Kamis, 06 Juni 2013

Benih, Penabur, dan Tanah



Senin, 3 Juni 2013
Bacaan Alkitab: Matius 13:1-9
Dan Ia mengucapkan banyak hal dalam perumpamaan kepada mereka. Kata-Nya: "Adalah seorang penabur keluar untuk menabur."” (Mat 13:3)


Benih, Penabur, dan Tanah


Kita pasti pernah mendengar tentang perumpamaan tentang penabur ini bukan? Yesus memberikan perumpamaan tersebut ketika Yesus sedang berada di tepi danau dan orang banyak mengerumuni diriNya, sehingga Yesus pun naik ke dalam perahu sedangkan orang banyak berdiri di pantai (ay. 1-2). Saat itu Yesus menyampaikan perumpamaan tentang seorang penabur.

Perhatikan baik-baik perumpamaan Yesus: Ada seorang penabur yang keluar untuk menabur (ay. 3). Memang seorang penabur memiliki tugas untuk menabur. Perhatikan bahwa seorang penabur bertugas untuk menaburkan benih itu sebanyak-banyaknya. Benih itu ada yang jatuh di pinggir jalan dan dimakan burung hingga habis (ay. 4). Ada juga benih yang jatuh di tanah yang berbatu-batu, tetapi karena tanahnya tipis ia tidak berakar dan segera mati (ay. 5-6). Ada juga benih yang hatuh di tengah semak duri sehingga semak itu menghimpit benih itu hingga mati (ay. 7). Ada juga yang jatuh di tanah yang subur hingga benih itu pun bisa berbuah berlipat-lipat (ay. 8).

Yesus sendiri sudah memberikan arti dari perumpamaan tersebut dalam ayat-ayat selanjutnya. Tetapi perhatikan bahwa dalam perumpamaan ini, ada 3 faktor utama: si penabur, benih dan tanah. Tiga faktor ini memegang peranan penting dalam perumpamaan ini karena tanpa salah satu dari ketiga faktor tersebut, maka benih tidak dapat tumbuh.

Siapa yang dimaksud dengan si penabur? Dalam konteks ini si penabur dapat berbicara tentang Allah itu sendiri, Tuhan Yesus, atau orang-orang yang menyampaikan Firman Allah. Kita yang berperan sebagai pengkhotbah, penginjil, pendeta, atau bahkan penulis renungan termasuk dalam golongan ini. Memang Tuhan tidak memerintahkan kita untuk menabur hanya di tanah yang subur. Akan tetapi alangkah baiknya jika si penabur sudah mempersiapkan diri dengan baik, mengetahui kemana ia akan menuju, dan mengetahui mana-mana saja tanah yang subur, yang siap untuk ditabur. Lebih baik lagi apabila si penabur sudah mempersiapkan benih dan juga tanahnya sehingga pada hari-H, si penabur dapan menabur dengan tepat dan efektif.

Lalu apa yang dimaksud dengan benih? Benih itu adalah Firman Allah sendiri. Memang benih ini adalah faktor yang sudah ada dari Tuhan. Akan tetapi benih ini pun harus dipersiapkan dengan baik jika si penabur mau menabur dengan tepat juga. Dalam pertanian, kita mengenal ada benih yang biasa saja, dan ada juga benih unggul. Benih unggul adalah benih yang dipersiapkan dengan begitu rupa sehingga ketika ia jatuh ke tanah yang subur, benih itu bisa berbuah banyak. Gambaran benih unggul adalah ketika ia bisa berbuah hingga 100 kali lipat sementara benih biasa mungkin hanya berbuah 30 kali lipat saja.

Faktor terakhir, yaitu tanah, adalah manusia yaitu kita semua. Tanah ini lebih khusus lagi berbicara tentang hati manusia. Memang si penabur dan benih memiliki peranan penting dalam kesuksesan pertumbuhan benih tersebut. Tetapi menurut saya faktor terpenting adalah tanah tersebut. Bagaimana dengan tanah kita? Sudahkah kita menyiapkan tanah kita, dengan cara mengangkat batu-batu yang menghalangi dan semak duri yang dapat menghimpit pertumbuhan benih itu? Sudahkah kita menyiapkan tanah kita agar dapat menerima benih tersebut dengan sebaik-baiknya?

Hal yang sederhana dapat kita tanyakan kepada diri kita sendiri setiap kali kita akan beribadah di gereja. Sudahkah kita mempersiapkan diri kita sebagai tanah yang subur, yang siap untuk ditaburi benih kebenaran Firman Tuhan? Jika sudah, maka siapapun si penabur, dan apapun jenis benih yang ditaburkan, semua bisa tumbuh dalam hati kita. Tetapi jika tidak, mau si penabur adalah si penabur yang super, mau benihnya adalah benih yang paling unggul, tetapi jika hati kita hanya terisi dengan batu dan semak duri, benih itu tidak akan tumbuh.

Pertanyaan untuk instropeksi kita pada hari ini, sudahkah kita melakukan bagian kita? Jika ya, maka tinggal tunggu waktunya saja maka benih itu akan berbuah lebat. Jika tidak, maka mau sampai kapanpun benih itu tidak akan pernah tertanam dalam hati kita. Ingatlah akan perkataan Tuhan Yesus sendiri: "Siapa bertelinga, hendaklah ia mendengar!" (ay. 9).


Bacaan Alkitab: Matius 13:1-9
13:1 Pada hari itu keluarlah Yesus dari rumah itu dan duduk di tepi danau.
13:2 Maka datanglah orang banyak berbondong-bondong lalu mengerumuni Dia, sehingga Ia naik ke perahu dan duduk di situ, sedangkan orang banyak semuanya berdiri di pantai.
13:3 Dan Ia mengucapkan banyak hal dalam perumpamaan kepada mereka. Kata-Nya: "Adalah seorang penabur keluar untuk menabur.
13:4 Pada waktu ia menabur, sebagian benih itu jatuh di pinggir jalan, lalu datanglah burung dan memakannya sampai habis.
13:5 Sebagian jatuh di tanah yang berbatu-batu, yang tidak banyak tanahnya, lalu benih itu pun segera tumbuh, karena tanahnya tipis.
13:6 Tetapi sesudah matahari terbit, layulah ia dan menjadi kering karena tidak berakar.
13:7 Sebagian lagi jatuh di tengah semak duri, lalu makin besarlah semak itu dan menghimpitnya sampai mati.
13:8 Dan sebagian jatuh di tanah yang baik lalu berbuah: ada yang seratus kali lipat, ada yang enam puluh kali lipat, ada yang tiga puluh kali lipat.
13:9 Siapa bertelinga, hendaklah ia mendengar!"

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.