Rabu, 4 April
2012
Bacaan
Alkitab: Lukas 2:36-38
“Lagipula di situ ada
Hana, seorang nabi perempuan, anak Fanuel dari suku Asyer. Ia sudah sangat
lanjut umurnya. Sesudah kawin ia hidup tujuh tahun lamanya bersama suaminya.” (Luk 2:36)
Kesetian
Seorang Hana
Sejak saya menikah, saya semakin mengerti tentang
makna kesetiaan. Setia itu tidak hanya dalam hal tindakan atau perilaku, tetapi
juga dalam pikiran dan perasaan. Saya
pun sempat terpikir bagaimana jika salah satu di antara saya atau isteri saya
dipanggil Tuhan terlebih dahulu? Apa yang akan saya lakukan? Apa yang akan
isteri saya lakukan? Memang sebuah keluarga Kristen dibentuk dengan dasar
kesetiaan “sampai maut memisahkan”. Lalu apa yang harus kita lakukan ketika
maut telah memisahkan suami dan isteri tersebut?
Saya sendiri telah berjanji kepada isteri saya,
jika ternyata isteri saya dipanggil Tuhan terlebih dahulu, maka saya tidak akan
mencari pengganti dirinya. Memang sulit, karena hal itu sebenarnya tidak diatur
dalam Alkitab. Akan tetapi mengingat apa yang telah isteri saya lakukan dalam
kehidupan saya, maka memang sudah seharusnya saya tetap setia, bukan hanya
setia sampai mati, tetapi juga setia setelah mati.
Bacaan Alkitab kita hari ini berbicara tentang
nabiah (nabi perempuan) yang bernama Hana. Saat Yesus lahir, usia Hana sudah
sangat tua, yaitu 84 tahun (ay. 36a & 37a). Alkitab menceritakan sedikit
tentang latar belakang Hana. Ia menikah selama tujuh tahun sebelum suaminya
dipanggil Tuhan dan ia menjadi seorang janda. Alkitab memang tidak mengatakan
apakah setelah ditinggal suaminya kemudian Hana menikah kembali atau tidak.
Tetapi melihat sikap Hana yang ketika menjadi nabi, ia tidak pernah
meninggalkan Bait Allah (ay. 37b), maka boleh dikatakan kemungkinan besar
(bahkan hampir pasti) kesetiaannya dalam pelayanan juga mencerminkan kesetiaan
dalam aspek kehidupan lainnya yaitu untuk tetap menjanda setelah suaminya
meninggal.
Hana mengisi waktu jandanya dengan beribadah
kepada Tuhan. Ia berpuasa dan berdoa siang dan malam (ay. 37b). Jika diperkirakan
usia Hana saat menikah adalah sekitar 25 s.d. 28 tahun, maka ia menjanda
sekitar 32 s.d. 35 tahun. Pada saat Yesus lahir, Hana telah menjadi nabi dan
melayani di Bait Allah selama sekitar 50 tahun. Ia tidak menyesal dengan
kehidupannya sebagai seorang janda, tetapi justru ia memanfaatkan masa jandanya
untuk melayani Tuhan dengan sepenuh waktu (full
time). Dan sebagai akibat dari kesetiaannya melayani Tuhan, Hana diberikan
kesempatan untuk melihat bayi Yesus, yang adalah Anak Allah sendiri yang turun
ke dalam dunia. Saya rasa, Hana pasti sangat bersukacita dan bersyukur kepada
Tuhan akan kesempatan yang diterimanya untuk melihat sang Mesias (ay. 38a).
Hana pun akhirnya menyampaikan kepada orang-orang bahwa Anak inilah yang
nantinya akan membawa kelepasan bagi Yerusalem, Israel, dan bahkan seluruh
dunia (ay. 38b).
Bagaimana dengan kita? Sanggupkah kita meneladani
apa yang diperbuat Hana? Mungkin masih ada di antara kita yang masih belum
menikah, atau masih belum memiliki pacar, atau mungkin ada yang sudah menjadi
janda/duda. Saran saya, manfaatkan waktu lajang kita semaksimal mungkin. Ada
maksud Tuhan ketika Ia belum memberikan pasangan hidup kepada kita, yaitu agar
kita dapat melayani Tuhan dengan waktu yang lebih longgar. Saya sendiri
merasakan bahwa masa-masa lajang adalah kesempatan emas untuk melayani di
ladang Tuhan. Bukan berarti ketika kita menikah kemudian kita tidak melayani
Tuhan lagi, tetapi jika kita telah menikah, maka waktu kita akan tersita oleh
keluarga kita, suami atau isteri kita, serta anak-anak kita.
Saya rindu kita semua bisa belajar dari Hana yang
tetap setia, bukan saja dalam hal pernikahan, tetapi juga dalam hal pelayanan.
Orang-orang seperti Hana inilah yang Tuhan sedang cari di zaman ini, ketika
kesetiaan menjadi hal yang mahal dan sulit dicari. Maukah kita belajar untuk
hidup setia dalam hal apapun? Karena saya yakin ada upah yang besar atas
kesetiaan kita tersebut.
Bacaan
Alkitab: Lukas 2:36-38
2:36 Lagipula di situ ada Hana, seorang nabi perempuan, anak Fanuel
dari suku Asyer. Ia sudah sangat lanjut umurnya. Sesudah kawin ia hidup tujuh
tahun lamanya bersama suaminya,
2:37 dan sekarang ia janda dan berumur delapan puluh empat tahun. Ia
tidak pernah meninggalkan Bait Allah dan siang malam beribadah dengan berpuasa
dan berdoa.
2:38 Dan pada ketika itu juga datanglah ia ke situ dan mengucap
syukur kepada Allah dan berbicara tentang Anak itu kepada semua orang yang
menantikan kelepasan untuk Yerusalem.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.