Kamis, 06 Juni 2013

Pesan bagi Para Hakim



Kamis, 6 Juni 2013
Bacaan Alkitab: 2 Tawarikh 19:4-7
Berpesanlah ia kepada hakim-hakim itu: "Pertimbangkanlah apa yang kamu buat, karena bukanlah untuk manusia kamu memutuskan hukum, melainkan untuk TUHAN, yang ada beserta kamu, bila kamu memutuskan hukum."” (2 Taw 19:6)


Pesan bagi Para Hakim


Dalam teori kenegaraan, terdapat 3 unsur politik yaitu eksekutif (pemerintah), legislatif (lembaga perwakilan), dan yudikatif (lembaga peradilan atau hukum). Ketiga unsur politik ini harus saling mengendalikan satu sama lain sehingga tidak terjadi penumpukan kekuasaan di salah satu unsur. Oleh karena itu, ketiga unsur ini seharusnya independen. Saya tidak mengerti apakah di negara kita hal itu pun sudah diimplementasikan dengan benar atau tidak. Tetapi terlepas dari hal itu, saya melihat bahwa lembaga peradilan adalah suatu lembaga yang sangat mulia dan agung. Oleh karena itu hari ini kita akan melihat sejumlah ayat tentang bagaimana orang-orang peradilan (khususnya hakim) harus bersikap.

Bacaan Alkitab kita hari ini dimulai dengan kisah dimana Yosafat yang menjadi raja Yehuda mengadakan kunjungan ke daerah-daerah di kerajaannya sambil menyuruh rakyat berbalik kepada Tuhan (ay. 4). Karena pada masa itu pada umumnya kekuasaan raja-raja bersifat terpusat di ibukota, raja Yosafat kemudian mengangkat hakim-hakim di seluruh kota di dalam kerajaannya (ay. 5). Posisi hakim yang dimaksud dalam ayat ini memang berbeda dengan hakim yang kita kenal di masa sekarang ini. Pada masa lalu, seorang hakim tidak hanya bertanggung jawab terhadap masalah-masalah peradilan atau hukum, tetapi juga menjadi semacam pemimpin kota dimana ia bertanggung jawab terhadap kesejahteraan kotanya dan juga kerohanian penduduk kotanya.

Walaupun demikian, peranan para hakim yang terutama adalah terkait masalah peradilan dan membuat keputusan hukum. Untuk itulah raja Yosafat berpesan kepada para hakim agar mereka mempertimbangkan dengan sungguh-sungguh keputusan yang diambil, karena bukan untuk manusialah mereka memutuskan hukum, tetapi untuk Tuhan (ay. 6). Yosafat mengingatkan agar mereka melakukan apa yang benar, dan melakukan segala sesuatunya (termasuk dalam mengambil keputusan) dengan pola pikir yang benar, yaitu melakukan seperti untuk Tuhan.

Selanjutnya raja Yosafat berpesan agar mereka selalu memiliki rasa takut kepada Tuhan, bukan kepada manusia (ay. 7a). Oleh karena itu raja Yosafat berharap mereka bertindak dengan seksama dan benar, dan  tidak berlaku curang, memihak, dan/atau menerima suap, karena perbuatan-perbuatan seperti itu tidak pernah ada pada Tuhan (ay. 7b). Tuhan punya standar yang tinggi terkait keadilan karena Tuhan kita adalah Tuhan yang maha adil. Keadilan Tuhan itu mutlak, dan tidak ada hukum di dunia ini yang mampu menandingi keadilan Tuhan, apalagi jika pelaksanaan hukum tersebut disertai dengan kecurangan.

Saya tidak tahu apakah ada di antara para pembaca renungan ini yang bekerja di institusi kehakiman atau bekerja di bagian yang terkait hukum, entah sebagai hakim, jaksa, pengacara, atau bagian legal di kantor. Memang hukum (terlebih di negara kita) adalah sesuatu yang sangat mudah diputarbalikkan. Tetapi saya harap kita yang adalah anak-anak Tuhan mampu tampil beda. Di kala orang lain menerima suap, memutarbalikkan fakta, memihak kepada salah satu pihak, dan lain sebagainya, kita yang adalah anak-anak Tuhan mampu hidup dengan benar dan takut akan Tuhan, membela yang benar dan menghukum yang salah sesuai dengan besar kecilnya kesalahan yang dilakukan. Mampukah kita? Secara manusia mungkin berat, tetapi Tuhan akan memampukan kita untuk dapat melakukan kebenaran, selama kita benar-benar berserah sepenuhnya kepada tangan Tuhan.



Bacaan Alkitab: 2 Tawarikh 19:4-7
19:4 Yosafat diam di Yerusalem. Ia mengadakan kunjungan pula ke daerah-daerah, dari Bersyeba sampai ke pegunungan Efraim, sambil menyuruh rakyat berbalik kepada TUHAN, Allah nenek moyang mereka.
19:5 Ia mengangkat juga hakim-hakim di seluruh negeri, yakni di semua kota yang berkubu di Yehuda, di tiap-tiap kota.
19:6 Berpesanlah ia kepada hakim-hakim itu: "Pertimbangkanlah apa yang kamu buat, karena bukanlah untuk manusia kamu memutuskan hukum, melainkan untuk TUHAN, yang ada beserta kamu, bila kamu memutuskan hukum.
19:7 Sebab itu, kiranya kamu diliputi oleh rasa takut kepada TUHAN. Bertindaklah dengan seksama, karena berlaku curang, memihak ataupun menerima suap tidak ada pada TUHAN, Allah kita."

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.