Selasa, 14 Mei
2013
Bacaan Alkitab: 2 Timotius 2:24-26
“Sedangkan seorang hamba Tuhan tidak boleh
bertengkar, tetapi harus ramah terhadap semua orang. Ia harus cakap mengajar,
sabar” (2 Tim 2:24)
Karakter Hamba
Tuhan
Apa sikap atau
karakter yang harus dimiliki seorang pemimpin? Teori-teori manajemen dan
kepemimpinan sudah banyak menulis tentang bagaimana karakter yang harus
dimiliki oleh seorang pemimpin (secara duniawi). Ada yang menulis bahwa seorang
pemimpin harus memiliki ketegasan, keberanian, visi yang luas, dan lain
sebagainya. Namun apakah para pemimpin jemaat juga harus memiliki karakter
seperti itu atau justru sebaliknya?
Memang apa yang
diungkapkan dalam teori-teori tentang manajemen dan kepemimpinan tersebut ada
benarnya. Alangkah baiknya jika seorang pemimpin memiliki sikap-sikap seperti
yang telah saya sebut di atas. Akan tetapi, dalam kekristenan, sesungguhnya
pemimpin jemaat (baca: Pendeta atau Gembala) memiliki sebutan yang berbeda.
Walaupun mereka adalah pemimpin jemaat, tetapi di dalam Alkitab mereka disebut
sebagai hamba Tuhan.
Prinsip dunia
memang baik, tetapi tidak seluruhnya dapat diterapkan di dalam gereja. Yesus
sendiri pernah berkata bahwa siapa yang ingin menjadi yang terkemuka (menjadi
pemimpin), ia harus menjadi hamba bagi semuanya (Mrk 10:44). Oleh karena itu
harus ada suatu standar khusus tentang bagaimana karakter yang harus dimiliki
oleh seorang hamba Tuhan. Ingat bahwa pemimpin jemaat adalah hamba Tuhan,
artinya semakin tinggi seorang pemimpin jemaat, sesungguhnya ia harus memiliki
prinsip mau melayani yang semakin besar pula. Ia harus mau lebih lagi melayani
jemaatnya dan sekaligus harus lebih lagi melayani Tuhan.
Bacaan Alkitab
kita hari ini berbicara tentang karakter-karakter yang harus dimiliki hamba
Tuhan. Apa saja itu?
Pertama, seorang
hamba Tuhan tidak boleh suka bertengkar (ay. 24a). Seorang hamba Tuhan harus
mencari kedamaian, tidak boleh mencari-cari hal-hal yang dapat mengakibatkan
pertengkaran. Ia harus mengusahakan agar dapat hidup damai dengan semua orang
(Ibr 12:14a). Ia harus menjadi pembawa damai di bumi ini (Mat 5:9), bahkan ia
harus mampu membawa damai kepada musuh-musuh yang membenci dirinya.
Kedua, seorang
hamba Tuhan harus ramah (ay. 24b). Bayangkan jika seorang hamba Tuhan itu “galak”
dan memasang muka cemberut setiap saat, apa ada jemaat yang betah mendengarkan
khotbahnya? Apalagi anak-anak yang melihat mukanya yang tidak pernah tersenyum,
pasti akan menangis ketika melihat hamba Tuhan tersebut. Bukan berarti seorang
hamba Tuhan tidak boleh “galak” terhadap dosa. Itu harus. Ia harus mampu tegas
mengatakan bahwa hal yang tidak sesuai dengan Firman Tuhan adalah dosa. Tetapi
di luar itu, ia harus ramah, murah senyum dan membuat orang tidak takut untuk
bertemu dengannya.
Ketiga, seorang
hamba Tuhan harus cakap mengajar (ay. 24c). Ini adalah salah satu hal
terpenting yang harus dimiliki seorang hamba Tuhan, khususnya pendeta dan
pengkhotbah. Ia harus memiliki kecakapan dalam mengajar. Memang kadang-kadang
ada orang yang pintar berbicara, sementara ada orang lain yang memang dari
sananya sulit untuk berbicara di depan umum. Tetapi yang dimaksud dalam hal ini
adalah kecakapan mengajar, yang artinya seorang hamba Tuhan harus mau melatih
dirinya, belajar, dan terus menerus mengembangkan dirinya agar dapat
menyampaikan Firman Tuhan dengan baik dan benar. Ia harus menguasai tentang
prinsip-prinsip teologi, cara menyampaikan yang benar, sehingga jemaat dapat
menangkap apa yang dikhotbahkan oleh hamba Tuhan tersebut. Jangan sampai jemaat
justru ngantuk dan malah bingung ketika mendengar khotbahnya.
Keempat, seorang
hamba Tuhan harus sabar (ay. 24d). Sabar adalah salah satu ciri utama dan
pertama dari kasih (1 Kor 13:4). Seorang hamba Tuhan harus memiliki kasih Tuhan
dalam hidupnya, dan cara paling mudah melihat kasih dalam diri seseorang adalah
apakah ia memiliki kesabaran dalam hidupnya? Hamba Tuhan juga harus sabar
melayani jemaatnya. Bayangkan jika hamba Tuhan yang tidak sabar, ketika ia melayani
di daerah terpencil dan jemaatnya tidak bertambah-bertambah, bisa-bisa hamba
Tuhan yang tidak sabar itu akan langsung pergi meninggalkan pelayanannya.
Kelima, seorang
hamba Tuhan harus lemah lembut (ay. 25a). Lemah lembut di sini berbicara
tentang bagaimana ia harus bersikap kepada orang-orang yang suka melawan.
Memang jemaat Tuhan pun ada saja yang memiliki sikap suka melawan, terlebih
orang-orang di luar Tuhan. Dalam menyikapinya ia tidak boleh membalas kekerasan
dengan kekerasan, tetapi harus membalas kekerasan tersebut dengan
kelemahlembutan.
Keenam, seorang
hamba Tuhan harus mampu memimpin jemaatnya kepada kebenaran (ay. 25b). Seorang
hamba Tuhan harus berani mengatakan apa yang benar, melakukannya (memberi contoh)
dan menyampaikan kebenaran tersebut kepada jemaat Tuhan. Saat ini ada
kecenderungan bahwa hamba Tuhan hanya menyampaikan “setengah kebenaran” atau “seperempat
kebenaran”, atau mungkin hanya “sepersepuluh kebenaran”. Maksud saya hamba
Tuhan hanya menyampaikan khotbah-khotbah tentang hidup orang Kristen pasti
diberkati, orang Kristen tidak akan sakit, dan khotbah-khotbah tentang berkat
dan lain sebagainya. Memang Alkitab berbicara juga tentang berkat-berkat Tuhan.
Tetapi saya yakin jumlah ayat tentang berkat itu sangat sedikit, mungkin
sekitar 10% dari seluruh Alkitab. Sisanya? Sekitar 60% dari isi Alkitab
berbicara tentang bagaimana kita harus meninggalkan dosa dan hidup benar di
hadapan Tuhan. Sudahkah para hamba Tuhan menyampaikan hal tersebut, sebagai hal
yang penting dalam khotbah-khotbahnya kepada para jemaat?
Ketujuh, seorang
hamba Tuhan harus memiliki kerinduan untuk menyelamatkan jiwa-jiwa dari tangan
iblis (ay. 26). Seorang hamba Tuhan harus memiliki hati yang rindu
menyelamatkan jiwa-jiwa dari kebinasaan. Ia harus suka berdoa bagi orang lain,
memohon Tuhan menyelamatkan jiwa-jiwa yang ada. Ia harus memiliki kerinduan agar
seluruh jemaatNya dapat selamat dan masuk surga (karena bisa saja seorang
pendeta memiliki jemaat banyak, tetapi yang
masuk surga hanya sedikit, karena pendeta tersebut tidak pernah mengabarkan
kebenaran Firman Tuhan).
Bagi kita yang
adalah hamba-hamba Tuhan, sudahkah kita memiliki karakter seperti tersebut?
Beberapa karakter di atas memang dapat dipelajari, tetapi beberapa juga hanya
dapat kita miliki dengan meminta Tuhan sendiri untuk mengubah karakter kita. Dan
ketika Tuhan mau membentuk kita, itu bukan proses yang mudah, melainkan proses
yang menyakitkan, memakan waktu, dan lain sebagainya. Tetapi mau tidak mau
ketika kita sudah berkomitmen untuk menjadi hamba Tuhan, inilah harga yang
harus dibayar. Sudahkah kita berani membayar harga untuk menjadi hamba Tuhan
yang sesuai dengan kebenaran Firman Tuhan? Hamba Tuhan berarti adalah pelayan
Tuhan, dan kita pun harus melakukannya dengan cara Tuhan, bukan dengan cara
kita sendiri.
Bacaan Alkitab: 2 Timotius 2:24-26
2:24 sedangkan
seorang hamba Tuhan tidak boleh bertengkar, tetapi harus ramah terhadap semua
orang. Ia harus cakap mengajar, sabar
2:25 dan dengan
lemah lembut dapat menuntun orang yang suka melawan, sebab mungkin Tuhan
memberikan kesempatan kepada mereka untuk bertobat dan memimpin mereka sehingga
mereka mengenal kebenaran,
2:26 dan dengan
demikian mereka menjadi sadar kembali, karena terlepas dari jerat Iblis yang
telah mengikat mereka pada kehendaknya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.