Kamis, 12 April 2012

Menggembalakan dengan Setia


Jumat, 13 April 2012
Bacaan Alkitab: 1 Petrus 5:1-4
“Gembalakanlah kawanan domba Allah yang ada padamu, jangan dengan paksa, tetapi dengan sukarela sesuai dengan kehendak Allah, dan jangan karena mau mencari keuntungan, tetapi dengan pengabdian diri.” (1 Ptr 5:2)


Menggembalakan dengan Setia


Beberapa waktu yang lalu saya pernah menulis renungan yang berisi tentang prinsip melayani Tuhan. Sebelumnya, saya juga pernah menulis renungan yang berisi tentang jiwa gembala yang dimiliki seseorang.  Saya kemudian berpikir, apakah memang hanya orang-orang tertentu yang diberikan karunia untuk menggembalakan? salah satu jabatan rohani yang dalam Alkitab adalah jabatan gembala (Ef 4:11). Tentunya jika Tuhan membuat suatu jabatan rohani tertentu, maka Tuhan juga akan memperlengkapi orang yang menduduki jabatan rohani tersebut. Tetapi bisa jadi Tuhan memberikan karunia untuk menggembalakan kepada orang-orang yang tidak menjadi gembala.

Saya pikir, walaupun kita merasa bahwa ada beberapa karunia yang cukup menonjol dalam diri kita (semisal saya sendiri, karunia yang paling saya rasakan adalah karunia dalam bidang musik dan menulis), tetapi disadari atau tidak, Tuhan pun menaruh karunia-karunia yang lain dalam diri kita walaupun mungkin porsinya tidak besar. Saya sangat yakin bahwa di antara kita pun juga diberikan karunia untuk menggembalakan. Hal ini tentunya karena Tuhan sendiri adalah Gembala kita dan kita pun harus meneladani peran Yesus tersebut.
Petrus sendiri mendapatkan mandat langsung dari Tuhan Yesus untuk menggembalakan domba-domba (jemaat-jemaat)Nya (Yoh 21:15-17). Oleh karena itu Petrus pun juga sangat kuat membagikan ajaran tentang penggembalaan ini kepada jemaat secara umum dan kepada para pelayan Tuhan secara khusus, terlebih para penatua yang memang memiliki peran sebagai gembala jemaat (ay. 1). Inti dari prinsip penggembalaan menurut Petrus adalah sebagai berikut:

Pertama, kita seharusnya menggembalakan dengan sukarela, tidak dengan paksa (ay. 2a). Pelayanan penggembalaan harus dilakukan dengan sukarela, karena mengerti akan kehendak Allah. Semua pelayanan memang seharusnya tidak dilakukan dengan rasa terpaksa, tetapi khusus terhadap pelayanan penggembalaan, dimana kita nantinya akan dipercayakan “domba-domba” untuk kita gembalakan, maka hal tersebut butuh kesadaran bahwa pelayanan tersebut tidak dapat dipaksakan. Ketika kita menggembalakan dengan rasa terpaksa, maka domba-domba kita akan merasakan dampaknya. Hal ini berbeda dengan pelayanan doa misalnya, dimana andaikan kita berdoa dengan terpaksa sekalipun, maka tidak akan ada dampak langsung terhadap orang lain.

Kedua, kita seharusnya menggembalakan dengan pengabdian diri, tidak dengan motivasi mencari keuntungan. Seorang gembala adalah seorang pemimpin, namun berbeda dengan pemimpin dalam hal sekuler, seorang gembala adalah pemimpin rohani, yang justru harus banyak berkorban dan melayani domba-dombanya ketimbang dilayani oleh domba-dombanya. Itulah mengapa seorang gembala yang baik, justru akan banyak berkorban bagi domba-dombanya, misalnya dalam hal memberi perhatian, memberi pertolongan, memberi pinjaman, dan memberi waktu bagi domba-domba yang membutuhkannya. Berbeda dengan pemimpin dunia yang ketika menjadi pemimpin justru banyak mencari keuntungan bagi dirinya sendiri, seorang gembala justru harus siap berkorban dan harus mencari keuntungan bagi domba-dombanya.

Ketiga, kita seharusnya menggembalakan dengan memberi teladan, bukan dengan memerintah (ay. 3). Gembala bukan jabatan politik seperti pemerintah. Gembala memang harus memimpin domba-dombanya, tetapi mandat untuk memimpin itu bukan diberikan dari domba-dombanya, melainkan diberikan dari Tuhan sendiri. Itulah sebabnya kita tidak dapat menerapkan secara mutlak seluruh prinsip-prinsip kepemimpinan dunia (entah di bidang pemerintahan maupun di swasta) ke dalam gereja, karena prinsip kepemimpinan dunia tidak 100% dapat diterapkan dalam prinsip penggembalaan. Kita seharusnya menggembalakan dengan menunjukkan teladan atau contoh, bukan memerintah dengan tangan besi (Mat 20:25-27).

Ketika kita mau taat melakukan pelayanan penggembalaan tersebut, maka Tuhan pun yang adalah Gembala Agung kita, akan mengaruniakan upah dari pelayanan tersebut, yaitu mahkota kemuliaan yang tidak dapat layu (ay. 4). Mahkota ini merupakan gambaran kekuasaan, dan karena Tuhan kita adalah Tuhan yang berkuasa atas seluruh alam semesta ini, maka ketika nanti Tuhan Yesus datang kembali untuk kedua kali, kita akan duduk bersama-sama dengan Tuhan Yesus dan memerintah bersamaNya (Why 20:6). Jadi, ketika saat ini Tuhan sedang mempercayakan pelayanan penggembalaan kepada kita, entah berapa pun banyaknya domba yang dipercayakan kepada kita, lakukanlah itu dengan setia, dengan senantiasa memandang kepada Tuhan, dan mahkota kemuliaan yang akan diberikanNya kepada kita, ketika kita setia mengerjakan pelayanan kita sampai pada kesudahannya (Why 2:10).


Bacaan Alkitab: 1 Petrus 5:1-4
5:1 Aku menasihatkan para penatua di antara kamu, aku sebagai teman penatua dan saksi penderitaan Kristus, yang juga akan mendapat bagian dalam kemuliaan yang akan dinyatakan kelak.
5:2 Gembalakanlah kawanan domba Allah yang ada padamu, jangan dengan paksa, tetapi dengan sukarela sesuai dengan kehendak Allah, dan jangan karena mau mencari keuntungan, tetapi dengan pengabdian diri.
5:3 Janganlah kamu berbuat seolah-olah kamu mau memerintah atas mereka yang dipercayakan kepadamu, tetapi hendaklah kamu menjadi teladan bagi kawanan domba itu.
5:4 Maka kamu, apabila Gembala Agung datang, kamu akan menerima mahkota kemuliaan yang tidak dapat layu.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.