Kamis, 2 Mei 2013
Bacaan Alkitab: Ulangan 6:1-9
“Haruslah engkau mengajarkannya berulang-ulang
kepada anak-anakmu dan membicarakannya apabila engkau duduk di rumahmu, apabila
engkau sedang dalam perjalanan, apabila engkau berbaring dan apabila engkau bangun.”
(Ul 6:19)
Prinsip
Pendidikan Anak-anak Bangsa Israel
Hari ini, tanggal 2 Mei, kita di Indonesia
merayakan Hari Pendidikan Nasional. Tanggal 2 Mei sebenarnya adalah hari
kelahiran salah satu tokoh Indonesia yang berperan penting dalam pendidikan di
Indonesia (bahkan pada waktu Indonesia belum merdeka) yaitu Ki Hajar Dewantara.
Karena itulah pemerintah pun memutuskan agar tanggal kelahiran Ki Hajar
Dewantara dijadikan sebagai Hari Pendidikan Nasional yang diperingati khususnya
oleh sekolah-sekolah pada setiap tahunnya.
Walaupun demikian, kita pun menyadari bahwa
di Indonesia ini pendidikan masih sangat jauh dari sempurna. Anak-anak kita
yang mendapatkan begitu banyak pendidikan moral dan agama di sekolah, ternyata
masih memiliki sikap yang jauh dari harapan kita. Saat ini, anak-anak usia
sekolah pun sudah banyak yang melakukan kejahatan, yang dulu identik dengan
kejahatan orang dewasa. Cukup sering kita mendengar ada anak-anak yang mencuri,
yang menggunakan narkoba, yang tawuran, bahkan yang memperkosa dan membunuh
temannya hanya karena masalah sepele. Itu adalah kondisi generasi penerus kita
saat ini, dan menjadi pertanyaan, bagaimana nasib bangsa dan negara ini di masa
yang akan datang? Generasi seperti itukah yang nantinya akan memimpin bangsa dan
negara ini?
Semua tidak lepas dari konsep pendidikan yang
kurang tepat di negeri ini. Jika kita berbicara tentang pendidikan, hal itu
tidak hanya berupa pendidikan formal di sekolah, tetapi juga pendidikan
informal di keluarga dan lingkungan sekitar. Hari ini kita akan coba
mempelajari tentang prinsip-prinsip pendidikan bangsa Israel dan bagaimana hal
tersebut mampu membuat bangsa Israel (sekarang bangsa Yahudi) menjadi salah
satu bangsa yang paling pintar, paling kaya, dan paling berpengaruh di dunia.
Memang di dalam Alkitab tidak ada ayat khusus
yang berbicara tentang bagaimana pola pendidikan bangsa Israel atau bangsa
Yahudi secara teknis. Akan tetapi melalui bagian bacaan Alkitab kita hari ini,
kita akan mencoba untuk belajar bagaimana prinsip-prinsip yang Alkitabiah untuk
mendidik anak-anak dan generasi penerus kita.
Pertama-tama, kita harus menyadari bahwa
bangsa Israel mendapatkan Firman Tuhan (Hukum Taurat) langsung dari Tuhan.
Tuhan pun memerintahkan bangsa Israel agar melakukan Firman Tuhan tersebut
untuk dilakukan oleh mereka ke negeri yang akan mereka tempati (ay. 1). Saat
itu mereka baru saja akan memasuki tanah perjanjian (Kanaan). Tuhan pun
mengatakan bahwa jika bangsa Israel mau melakukan Firman Tuhan dengan setia,
yaitu mereka dan anak cucu mereka hidup takut akan Tuhan, maka Tuhan
menjanjikan bahwa mereka akan panjang umur dan menikmati kasih setia Tuhan,
serta hidup kita diberkati dalam segala hal (ay. 2-3). Oleh karena itu,
mengingat janji Tuhan yang begitu besar kepada bangsa Israel, Tuhan memerintahkan
agar mereka mengasihi Tuhan dengan segenap hati, segenap jiwa, dan segenap
kekuatan, serta menyembah Tuhan sebagai satu-satunya Tuhan yang layak disembah
(ay. 4-5).
Sampai di sini, sepertinya Firman Tuhan hanya
berbicara tentang hal-hal umum saja. Akan tetapi perhatikan mulai ayat 6 dan
seterusnya. Tuhan memerintahkan agar bangsa Israel memperhatikan dengan
sungguh-sungguh Firman Tuhan dan perintah Tuhan tersebut (ay. 6). Selain
melakukannya dalam kehidupan masing-masing, Tuhan memerintahkan agar bangsa
Israel mengajarkan Firman Tuhan ini kepada anak-anak mereka secara
berulang-ulang (ay. 7a). Bahkan ketika mereka sedang duduk di rumah, ketika
mereka dalam perjalanan, bahkan ketika mereka sedang berbaring sekalipun (ay.
7b). Bahkan lebih ekstrem lagi, Tuhan meminta agar Firman itu selalu dibawa
kemanapun mereka pergi, seperti frasa “dituliskan pada dahi dan diikatkan pada
tangan” (ay. 8), dan juga ditulis di tiang pintu rumah dan pintu gerbang mereka
(ay. 9). Menurut keterangan beberapa hamba Tuhan yang pernah ke Israel, memang
bangsa Israel memiliki kebiasaan untuk menulis beberapa ayat Taurat di ambang
pintu rumah mereka dan memakai semacam gelang di tangan mereka yang berisi
ayat-ayat Taurat.
Memang pada masa dahulu Firman Tuhan belum
ditulis di berbagai media seperti saat ini. Akan tetapi prinsip mengajarkan
Firman Tuhan secara berulang-ulang kepada anak-anak kita dan generasi penerus
kita pun perlu tetap kita lakukan. Bangsa Israel memiliki sistem pendidikan
anak-anak yang luar biasa, dari sejak anak itu dapat membaca hingga 12 tahun,
mereka belajar di rumah-rumah ibadat. Perhatikan Yesus Kristus yang pada usia
12 tahun bercakap-cakap dengan para imam dan ahli Taurat di Bait Allah (Luk
2:46). Oleh karena itu anak-anak bangsa Israel memiliki pengetahuan tentang
Taurat yang sangat kuat, yang mewarnai kehidupan mereka hingga dewasa nantinya.
Menurut saya, itulah salah satu rahasia
kesuksesan bangsa Yahudi hingga saat ini. Mereka membiasakan anak-anak mereka
hidup dalam Taurat sejak mereka kecil. Pertanyaannya, bagaimana dengan kita?
Kita memang bukan bangsa Yahudi yang memegang teguh hanya Taurat Musa saja.
Tetapi kita lebih lagi, selain Taurat Musa dan kitab-kitab dalam Perjanjian
Lama, kita juga memiliki kitab-kitab dalam Perjanjian Baru yang berisi Firman
Tuhan yang lebih dashyat dan luar biasa karena berbicara tentang keselamatan di
dalam nama Yesus Kristus. Sudahkah kita membiasakan anak-anak kita hidup dalam
Firman Tuhan sejak mereka kecil?
Mungkin ada beberapa di antara kita yang
berkata, “Anak saya sudah ikut sekolah minggu setiap hari Minggu”, atau “Di
sekolah juga sudah ada pendidikan agama Kristen”, atau “Saya sudah memasukkan
mereka ke sekolah Kristen”. Memang itu baik, tetapi menurut saya, itu pun belum
cukup. Berapa lama sih anak kita ikut sekolah minggu setiap minggunya? Hanya 2
jam saja bukan? Berapa banyak sih pendidikan agama di sekolah? Barangkali
paling banyak hanya 4 jam semingu. Lalu jika dalam seminggu itu ada 7 hari x 24
jam = 168 jam dalam seminggu, maka pendidikan agama formal di sekolah selama 4
jam itu hanya setara dengan 2,4% waktu selama 1 minggu. Apakah itu sudah cukup?
Bukankah Tuhan juga memerintahkan agar kita
mengajarkan Firman Tuhan secara berulang-ulang kepada anak-anak kita? Sudahkah
kita membayar harga bagi mereka? Ingat bahwa merekalah yang akan meneruskan
jejak kita di dunia ini? Apakah kita mau membiarkan mereka tanpa persiapan
ketika mereka hidup di dunia yang semakin hari semakin jahat ini? Ingat,
membiarkan anak-anak kita hidup tanpa Firman Tuhan itu sama saja dengan
membiarkan mereka masuk ke dalam jurang kebinasaan, yaitu neraka. Sudahkah kita
melakukan yang terbaik bagi anak-anak dan generasi penerus kita?
Bacaan Alkitab: Ulangan 6:1-9
6:1 "Inilah perintah, yakni ketetapan
dan peraturan, yang aku ajarkan kepadamu atas perintah TUHAN, Allahmu, untuk
dilakukan di negeri, ke mana kamu pergi untuk mendudukinya,
6:2 supaya seumur hidupmu engkau dan anak
cucumu takut akan TUHAN, Allahmu, dan berpegang pada segala ketetapan dan
perintah-Nya yang kusampaikan kepadamu, dan supaya lanjut umurmu.
6:3 Maka dengarlah, hai orang Israel!
Lakukanlah itu dengan setia, supaya baik keadaanmu, dan supaya kamu menjadi
sangat banyak, seperti yang dijanjikan TUHAN, Allah nenek moyangmu, kepadamu di
suatu negeri yang berlimpah-limpah susu dan madunya.
6:4 Dengarlah, hai orang Israel: TUHAN itu
Allah kita, TUHAN itu esa!
6:5 Kasihilah TUHAN, Allahmu, dengan segenap
hatimu dan dengan segenap jiwamu dan dengan segenap kekuatanmu.
6:6 Apa yang kuperintahkan kepadamu pada hari
ini haruslah engkau perhatikan,
6:7 haruslah engkau mengajarkannya
berulang-ulang kepada anak-anakmu dan membicarakannya apabila engkau duduk di
rumahmu, apabila engkau sedang dalam perjalanan, apabila engkau berbaring dan
apabila engkau bangun.
6:8 Haruslah juga engkau mengikatkannya
sebagai tanda pada tanganmu dan haruslah itu menjadi lambang di dahimu,
6:9 dan haruslah engkau menuliskannya pada
tiang pintu rumahmu dan pada pintu gerbangmu.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.