Jumat,
13 April 2012
Bacaan
Alkitab: 1 Petrus 5:1-4
“Gembalakanlah
kawanan domba Allah yang ada padamu, jangan dengan paksa, tetapi dengan
sukarela sesuai dengan kehendak Allah, dan jangan karena mau mencari
keuntungan, tetapi dengan pengabdian diri.” (1 Ptr 5:2)
Menggembalakan dengan Setia
Beberapa waktu yang lalu saya pernah menulis
renungan yang berisi tentang prinsip melayani Tuhan. Sebelumnya, saya juga
pernah menulis renungan yang berisi tentang jiwa gembala yang dimiliki
seseorang. Saya kemudian berpikir, apakah
memang hanya orang-orang tertentu yang diberikan karunia untuk menggembalakan?
salah satu jabatan rohani yang dalam Alkitab adalah jabatan gembala (Ef 4:11).
Tentunya jika Tuhan membuat suatu jabatan rohani tertentu, maka Tuhan juga akan
memperlengkapi orang yang menduduki jabatan rohani tersebut. Tetapi bisa jadi
Tuhan memberikan karunia untuk menggembalakan kepada orang-orang yang tidak
menjadi gembala.
Saya pikir, walaupun kita merasa bahwa ada
beberapa karunia yang cukup menonjol dalam diri kita (semisal saya sendiri,
karunia yang paling saya rasakan adalah karunia dalam bidang musik dan
menulis), tetapi disadari atau tidak, Tuhan pun menaruh karunia-karunia yang
lain dalam diri kita walaupun mungkin porsinya tidak besar. Saya sangat yakin
bahwa di antara kita pun juga diberikan karunia untuk menggembalakan. Hal ini
tentunya karena Tuhan sendiri adalah Gembala kita dan kita pun harus meneladani
peran Yesus tersebut.
Petrus sendiri mendapatkan mandat langsung dari
Tuhan Yesus untuk menggembalakan domba-domba (jemaat-jemaat)Nya (Yoh 21:15-17).
Oleh karena itu Petrus pun juga sangat kuat membagikan ajaran tentang
penggembalaan ini kepada jemaat secara umum dan kepada para pelayan Tuhan
secara khusus, terlebih para penatua yang memang memiliki peran sebagai gembala
jemaat (ay. 1). Inti dari prinsip penggembalaan menurut Petrus adalah sebagai
berikut:
Pertama, kita seharusnya menggembalakan dengan
sukarela, tidak dengan paksa (ay. 2a). Pelayanan penggembalaan harus dilakukan
dengan sukarela, karena mengerti akan kehendak Allah. Semua pelayanan memang
seharusnya tidak dilakukan dengan rasa terpaksa, tetapi khusus terhadap
pelayanan penggembalaan, dimana kita nantinya akan dipercayakan “domba-domba”
untuk kita gembalakan, maka hal tersebut butuh kesadaran bahwa pelayanan
tersebut tidak dapat dipaksakan. Ketika kita menggembalakan dengan rasa
terpaksa, maka domba-domba kita akan merasakan dampaknya. Hal ini berbeda
dengan pelayanan doa misalnya, dimana andaikan kita berdoa dengan terpaksa
sekalipun, maka tidak akan ada dampak langsung terhadap orang lain.
Kedua, kita seharusnya menggembalakan dengan
pengabdian diri, tidak dengan motivasi mencari keuntungan. Seorang gembala
adalah seorang pemimpin, namun berbeda dengan pemimpin dalam hal sekuler, seorang
gembala adalah pemimpin rohani, yang justru harus banyak berkorban dan melayani
domba-dombanya ketimbang dilayani oleh domba-dombanya. Itulah mengapa seorang
gembala yang baik, justru akan banyak berkorban bagi domba-dombanya, misalnya
dalam hal memberi perhatian, memberi pertolongan, memberi pinjaman, dan memberi
waktu bagi domba-domba yang membutuhkannya. Berbeda dengan pemimpin dunia yang
ketika menjadi pemimpin justru banyak mencari keuntungan bagi dirinya sendiri, seorang
gembala justru harus siap berkorban dan harus mencari keuntungan bagi
domba-dombanya.
Ketiga, kita seharusnya menggembalakan dengan
memberi teladan, bukan dengan memerintah (ay. 3). Gembala bukan jabatan politik
seperti pemerintah. Gembala memang harus memimpin domba-dombanya, tetapi mandat
untuk memimpin itu bukan diberikan dari domba-dombanya, melainkan diberikan
dari Tuhan sendiri. Itulah sebabnya kita tidak dapat menerapkan secara mutlak
seluruh prinsip-prinsip kepemimpinan dunia (entah di bidang pemerintahan maupun
di swasta) ke dalam gereja, karena prinsip kepemimpinan dunia tidak 100% dapat
diterapkan dalam prinsip penggembalaan. Kita seharusnya menggembalakan dengan
menunjukkan teladan atau contoh, bukan memerintah dengan tangan besi (Mat
20:25-27).
Ketika kita mau taat melakukan pelayanan
penggembalaan tersebut, maka Tuhan pun yang adalah Gembala Agung kita, akan
mengaruniakan upah dari pelayanan tersebut, yaitu mahkota kemuliaan yang tidak
dapat layu (ay. 4). Mahkota ini merupakan gambaran kekuasaan, dan karena Tuhan
kita adalah Tuhan yang berkuasa atas seluruh alam semesta ini, maka ketika
nanti Tuhan Yesus datang kembali untuk kedua kali, kita akan duduk bersama-sama
dengan Tuhan Yesus dan memerintah bersamaNya (Why 20:6). Jadi, ketika saat ini
Tuhan sedang mempercayakan pelayanan penggembalaan kepada kita, entah berapa
pun banyaknya domba yang dipercayakan kepada kita, lakukanlah itu dengan setia,
dengan senantiasa memandang kepada Tuhan, dan mahkota kemuliaan yang akan
diberikanNya kepada kita, ketika kita setia mengerjakan pelayanan kita sampai
pada kesudahannya (Why 2:10).
Bacaan
Alkitab: 1 Petrus 5:1-4
5:1 Aku menasihatkan para penatua di antara kamu,
aku sebagai teman penatua dan saksi penderitaan Kristus, yang juga akan
mendapat bagian dalam kemuliaan yang akan dinyatakan kelak.
5:2 Gembalakanlah kawanan domba Allah yang ada
padamu, jangan dengan paksa, tetapi dengan sukarela sesuai dengan kehendak
Allah, dan jangan karena mau mencari keuntungan, tetapi dengan pengabdian diri.
5:3 Janganlah kamu berbuat seolah-olah kamu mau
memerintah atas mereka yang dipercayakan kepadamu, tetapi hendaklah kamu
menjadi teladan bagi kawanan domba itu.
5:4 Maka kamu, apabila Gembala Agung datang, kamu
akan menerima mahkota kemuliaan yang tidak dapat layu.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.