Kamis, 23 Mei
2013
Bacaan Alkitab: 2 Samuel 12:15-18
“Kemudian pergilah Natan ke rumahnya. Dan
TUHAN menulahi anak yang dilahirkan bekas isteri Uria bagi Daud, sehingga
sakit.” (2 Sam 12:15)
Ketika Hukuman
Tuhan Lebih Berat
Kita pasti pernah
mendengar bagaimana Daud jatuh ke dalam dosa yaitu ketika ia berzinah dengan
Batsyeba (walaupun kemudian ia menjadi isteri Daud). Daud memang mengaku dan
menyadari bahwa ia telah melakukan dosa dan bersalah di hadapan Tuhan. Lalu apa
yang Tuhan lakukan kepada Daud? Tuhan menghukum Daud. Tuhan menghukum Daud
dengan menulahi anak yang dilahirkan itu sehingga sakit (ay. 15). Melihat hal
ini, Daud pun berupaya sekuat tenaga agar anak tersebut sembuh. Ia memohon
kepada Allah, berpuasa dengan tekun dan merendahkan dirinya di hadapan Allah
dengan cara berbaring di tanah (ay. 16). Yang dilakukan Daud ini cukup luar biasa,
bahkan ketika para tua-tua yang ada di rumah Daud meminta agar Daud bangun dari
lantai, Daud pun tidak mau. Bahkan Daud tetap ingin berpuasa dan tidak mau
makan bersama-sama dengan mereka (ay. 17).
Daud berharap
Tuhan mau mendengarkan dan mengabulkan permohonannya. Tetapi ternyata keputusan
Tuhan tetap mutlak dan tidak berubah. Anak Daud tersebut akhirnya mati pada
hari yang ketujuh (ay. 18).
Pertanyaan saya
sederhana saja, mengapa Daud yang melakukan kesalahan (dosa) yaitu berzinah
dengan Batsyeba dihukum Tuhan dengan sebegitu kerasnya, yaitu hingga anak dari
hubungan gelapnya mati? Padahal jika kita membaca dalam Alkitab, ada banyak
orang yang berzinah seperti Tamar yang bersetubuh dengan mertuanya, Yehuda,
tetapi anak mereka tidak mati (Kej 38:1-30), bahkan Yesus pun lahir dari
keturunan Yehuda dan Tamar tersebut (Mat 1:3). Atau contoh dalam Perjanjian
Baru ketika ada perempuan yang berzinah dan dibawa kepada Yesus, akan tetapi
justru perempuan itu diampuni dosanya (Yoh 8:11)?
Salah satu
alasannya adalah bahwa Yehuda, Tamar, ataupun permpuan yang berzinah itu
bukanlah pemimpin rakyat dan pemimpin agama. Pada saat Yehuda dan Tamar hidup,
saat itu belum ada hukum Taurat. Perempuan yang berzinah itu pun mungkin sadar
bahwa apa yang dilakukannya itu salah, tetapi ia pun mungkin terdesak dengan
kebutuhan ekonomi. Akan tetapi posisi Daud adalah raja Israel pada waktu itu.
Ia adalah pemimpin rakyat dan sekaligus “pemimpin agama” secara tidak resmi.
Raja Daud menulis begitu banyak mazmur, ia memiliki pengalaman rohani bersama
Tuhan yang luar biasa. Akan tetapi kesalahan yang dilakukan Daud ini seperti
mencoreng namanya. Dosa ini terlalu “parah” untuk dilakukan oleh seseorang yang
sudah memiliki tingkat kerohanian yang lebih tinggi. Oleh karena itu Tuhan pun
tidak main-main dan menghukum Daud dengan membiarkan anaknya tersebut mati.
Apakah saat ini
ada di antara kita yang memiliki level rohani yang di atas rata-rata? Mungkin
kita sudah mulai melayani Tuhan, atau mungkin kita bahkan sudah mulai menjadi
pemimpin jemaat? Saatnya kita tidak boleh lagi main-main dengan dosa. Kita
seharusnya sudah dapat membedakan mana yang benar dan mana yang tidak benar. Oleh
karena itu, jangan sampai kita jatuh kedalam dosa, apalagi dosa yang seharusnya
sudah tidak kita lakukan. Jika kita akhirnya “kalah” dan jatuh dalam dosa, maka
sangat mungkin bahwa hukuman Tuhan atas kita akan lebih berat daripada jika
dosa yang sama dilakukan oleh jemaat kita, misalnya.
Mengapa demikian?
Firman Tuhan dalam ayat lain mengatakan bahwa orang yang tidak mengerti Firman
Tuhan dan melakukan kesalahan, ia akan menerima sedikit “hukuman” dibandingkan
dengan orang yang mengerti Firman Tuhan tetapi tetap melakukan kesalahan, maka
ia akan menerima lebih banyak “hukuman” (Luk 12:48). Tuhan kita memang luar
biasa adil bukan? Oleh karena itu, siapapun kita, apakah hanya jemaat biasa
atau pelayan Tuhan, kita seharusnya tetap menghindari untuk berbuat dosa di
hadapan Tuhan. Tetapi bagi kita yang level rohaninya lebih tinggi, kita pun seharusnya
memiliki kemampuan lebih tinggi juga untuk melawan dosa, dan kita seharusnya
justru dapat membantu orang lain yang level rohaninya di bawah kita untuk dapat
meningkatkan level rohani mereka. Ketika kita gagal dan “jatuh”, maka jemaat kita
pun juga akan tergoncang dan “jatuh” juga. Kegagalan kita akan berdampak
sistemik dan merugikan lebih banyak orang. Oleh karena itu, jangan sampai kita
jatuh dalam dosa, jangan sampai kita kalah oleh dosa, tetapi kita harus mampu
menang dan mengalahkan dosa.
Bacaan Alkitab: 2
Samuel 12:15-18
12:15 Kemudian
pergilah Natan ke rumahnya. Dan TUHAN menulahi anak yang dilahirkan bekas
isteri Uria bagi Daud, sehingga sakit.
12:16 Lalu Daud
memohon kepada Allah oleh karena anak itu, ia berpuasa dengan tekun dan apabila
ia masuk ke dalam, semalam-malaman itu ia berbaring di tanah.
12:17 Maka
datanglah kepadanya para tua-tua yang di rumahnya untuk meminta ia bangun dari
lantai, tetapi ia tidak mau; juga ia tidak makan bersama-sama dengan mereka.
12:18 Pada hari
yang ketujuh matilah anak itu. Dan pegawai-pegawai Daud takut memberitahukan
kepadanya, bahwa anak itu sudah mati. Sebab mereka berkata: "Ketika anak
itu masih hidup, kita telah berbicara kepadanya, tetapi ia tidak menghiraukan
perkataan kita. Bagaimana kita dapat mengatakan kepadanya: anak itu sudah mati?
Jangan-jangan ia mencelakakan diri!"
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.