Senin, 3 Juni
2013
Bacaan Alkitab: Matius 13:1-9
“Dan Ia mengucapkan banyak hal dalam
perumpamaan kepada mereka. Kata-Nya: "Adalah seorang penabur keluar untuk
menabur."” (Mat 13:3)
Benih, Penabur,
dan Tanah
Kita pasti pernah
mendengar tentang perumpamaan tentang penabur ini bukan? Yesus memberikan
perumpamaan tersebut ketika Yesus sedang berada di tepi danau dan orang banyak
mengerumuni diriNya, sehingga Yesus pun naik ke dalam perahu sedangkan orang banyak
berdiri di pantai (ay. 1-2). Saat itu Yesus menyampaikan perumpamaan tentang
seorang penabur.
Perhatikan
baik-baik perumpamaan Yesus: Ada seorang penabur yang keluar untuk menabur (ay.
3). Memang seorang penabur memiliki tugas untuk menabur. Perhatikan bahwa
seorang penabur bertugas untuk menaburkan benih itu sebanyak-banyaknya. Benih
itu ada yang jatuh di pinggir jalan dan dimakan burung hingga habis (ay. 4).
Ada juga benih yang jatuh di tanah yang berbatu-batu, tetapi karena tanahnya
tipis ia tidak berakar dan segera mati (ay. 5-6). Ada juga benih yang hatuh di tengah
semak duri sehingga semak itu menghimpit benih itu hingga mati (ay. 7). Ada
juga yang jatuh di tanah yang subur hingga benih itu pun bisa berbuah berlipat-lipat
(ay. 8).
Yesus sendiri
sudah memberikan arti dari perumpamaan tersebut dalam ayat-ayat selanjutnya.
Tetapi perhatikan bahwa dalam perumpamaan ini, ada 3 faktor utama: si penabur, benih
dan tanah. Tiga faktor ini memegang peranan penting dalam perumpamaan ini
karena tanpa salah satu dari ketiga faktor tersebut, maka benih tidak dapat
tumbuh.
Siapa yang
dimaksud dengan si penabur? Dalam konteks ini si penabur dapat berbicara
tentang Allah itu sendiri, Tuhan Yesus, atau orang-orang yang menyampaikan
Firman Allah. Kita yang berperan sebagai pengkhotbah, penginjil, pendeta, atau
bahkan penulis renungan termasuk dalam golongan ini. Memang Tuhan tidak
memerintahkan kita untuk menabur hanya di tanah yang subur. Akan tetapi
alangkah baiknya jika si penabur sudah mempersiapkan diri dengan baik,
mengetahui kemana ia akan menuju, dan mengetahui mana-mana saja tanah yang
subur, yang siap untuk ditabur. Lebih baik lagi apabila si penabur sudah mempersiapkan
benih dan juga tanahnya sehingga pada hari-H, si penabur dapan menabur dengan
tepat dan efektif.
Lalu apa yang
dimaksud dengan benih? Benih itu adalah Firman Allah sendiri. Memang benih ini
adalah faktor yang sudah ada dari Tuhan. Akan tetapi benih ini pun harus
dipersiapkan dengan baik jika si penabur mau menabur dengan tepat juga. Dalam
pertanian, kita mengenal ada benih yang biasa saja, dan ada juga benih unggul. Benih
unggul adalah benih yang dipersiapkan dengan begitu rupa sehingga ketika ia
jatuh ke tanah yang subur, benih itu bisa berbuah banyak. Gambaran benih unggul
adalah ketika ia bisa berbuah hingga 100 kali lipat sementara benih biasa
mungkin hanya berbuah 30 kali lipat saja.
Faktor terakhir,
yaitu tanah, adalah manusia yaitu kita semua. Tanah ini lebih khusus lagi
berbicara tentang hati manusia. Memang si penabur dan benih memiliki peranan
penting dalam kesuksesan pertumbuhan benih tersebut. Tetapi menurut saya faktor
terpenting adalah tanah tersebut. Bagaimana dengan tanah kita? Sudahkah kita
menyiapkan tanah kita, dengan cara mengangkat batu-batu yang menghalangi dan
semak duri yang dapat menghimpit pertumbuhan benih itu? Sudahkah kita menyiapkan
tanah kita agar dapat menerima benih tersebut dengan sebaik-baiknya?
Hal yang
sederhana dapat kita tanyakan kepada diri kita sendiri setiap kali kita akan
beribadah di gereja. Sudahkah kita mempersiapkan diri kita sebagai tanah yang
subur, yang siap untuk ditaburi benih kebenaran Firman Tuhan? Jika sudah, maka
siapapun si penabur, dan apapun jenis benih yang ditaburkan, semua bisa tumbuh
dalam hati kita. Tetapi jika tidak, mau si penabur adalah si penabur yang
super, mau benihnya adalah benih yang paling unggul, tetapi jika hati kita hanya
terisi dengan batu dan semak duri, benih itu tidak akan tumbuh.
Pertanyaan untuk
instropeksi kita pada hari ini, sudahkah kita melakukan bagian kita? Jika ya,
maka tinggal tunggu waktunya saja maka benih itu akan berbuah lebat. Jika
tidak, maka mau sampai kapanpun benih itu tidak akan pernah tertanam dalam hati
kita. Ingatlah akan perkataan Tuhan Yesus sendiri: "Siapa bertelinga, hendaklah ia mendengar!" (ay. 9).
Bacaan Alkitab: Matius 13:1-9
13:1 Pada hari
itu keluarlah Yesus dari rumah itu dan duduk di tepi danau.
13:2 Maka
datanglah orang banyak berbondong-bondong lalu mengerumuni Dia, sehingga Ia
naik ke perahu dan duduk di situ, sedangkan orang banyak semuanya berdiri di
pantai.
13:3 Dan Ia
mengucapkan banyak hal dalam perumpamaan kepada mereka. Kata-Nya: "Adalah
seorang penabur keluar untuk menabur.
13:4 Pada waktu
ia menabur, sebagian benih itu jatuh di pinggir jalan, lalu datanglah burung
dan memakannya sampai habis.
13:5 Sebagian
jatuh di tanah yang berbatu-batu, yang tidak banyak tanahnya, lalu benih itu
pun segera tumbuh, karena tanahnya tipis.
13:6 Tetapi
sesudah matahari terbit, layulah ia dan menjadi kering karena tidak berakar.
13:7 Sebagian
lagi jatuh di tengah semak duri, lalu makin besarlah semak itu dan
menghimpitnya sampai mati.
13:8 Dan sebagian
jatuh di tanah yang baik lalu berbuah: ada yang seratus kali lipat, ada yang
enam puluh kali lipat, ada yang tiga puluh kali lipat.
13:9 Siapa
bertelinga, hendaklah ia mendengar!"
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.