Senin, 30 Oktober 2017
Bacaan
Alkitab: 2 Samuel 16:5-14
Lalu berkatalah Abisai, anak Zeruya, kepada raja: "Mengapa anjing mati
ini mengutuki tuanku raja? Izinkanlah aku menyeberang dan memenggal
kepalanya." (2 Sam 16:9)
Anjing dan Babi dalam Alkitab (10): Ibarat Seekor Anjing
Mati (3)
Istilah “anjing mati” sepertinya cukup
populer di masa Daud hidup. Setidaknya 3 kali istilah tersebut muncul di dalam
Alkitab dan ketiga-tiganya muncul di zaman Daud. Peristiwa yang ketiga ini
terjadi ketika raja Daud dan orang-orang yang loyal kepadanya sedang mengungsi
meninggalkan istana dan kota Yerusalem untuk menghindari konflik dengan
Absalom, anak raja Daud yang melakukan kudeta terhadap tahta raja. Dalam
perjalanannya tersebut, raja Daud dan rombongannya telah sampai ke daerah
Bahurim, dimana di sana keluarlah salah seorang dari kaum keluarga Saul yang
bernama Simei bin Gera. Sambil mendekati raja Daud, ia terus-menerus mengutuk
raja (ay. 5).
Tidak hanya mengutuk, tetapi Simei juga
melempari Daud dan para pegawainya dengan batu, meskipun segenap tentara dan
pahlawan berjalan di kiri dan kanan raja (ay. 6). Kita tidak tahu seberapa
besar batu yang dilempar Simei yang ditujukan kepada raja Daud, apakah cukup
besar ataukah sekecil kerikil yang ada di sepanjang jalan. Tetapi kecil
kemungkinan raja Daud terkena lemparan batu tersebut karena pasukan yang ada di
sekeliling raja dengan baju zirah yang lengkap. Tetapi yang lebih menyakitkan
dibandingkan lemparan batu tersebut adalah ucapan Simei yang mengutuk Daud
dengan ucapan: “Enyahlah, enyahlah, engkau penumpah darah, orang dursila! TUHAN
telah membalas kepadamu segala darah keluarga Saul, yang engkau gantikan
menjadi raja, TUHAN telah menyerahkan kedudukan raja kepada anakmu Absalom.
Sesungguhnya, engkau sekarang dirundung malang, karena engkau seorang penumpah
darah.” (ay. 7-8). Ucapan tersebut pastilah sangat menyakitkan apalagi
diucapkan oleh rakyat biasa dan langsung didengar oleh telinga raja Daud
sendiri.
Alkitab bahkan mencatat bahwa ucapan
dan tindakan Simei tersebut sangat mengganggu orang lain, yaitu mereka yang ada
di sekitar raja Daud. Abisai, yang adalah salah seorang pemimpin pasukan
berkata kepada raja, “Mengapa anjing mati ini mengutuki tuanku raja? Izinkanlah
aku menyeberang dan memenggal kepalanya.” (ay. 9). Abisai menggunakan juga
istilah “anjing mati” ini untuk menunjukkan betapa tidak berharganya nyawa
Simei. Jika raja Daud mengizinkannya, Abisai akan langsung menyerang Simei dan
membunuhnya dengan mudah. Namun demikian, Daud melarang Abisai untuk membunuh
Simei karena siapa tahu Tuhanlah yang telah berfirman kepada Simei untuk mengutuki
dirinya (ay. 10).
Daud juga berkata bahwa jika anak
kandungnya sendiri saja ingin mencabut nyawanya dan ia memilih untuk lari
mengungsi dari Yerusalem, maka mengapa ia harus mempersoalkan ucapan kutuk dan
lemparan batu Simei? Bukankah pemberontakan anak kandungnya sendiri sudah cukup
membuat Daud merasa sedih hatinya? Dalam pikiran Daud, ia hanya berharap bahwa
Tuhan memperhatikan kesusahannya dan membalas kutukan Simei dengan hal yang
baik. Daud menyadari bahwa pembalasan bukanlah haknya, melainkan hak Tuhan.
Oleh karena itu, Daud memilih untuk diam dan tidak membalas, serta menyerahkan
pembalasan itu kepada Tuhan.
Alkitab mencatat bahwa sepanjang
perjalanan raja Daud dan orang-orangnya menuju ke Yordan, Simei senantiasa
mengikuti rombongan raja Daud sambil terus-menerus mengutuki raja, melempari
batu dan menimbulkan debu (ay. 13-14). Namun demikian sepanjang jalan itu pula
Daud tetap diam dan memerintahkan orang-orangnya untuk tidak mengambil tindakan
terhadap Simei. Dengan hal ini, Daud membiarkan dirinya dihina orang meskipun
ucapan kutuk Simei juga tidak sepenuhnya benar (karena Daud sebenarnya tidak
menumpahkan darah terhadap Saul, meskipun bisa dikatakan bahwa sepanjang
hidupnya, ada banyak darah yang tertumpah oleh dirinya, termasuk darah Uria,
suami Batsyeba). Di situ Daud menyadari bahwa bukan Simei yang adalah anjing
mati, tetapi justru dirinya sendiri yang adalah anjing mati. Daud sadar bahwa
posisinya berada dalam kesesakan karena pemberontakan Absalom, anaknya sendiri.
Namun Daud tahu bahwa saat itu, di masa tuanya, ia sedang diajar Tuhan untuk
berdiam dan tidak membalas ucapan kutuk Simei.
Istilah “anjing mati” merujuk kepada
seseorang yang dipandang tidak berharga dan dianggap najis. Abisai menganggap
Simei sebagai seekor anjing mati. Sementara Daud yang lebih dahulu menggunakan
istilah tersebut kepada dirinya di hadapan Saul, justru memposisikan dirinya
sendiri sebagai anjing mati itu sendiri. Oleh karena itu, Daud sama sekali tidak
mau melakukan tindakan terhadap Simei. Ia memilih diam. Diam di sini bukan
berarti tidak berani atau tidak peduli, tetapi ia memilih diam supaya tidak
melakukan kesalahan lebih lanjut dan juga untuk tidak menimbulkan masalah baru.
Pada akhirnya, Alkitab mencatat bahwa Simei juga mati akibat kesalahannya
sendiri, tetapi Alkitab membuktikan bahwa ucapan Simei tidak berdasar, karena Daud
tidak pernah dan tidak mau menumpahkan darah keluarga Saul dengan tangannya sendiri
atau atas perintah raja Daud sendiri.
Bacaan
Alkitab: 2 Samuel 16:5-14
16:5 Ketika raja Daud telah sampai ke Bahurim, keluarlah dari sana seorang
dari kaum keluarga Saul; ia bernama Simei bin Gera. Sambil mendekati raja, ia
terus-menerus mengutuk.
16:6 Daud dan semua pegawai raja Daud dilemparinya dengan batu, walaupun
segenap tentara dan semua pahlawan berjalan di kiri kanannya.
16:7 Beginilah perkataan Simei pada waktu ia mengutuk: "Enyahlah,
enyahlah, engkau penumpah darah, orang dursila!
16:8 TUHAN telah membalas kepadamu segala darah keluarga Saul, yang engkau
gantikan menjadi raja, TUHAN telah menyerahkan kedudukan raja kepada anakmu
Absalom. Sesungguhnya, engkau sekarang dirundung malang, karena engkau seorang
penumpah darah."
16:9 Lalu berkatalah Abisai, anak Zeruya, kepada raja: "Mengapa anjing
mati ini mengutuki tuanku raja? Izinkanlah aku menyeberang dan memenggal
kepalanya."
16:10 Tetapi kata raja: "Apakah urusanku dengan kamu, hai anak-anak
Zeruya? Biarlah ia mengutuk! Sebab apabila TUHAN berfirman kepadanya: Kutukilah
Daud, siapakah yang akan bertanya: mengapa engkau berbuat demikian?"
16:11 Pula kata Daud kepada Abisai dan kepada semua pegawainya:
"Sedangkan anak kandungku ingin mencabut nyawaku, terlebih lagi sekarang
orang Benyamin ini! Biarkanlah dia dan biarlah ia mengutuk, sebab TUHAN yang
telah berfirman kepadanya demikian.
16:12 Mungkin TUHAN akan memperhatikan kesengsaraanku ini dan TUHAN
membalas yang baik kepadaku sebagai ganti kutuk orang itu pada hari ini."
16:13 Demikianlah Daud melanjutkan perjalanannya dengan orang-orangnya,
sedang Simei berjalan terus di lereng gunung bertentangan dengan dia dan sambil
berjalan ia mengutuk, melemparinya dengan batu dan menimbulkan debu.
16:14 Dengan lelah sampailah raja dan seluruh rakyat yang ada bersama-sama
dengan dia ke Yordan, lalu mereka beristirahat di sana.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.