Sabtu, 13 Mei 2017

Ibadah Orang Israel yang Jahat di Hadapan Tuhan



Minggu, 14 Mei 2017
Bacaan Alkitab: Amos 4:4-5
"Datanglah ke Betel dan lakukanlah perbuatan jahat, ke Gilgal dan perhebatlah perbuatan jahat! Bawalah korban sembelihanmu pada waktu pagi, dan persembahan persepuluhanmu pada hari yang ketiga!" (Am 4:4)


Ibadah Orang Israel yang Jahat di Hadapan Tuhan


Kitab Amos penuh dengan peringatan terhadap ibadah bangsa Israel dan Yehuda yang tidak berkenan kepada Allah. Hal ini khususnya dapat kita lihat dalam bagian bacaan Alkitab kita hari ini, dimana 2 ayat dalam perikop tersebut diberikan judul oleh Lembaga Akitab Indonesia (LAI) dengan kalimat: “Ibadah orang Israel adalah ibadah jahat”. Dari mana kejahatannya? Hal ini yang akan kita pelajari pada hari ini.

Firman Tuhan tersebut dimulai dengan ucapan: “Datanglah ke Betel dan lakukanlah perbuatan jahat, ke Gilgal dan perhebatlah perbuatan jahat!” (ay. 4a). Kita perlu memahami bahwa pada masa itu, kerajaan Israel (12 suku) yang ada pada masa Saul hingga Salomo, telah pecah menjadi kerajaan utara (kerajaan Israel dengan 10 suku) dan kerajaan selatan (kerajaan Yehuda dengan 2 suku). Dalam hal ini, suku Lewi yang seharusnya melayani pekerjaan Tuhan sebagai golongan imam, sebagian ikut ke kerajaan Yehuda dan melayani di Bait Suci di Yerusalem, sedangkan sebagian lagi memilih tetap ada di kerajaan Israel karena mereka memiliki tempat tinggal di kota-kota Israel.

Seharusnya suku Lewi di kerajaan utara (kerajaan Israel) bisa mengingatkan bangsa Israel bahwa mereka harus tetap beribadah kepada Tuhan. Namun raja-raja Israel pada waktu itu takut jika bangsa Israel beribadah di Yerusalem, maka mereka akan berbalik mengikut ke kerajaan Yehuda. Oleh sebab itu, raja-raja Israel membuat ibadah tandingan di negerinya sendiri dan membuat bangsa Israel menjadi sesat.

Sedihnya lagi, jika kita melihat peta kerajaan Israel dan Yehuda (bagi yang memiliki Alkitab terbitan LAI, ada di bagian belakang Alkitab kita), kita akan melihat bahwa sesungguhnya Betel dan Gilgal ada di daerah paling selatan dari kerajaan Israel (daerah suku Efraim), dekat dengan perbatasan kerajaan Israel dan Yehuda. Bahkan jarak dari Betel dan Gilgal ke kota Yerusalem dimana terdapat Bait Suci, hanyalah sekitar 20 kilometer. Ini menunjukkan bahwa bangsa Israel bisa saja pergi ke Yerusalem untuk beribadah di Bait Suci, namun mereka lebih memilih beribadah di Betel dan Gilgal dan melakukan kejahatan karena mereka tidak beribadah kepada Tuhan Allah yang benar. Itulah perbuatan jahat mereka, yaitu ketika mereka beribadah tetapi bukan beribadah kepada Allah yang benar.

Jadi meskipun bangsa Israel membawa korban sembelihan pada waktu pagi, membawa persembahan persepuluhan mereka pada hari yang ketiga, membakar korban syukur dari roti yang beragi, bahkan memberikan persembahan-persembahan sukarela, itu bukanlah ibadah yang benar dan berkenan kepada Tuhan Allah (ay. 4b-5a). Itu adalah ibadah yang jahat, yaitu ibadah yang penuh dengan penyesatan. Jadi walaupun mereka menyiarkan ibadah mereka, memamerkan ibadah mereka, dan bangga terhadap ibadah mereka, itu sebenarnya hanyalah penipuan belaka (ay. 5b).

Mereka beribadah bukan untuk mencari kesukaan Tuhan, bukan untuk melakukan apa yang menyenangkan hati Tuhan (ay. 5c). Kita dapat melihat bahwa jika ibadah bangsa Israel hanyalah melakukan apa yang mereka sukai (yaitu suka-suka mereka sendiri), mereka tidak akan mungkin berjuang mencari apa yang menjadi kesukaan Tuhan. Dan itu pasti juga nampak dalam segenap aspek kehidupan mereka sehari-hari, dari pekerjaan mereka, budaya mereka, dan lain sebagainya. Semua hal mereka lakukan hanya berfokus kepada bagaimana mereka dapat menyenangkan diri mereka sendiri dan tidak pernah sedikitpun berpikir mengenai Tuhan dan Kerajaan-Nya.

Ini menjadi peringatan keras juga bagi kita yang hidup di masa kini. Pernahkah kita memperkarakan sungguh-sungguh ibadah macam apa yang selama ini kita lakukan? Pernahkah kita memperkarakan apakah selama ini ibadah yang kita lakukan itu hanya untuk “memuaskan” diri kita tanpa sedikit pun kita berurusan dengan Tuhan? Apakah ibadah yang selama ini kita lakukan adalah bagaimana kita memanfaatkan Tuhan demi berkat-berkat jasmani, demi jawaban doa-doa dan keinginan kita semata? Apakah doa-doa kita adalah doa untuk mencari tahu kehendak Tuhan dalam diri kita atau doa yang memaksa Tuhan untuk memberkati kita dan menjawab keinginan kita? Bertobatlah selagi Tuhan masih memberi kita kesempatan dan kesadaran bahwa apa yang selama ini kita lakukan adalah jahat di hadapan-Nya.



Bacaan Alkitab: Amos 4:4-5
4:4 "Datanglah ke Betel dan lakukanlah perbuatan jahat, ke Gilgal dan perhebatlah perbuatan jahat! Bawalah korban sembelihanmu pada waktu pagi, dan persembahan persepuluhanmu pada hari yang ketiga!
4:5 Bakarlah korban syukur dari roti yang beragi dan maklumkanlah persembahan-persembahan sukarela; siarkanlah itu! Sebab bukankah yang demikian kamu sukai, hai orang Israel?" demikianlah firman Tuhan ALLAH.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.