai menggunakan juga istilah “anjing mati” ini untuk menunjukkan betapa tidak berharganya nyawa Simei. Jika raja Daud mengizinkannya, Abisai akan langsung menyerang Simei dan membunuhnya dengan mudah. Namun demikian, Daud melarang Abisai untuk membunuh Simei karena siapa tahu Tuhanlah yang telah berfirman kepada Simei untuk mengutuki dirinya (ay. 10).

Daud juga berkata bahwa jika anak kandungnya sendiri saja ingin mencabut nyawanya dan ia memilih untuk lari mengungsi dari Yerusalem, maka mengapa ia harus mempersoalkan ucapan kutuk dan lemparan batu Simei? Bukankah pemberontakan anak kandungnya sendiri sudah cukup membuat Daud merasa sedih hatinya? Dalam pikiran Daud, ia hanya berharap bahwa Tuhan memperhatikan kesusahannya dan membalas kutukan Simei dengan hal yang baik. Daud menyadari bahwa pembalasan bukanlah haknya, melainkan hak Tuhan. Oleh karena itu, Daud memilih untuk diam dan tidak membalas, serta menyerahkan pembalasan itu kepada Tuhan. 

Alkitab mencatat bahwa sepanjang perjalanan raja Daud dan orang-orangnya menuju ke Yordan, Simei senantiasa mengikuti rombongan raja Daud sambil terus-menerus mengutuki raja, melempari batu dan menimbulkan debu (ay. 13-14). Namun demikian sepanjang jalan itu pula Daud tetap diam dan memerintahkan orang-orangnya untuk tidak mengambil tindakan terhadap Simei. Dengan hal ini, Daud membiarkan dirinya dihina orang meskipun ucapan kutuk Simei juga tidak sepenuhnya benar (karena Daud sebenarnya tidak menumpahkan darah terhadap Saul, meskipun bisa dikatakan bahwa sepanjang hidupnya, ada banyak darah yang tertumpah oleh dirinya, termasuk darah Uria, suami Batsyeba). Di situ Daud menyadari bahwa bukan Simei yang adalah anjing mati, tetapi justru dirinya sendiri yang adalah anjing mati. Daud sadar bahwa posisinya berada dalam kesesakan karena pemberontakan Absalom, anaknya sendiri. Namun Daud tahu bahwa saat itu, di masa tuanya, ia sedang diajar Tuhan untuk berdiam dan tidak membalas ucapan kutuk Simei.

Istilah “anjing mati” merujuk kepada seseorang yang dipandang tidak berharga dan dianggap najis. Abisai menganggap Simei sebagai seekor anjing mati. Sementara Daud yang lebih dahulu menggunakan istilah tersebut kepada dirinya di hadapan Saul, justru memposisikan dirinya sendiri sebagai anjing mati itu sendiri. Oleh karena itu, Daud sama sekali tidak mau melakukan tindakan terhadap Simei. Ia memilih diam. Diam di sini bukan berarti tidak berani atau tidak peduli, tetapi ia memilih diam supaya tidak melakukan kesalahan lebih lanjut dan juga untuk tidak menimbulkan masalah baru. Pada akhirnya, Alkitab mencatat bahwa Simei juga mati akibat kesalahannya sendiri, tetapi Alkitab membuktikan bahwa ucapan Simei tidak berdasar, karena Daud tidak pernah dan tidak mau menumpahkan darah keluarga Saul dengan tangannya sendiri atau atas perintah raja Daud sendiri.   



Bacaan Alkitab: 2 Samuel 16:5-14
16:5 Ketika raja Daud telah sampai ke Bahurim, keluarlah dari sana seorang dari kaum keluarga Saul; ia bernama Simei bin Gera. Sambil mendekati raja, ia terus-menerus mengutuk.
16:6 Daud dan semua pegawai raja Daud dilemparinya dengan batu, walaupun segenap tentara dan semua pahlawan berjalan di kiri kanannya.
16:7 Beginilah perkataan Simei pada waktu ia mengutuk: "Enyahlah, enyahlah, engkau penumpah darah, orang dursila!
16:8 TUHAN telah membalas kepadamu segala darah keluarga Saul, yang engkau gantikan menjadi raja, TUHAN telah menyerahkan kedudukan raja kepada anakmu Absalom. Sesungguhnya, engkau sekarang dirundung malang, karena engkau seorang penumpah darah."
16:9 Lalu berkatalah Abisai, anak Zeruya, kepada raja: "Mengapa anjing mati ini mengutuki tuanku raja? Izinkanlah aku menyeberang dan memenggal kepalanya."
16:10 Tetapi kata raja: "Apakah urusanku dengan kamu, hai anak-anak Zeruya? Biarlah ia mengutuk! Sebab apabila TUHAN berfirman kepadanya: Kutukilah Daud, siapakah yang akan bertanya: mengapa engkau berbuat demikian?"
16:11 Pula kata Daud kepada Abisai dan kepada semua pegawainya: "Sedangkan anak kandungku ingin mencabut nyawaku, terlebih lagi sekarang orang Benyamin ini! Biarkanlah dia dan biarlah ia mengutuk, sebab TUHAN yang telah berfirman kepadanya demikian.
16:12 Mungkin TUHAN akan memperhatikan kesengsaraanku ini dan TUHAN membalas yang baik kepadaku sebagai ganti kutuk orang itu pada hari ini."
16:13 Demikianlah Daud melanjutkan perjalanannya dengan orang-orangnya, sedang Simei berjalan terus di lereng gunung bertentangan dengan dia dan sambil berjalan ia mengutuk, melemparinya dengan batu dan menimbulkan debu.
16:14 Dengan lelah sampailah raja dan seluruh rakyat yang ada bersama-sama dengan dia ke Yordan, lalu mereka beristirahat di sana.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.