Sabtu, 14 April 2012

Meneladani Ahli Taurat dan Orang Farisi


Minggu, 15 April 2012
Bacaan Alkitab: Matius 5:17-20
Maka Aku berkata kepadamu: Jika hidup keagamaanmu tidak lebih benar dari pada hidup keagamaan ahli-ahli Taurat dan orang-orang Farisi, sesungguhnya kamu tidak akan masuk ke dalam Kerajaan Sorga. " (Mat 5:20)


Meneladani Ahli Taurat dan Orang Farisi


Beberapa hari yang lalu, saya sedang berada dalam perjalanan dengan menggunakan bus antar kota dalam propinsi. Saat itu bus yang saya naiki menempuh trayek antara dua kota dengan jarak tempuh sekitar tiga jam jauhnya. Pada saat saya berada di atas bus, naiklah seorang wanita dengan menggendong bayinya yang berusia kira-kira tiga bulan. Setelah wanita itu naik, selang beberapa saat kemudian bayinya menangis. Saya menduga kuat bahwa bayinya tersebut lapar dan ingin meminum ASI. Namun sepertinya wanita tersebut enggan menyusui bayinya di tempat umum, karena dari pakaian yang ia gunakan, ia menganut prinsip bahwa tidak boleh menunjukkan anggota badan kepada orang lain. Sehingga sepanjang perjalanan hingga saya turun (saya turun kurang lebih setelah sepertiga perjalanan), bayinya terus menerus menangis. Ketika saya turun, saya kemudian membayangkan, bagaimana bayi tersebut akan menangis terus hingga wanita tersebut turun.

Memang mungkin wanita tersebut sangat memegang teguh ajaran agamanya untuk tidak menunjukkan anggota badannya kepada orang lain, akan tetapi menurut saya apa iya ia harus membiarkan bayinya kelaparan selama tiga jam perjalanan? Saya tidak tahu mana yang benar menurut ajaran agamanya. Tetapi sebenarnya hal tersebut juga menjadi perhatian Tuhan Yesus di masanya, terutama kepada ahli Taurat dan orang Farisi.

Ahli Taurat dan orang Farisi berkembang dengan cepat setelah masa pembuangan bangsa Yehuda dari Persia setelah dulu mereka ditawan oleh Babel dan kerajaan Babel kemudian dikalahkan oleh kerajaan Persia. Salah satu alasannya adalah mereka pulang kembali ke Yerusalem salah satunya dipimpin oleh Ezra. Ezra adalah seorang ahli kitab, yang mahir dalam mempelajari Taurat Tuhan (Ezr 7:6). Memang tidak salah mempelajari kitab Suci dan Taurat Tuhan, tetapi sebenarnya ada hal yang lebih penting lagi yang Yesus ingin sampaikan kepada bangsa Yahudi pada saat itu.

Yesus datang ke dunia ini bukan untuk meniadakan atau mengurangi ajaran hukum Taurat dan ajaran para nabi-nabi sebelum Yesus lahir, yang dalam konteks ini adalah nabi-nabi yang menyuarakan kehendak Tuhan kepada bangsa Israel (ay. 17a). Hal tersebut tentunya berkaitan dengan hukum Taurat yang diberikan oleh Allah sendiri. Bagaimana mungkin Tuhan Yesus meniadakan hukum Taurat yang diajarkan Allah kemudian Ia menyampaikan ajaran baru yang berbeda dengan ajaran di Perjanjian Lama. Tuhan Yesus tidak meniadakan hukum Taurat, bahkan Ia pun tidak mengurangi satu titik pun dalam hukum Taurat (ay. 18), melainkan Tuhan Yesus menggenapi hukum Taurat (ay. 17b).

Tuhan Yesus sendiri berkata bahwa siapa yang melakukan dan mengajarkan segala perintah-perintah hukum Taurat, maka ia akan menduduki tempat yang tinggi dalam Kerajaan Surga (ay. 19). Lalu, apakah kita memang harus melakukan hukum Taurat secara “kaku dan mutlak” sebagaimana apa yang dilakukan oleh para ahli Taurat dan orang Farisi? Yesus sendiri memiliki standar yang tinggi dalam hidup keagamaan, yaitu hidup kita harus lebih daripada hidup keagamaan ahli Taurat dan orang Farisi (ay. 20). Hal ini menunjukkan bahwa memang kita pun harus rajin menyelidiki kitab Suci, harus memahami dan berusaha mengingat sebanyak mungkin ayat dalam Alkitab. Akan tetapi ada satu hal yang menurut saya tidak dimiliki oleh ahli Taurat dan orang Farisi, yaitu kasih.

Ahli Taurat dan orang Farisi memang seakan-akan mengasih Allah dengan cara melakukan hukum Taurat secara ketat. Tetapi mereka melupakan unsur kasih tersebut. Mereka menerapkan hukum Taurat secara kaku, yaitu mata ganti mata, gigi ganti gigi (Mat 5:38). Mereka pun melaksankan peraturan Sabat dengan sangat kaku sehingga membenci Yesus yang menyembuhkan orang sakit pada hari Sabat (Mat 12:9-15). Dan saya rasa, hal tersebut sama dengan apa yang dilakukan oleh wanita dalam cerita saya di atas. Wanita itu berusaha untuk melakukan ajaran agama tentang menutup tubuhnya, tetapi di satu sisi ia pun tidak memiliki kasih terhadap bayinya. Kira-kira, jika nanti bayinya meninggal karena kelaparan (tidak disusui) selama tiga jam atau lebih, apakah yang akan dikatakan Tuhan ketika wanita tersebut nanti menjalani penghakiman di hadapan Tuhan?

Yang saya ingin katakaan di sini adalah bahwa memang kita pun dapat meneladani apa yang dilakukan oleh ahli Taurat dan orang Farisi, yaitu menyelidiki Kitab Suci dengan seksama. Bagaimanapun Firman Tuhan dalam Alkitab adalam makanan rohani bagi jiwa kita, sehingga kita pun perlu melatih diri kita untuk “menyiapkan” makanan rohani kita. Kita tentu tidak akan makan makanan tanpa dimasak terlebih dahulu setiap hari bukan? Jika untuk makanan jasmani saja kita harus memasak dan menyiapkannya terlebih dahulu, tentu untuk makanan rohani kita juga perlu melakukan hal yang sama, dengan cara mendalami kitab Suci seperti apa yang dilakukan oleh ahli Taurat dan orang Farisi. Walaupun demikian, kita pun juga tidak boleh meneladani kesalahan yang dilakukan mereka, yaitu melakukan Firman Tuhan tanpa kasih. Kasih adalah hal yang membedakan antara orang Kristen dengan ahli Taurat dan orang Farisi. Ketika kita melakukan Firman Tuhan dalam kehidupan kita, itu bagus. Tetapi ketika kita melakuakn Firman Tuhan karena kasih kita kepada Tuhan dan sesama kita, itu jauh lebih bagus lagi.


Bacaan Alkitab: Matius 5:17-20
5:17 "Janganlah kamu menyangka, bahwa Aku datang untuk meniadakan hukum Taurat atau kitab para nabi. Aku datang bukan untuk meniadakannya, melainkan untuk menggenapinya.
5:18 Karena Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya selama belum lenyap langit dan bumi ini, satu iota atau satu titik pun tidak akan ditiadakan dari hukum Taurat, sebelum semuanya terjadi.
5:19 Karena itu siapa yang meniadakan salah satu perintah hukum Taurat sekalipun yang paling kecil, dan mengajarkannya demikian kepada orang lain, ia akan menduduki tempat yang paling rendah di dalam Kerajaan Sorga; tetapi siapa yang melakukan dan mengajarkan segala perintah-perintah hukum Taurat, ia akan menduduki tempat yang tinggi di dalam Kerajaan Sorga.
5:20 Maka Aku berkata kepadamu: Jika hidup keagamaanmu tidak lebih benar dari pada hidup keagamaan ahli-ahli Taurat dan orang-orang Farisi, sesungguhnya kamu tidak akan masuk ke dalam Kerajaan Sorga.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.