Minggu,
15 April 2012
Bacaan
Alkitab: Matius 5:17-20
“Maka Aku berkata kepadamu: Jika hidup
keagamaanmu tidak lebih benar dari pada hidup keagamaan ahli-ahli Taurat dan
orang-orang Farisi, sesungguhnya kamu tidak akan masuk ke dalam Kerajaan Sorga. " (Mat 5:20)
Meneladani Ahli Taurat dan Orang Farisi
Beberapa hari yang lalu, saya sedang berada dalam
perjalanan dengan menggunakan bus antar kota dalam propinsi. Saat itu bus yang
saya naiki menempuh trayek antara dua kota dengan jarak tempuh sekitar tiga jam
jauhnya. Pada saat saya berada di atas bus, naiklah seorang wanita dengan
menggendong bayinya yang berusia kira-kira tiga bulan. Setelah wanita itu naik,
selang beberapa saat kemudian bayinya menangis. Saya menduga kuat bahwa bayinya
tersebut lapar dan ingin meminum ASI. Namun sepertinya wanita tersebut enggan
menyusui bayinya di tempat umum, karena dari pakaian yang ia gunakan, ia
menganut prinsip bahwa tidak boleh menunjukkan anggota badan kepada orang lain.
Sehingga sepanjang perjalanan hingga saya turun (saya turun kurang lebih setelah
sepertiga perjalanan), bayinya terus menerus menangis. Ketika saya turun, saya
kemudian membayangkan, bagaimana bayi tersebut akan menangis terus hingga
wanita tersebut turun.
Memang mungkin wanita tersebut sangat memegang
teguh ajaran agamanya untuk tidak menunjukkan anggota badannya kepada orang
lain, akan tetapi menurut saya apa iya ia harus membiarkan bayinya kelaparan selama
tiga jam perjalanan? Saya tidak tahu mana yang benar menurut ajaran agamanya.
Tetapi sebenarnya hal tersebut juga menjadi perhatian Tuhan Yesus di masanya,
terutama kepada ahli Taurat dan orang Farisi.
Ahli Taurat dan orang Farisi berkembang dengan
cepat setelah masa pembuangan bangsa Yehuda dari Persia setelah dulu mereka
ditawan oleh Babel dan kerajaan Babel kemudian dikalahkan oleh kerajaan Persia.
Salah satu alasannya adalah mereka pulang kembali ke Yerusalem salah satunya
dipimpin oleh Ezra. Ezra adalah seorang ahli kitab, yang mahir dalam mempelajari
Taurat Tuhan (Ezr 7:6). Memang tidak salah mempelajari kitab Suci dan Taurat
Tuhan, tetapi sebenarnya ada hal yang lebih penting lagi yang Yesus ingin
sampaikan kepada bangsa Yahudi pada saat itu.
Yesus datang ke dunia ini bukan untuk meniadakan
atau mengurangi ajaran hukum Taurat dan ajaran para nabi-nabi sebelum Yesus lahir,
yang dalam konteks ini adalah nabi-nabi yang menyuarakan kehendak Tuhan kepada
bangsa Israel (ay. 17a). Hal tersebut tentunya berkaitan dengan hukum Taurat
yang diberikan oleh Allah sendiri. Bagaimana mungkin Tuhan Yesus meniadakan
hukum Taurat yang diajarkan Allah kemudian Ia menyampaikan ajaran baru yang
berbeda dengan ajaran di Perjanjian Lama. Tuhan Yesus tidak meniadakan hukum
Taurat, bahkan Ia pun tidak mengurangi satu titik pun dalam hukum Taurat (ay.
18), melainkan Tuhan Yesus menggenapi hukum Taurat (ay. 17b).
Tuhan Yesus sendiri berkata bahwa siapa yang
melakukan dan mengajarkan segala perintah-perintah hukum Taurat, maka ia akan
menduduki tempat yang tinggi dalam Kerajaan Surga (ay. 19). Lalu, apakah kita
memang harus melakukan hukum Taurat secara “kaku dan mutlak” sebagaimana apa
yang dilakukan oleh para ahli Taurat dan orang Farisi? Yesus sendiri memiliki
standar yang tinggi dalam hidup keagamaan, yaitu hidup kita harus lebih daripada
hidup keagamaan ahli Taurat dan orang Farisi (ay. 20). Hal ini menunjukkan
bahwa memang kita pun harus rajin menyelidiki kitab Suci, harus memahami dan
berusaha mengingat sebanyak mungkin ayat dalam Alkitab. Akan tetapi ada satu
hal yang menurut saya tidak dimiliki oleh ahli Taurat dan orang Farisi, yaitu
kasih.
Ahli Taurat dan orang Farisi memang seakan-akan
mengasih Allah dengan cara melakukan hukum Taurat secara ketat. Tetapi mereka
melupakan unsur kasih tersebut. Mereka menerapkan hukum Taurat secara kaku,
yaitu mata ganti mata, gigi ganti gigi (Mat 5:38). Mereka pun melaksankan
peraturan Sabat dengan sangat kaku sehingga membenci Yesus yang menyembuhkan
orang sakit pada hari Sabat (Mat 12:9-15). Dan saya rasa, hal tersebut sama
dengan apa yang dilakukan oleh wanita dalam cerita saya di atas. Wanita itu berusaha
untuk melakukan ajaran agama tentang menutup tubuhnya, tetapi di satu sisi ia
pun tidak memiliki kasih terhadap bayinya. Kira-kira, jika nanti bayinya
meninggal karena kelaparan (tidak disusui) selama tiga jam atau lebih, apakah
yang akan dikatakan Tuhan ketika wanita tersebut nanti menjalani penghakiman di
hadapan Tuhan?
Yang saya ingin katakaan di sini adalah bahwa
memang kita pun dapat meneladani apa yang dilakukan oleh ahli Taurat dan orang
Farisi, yaitu menyelidiki Kitab Suci dengan seksama. Bagaimanapun Firman Tuhan
dalam Alkitab adalam makanan rohani bagi jiwa kita, sehingga kita pun perlu
melatih diri kita untuk “menyiapkan” makanan rohani kita. Kita tentu tidak akan
makan makanan tanpa dimasak terlebih dahulu setiap hari bukan? Jika untuk
makanan jasmani saja kita harus memasak dan menyiapkannya terlebih dahulu,
tentu untuk makanan rohani kita juga perlu melakukan hal yang sama, dengan cara
mendalami kitab Suci seperti apa yang dilakukan oleh ahli Taurat dan orang
Farisi. Walaupun demikian, kita pun juga tidak boleh meneladani kesalahan yang
dilakukan mereka, yaitu melakukan Firman Tuhan tanpa kasih. Kasih adalah hal
yang membedakan antara orang Kristen dengan ahli Taurat dan orang Farisi. Ketika
kita melakukan Firman Tuhan dalam kehidupan kita, itu bagus. Tetapi ketika kita
melakuakn Firman Tuhan karena kasih kita kepada Tuhan dan sesama kita, itu jauh
lebih bagus lagi.
Bacaan
Alkitab: Matius 5:17-20
5:17 "Janganlah kamu menyangka, bahwa Aku
datang untuk meniadakan hukum Taurat atau kitab para nabi. Aku datang bukan
untuk meniadakannya, melainkan untuk menggenapinya.
5:18 Karena Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya
selama belum lenyap langit dan bumi ini, satu iota atau satu titik pun tidak
akan ditiadakan dari hukum Taurat, sebelum semuanya terjadi.
5:19 Karena itu siapa yang meniadakan salah satu
perintah hukum Taurat sekalipun yang paling kecil, dan mengajarkannya demikian
kepada orang lain, ia akan menduduki tempat yang paling rendah di dalam
Kerajaan Sorga; tetapi siapa yang melakukan dan mengajarkan segala
perintah-perintah hukum Taurat, ia akan menduduki tempat yang tinggi di dalam
Kerajaan Sorga.
5:20 Maka Aku berkata kepadamu: Jika hidup
keagamaanmu tidak lebih benar dari pada hidup keagamaan ahli-ahli Taurat dan
orang-orang Farisi, sesungguhnya kamu tidak akan masuk ke dalam Kerajaan Sorga.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.