Sabtu,
21 April 2012
Bacaan
Alkitab: Keluaran 20:8-11
“Ingatlah dan kuduskanlah hari Sabat” (Kel 20:8)
Menguduskan Hari Sabat
Ketika Yesus mulai melayani, pertentangan utama
antara Yesus dengan ahli-ahli Taurat dan orang-orang Farisi adalah mengenai
hari Sabat. Jika kita membaca di keempat Injil, kita akan menemukan bahwa pada
awalnya, orang Farisi dan ahli Taurat juga selalu mengikut Yesus dan sangat
jarang bertentangan dengan Yesus. Namun ada satu kejadian dimana sejak itu
mereka mulai mencoba untuk membunuh Yesus, yaitu karena Yesus menyembuhkan
orang pada hari Sabat (Mat 12:14, Mrk 3:6,
Luk 6:11, Yoh 5:16). Bagi orang Yahudi, Sabat adalah hari yang kudus, hari
perhentian, sehingga mereka dilarang melakukan pekerjaan pada hari Sabat.
Alkitab memang memerintahkan orang Israel untuk
mengingat dan menguduskan hari Sabat (ay. 8). Hari Sabat merupakan hari
ketujuh, dimana selama enam hari sebelumnya bangsa Israel melakukan segala
pekerjaan mereka (ay. 9), dan pada Hari Sabat atau hari ketujuh maka bangsa Israel
tidak boleh melakukan segala pekerjaan. Hal ini berlaku untuk seluruh bangsa
Israel, baik laki-laki, perempuan, anak-anak, hamba-hamba atau budak-budak,
orang asing yang tinggal di tengah-tengah mereka, bahkan hingga ke hewan yang
mereka miliki, semuanya harus berhenti dari pekerjaan mereka. Tuhan sendiri
yang mengatakan bahwa dasar ajaran tentang hari Sabat adalah karena Tuhan
bekerja menciptakan langit dan bumi selama enam hari lamanya, dan pada hari
yang ketujuh Tuhan berhenti (Kej 2:1-3). Itulah sebabnya Tuhan memberkati hari
Sabat dan menguduskannya (ay. 11)
Lalu apakah kita yang hidup di masa kini masih
harus memegang teguh prinsip hari Sabat? Bukankah Tuhan sendiri juga
seakan-akan melanggar hari Sabat itu sendiri dengan menyembuhkan orang pada
hari Sabat?
Saya sendiri bukan seseorang yang ahli dalam pengetahuan
Firman Tuhan. Tetapi jika kita perhatikan, maksud dari perintah Tuhan kepada
bangsa Israel mengenai hari Sabat adalah agar mereka menguduskan hari Sabat.
Hal ini berarti setelah enam hari lamanya kita bekerja mencari nafkah, maka
hari ketujuh kita harus berhenti bekerja. Hal ini sering menjadi salah paham
termasuk dari orang Farisi dan ahli Taurat. Mereka menganggap bahwa pada hari Sabat,
mereka tidak boleh melakukan pekerjaan, termasuk menyembuhkan orang sakit.
Padahal maksud Tuhan dari pemberian hari Sabat adalah agar kita menguduskan
hari ketujuh, karena hari ketujuh adalah hari Sabat Tuhan (ay. 10a). Seharusnya,
hari Sabat kita gunakan sebagai hari khusus bagi Tuhan, sesuai dengan arti
menguduskan yaitu “memisahkan dari dunia bagi Allah”.
Jadi apa yang seharusnya kita lakukan pada hari
Sabat? Walaupun tidak ada aturan pasti di dalam Alkitab, menurut saya pada hari
Sabat (yang bagi kebanyakan orang-orang Kristen diartikan sebagai hari Minggu),
kita harusnya melakukan segala hal bagi Tuhan. Beribadah ke gereja adalah salah
satunya. Lebih bagus lagi jika kita juga mengambil bagian dalam pelayanan kita
pada hari Sabat. Oleh karena itu penting bagi kita untuk memahami prinsip bahwa
walaupun setiap hari memang seharusnya adalah hari bagi Tuhan, tetapi hari
Sabat harus kita khususkan sehingga merupakan hari yang benar-benar kita
gunakan bagi Tuhan. Artinya dalam pada hari Sabat, kita harus berusaha agar
kita benar-benar melakukan segala sesuatu bagi Tuhan.
Dalam hal praktis, bagaimana jika kita karena
tuntutan pekerjaan kita memang harus bekerja pada hari Minggu? Saya katakan,
bahwa jikalau kita memang harus masuk pada hari Minggu, usahakan terdapat satu
hari kosong selama tujuh hari dalam seminggu, dan pada hari tersebut (entah
hari apapun dari Senin hingga Sabtu), gunakanlah itu sebagai hari Sabat bagi
kita, ketika kita berhenti dari segala rutinitas pekerjaan kita. Saya sendiri
pun juga masih dalam proses belajar untuk menguduskan hari Sabat ini, karena walaupun
pekerjaan saya adalah seorang Pegawai Negeri Sipil (PNS), namun instansi tempat
saya bekerja kadang-kadang menggunakan hari minggu sebagai hari kerja terutama
ketika sedang menyelesaikan laporan menjelang tenggat waktu. Saya pun bukan
orang yang sempurna dalam hal melaksanakan hukum Sabat ini, tetapi alangkah
baiknya jika kita terus menerus berusaha untuk hidup sesuai dengan Firman
Tuhan, karena Tuhan sendiri mengatakan bahwa Tuhan memberkati hari Sabat dan
menguduskannya. Jika Tuhan saja memberkati hari Sabat tersebut, bayangkan
betapa besar berkat yang akan diterima oleh anak-anak Tuhan yang juga
menguduskan hari Sabat hanya bagi Tuhan. Tangan Tuhan tidak pernah kurang
panjang untuk memberkati anak-anakNya yang taat melakukan perintahNya. Tuhan
juga tidak akan pernah kekurangan cara untuk memberkati anak-anakNya yang
memberikan satu hari khusus bagi Tuhan dan tidak bekerja di hari Sabat.
Ingatlah ketika bangsa Israel sedang berada di padang gurun, ketika mereka diperintahkan
Tuhan untuk tidak memungut Manna pada hari ketujuh (hari Sabat), Tuhan
memberikan manna yang lebih banyak pada hari keenam dan manna tersebut tidak
busuk walau disimpan selama dua hari (Kel 16:22-26). Sudahkah kita benar-benar
menguduskan dan memberikan hari Sabat kita kepada Tuhan?
Bacaan
Alkitab: Keluaran 20:8-11
20:8 Ingatlah dan kuduskanlah hari Sabat:
20:9 enam hari lamanya engkau akan bekerja dan
melakukan segala pekerjaanmu,
20:10 tetapi hari ketujuh adalah hari Sabat TUHAN,
Allahmu; maka jangan melakukan sesuatu pekerjaan, engkau atau anakmu laki-laki,
atau anakmu perempuan, atau hambamu laki-laki, atau hambamu perempuan, atau hewanmu
atau orang asing yang di tempat kediamanmu.
20:11 Sebab enam hari lamanya TUHAN menjadikan
langit dan bumi, laut dan segala isinya, dan Ia berhenti pada hari ketujuh;
itulah sebabnya TUHAN memberkati hari Sabat dan menguduskannya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.