Minggu, 14 Mei 2017
Bacaan
Alkitab: Amos 4:4-5
"Datanglah ke Betel dan lakukanlah perbuatan jahat, ke Gilgal dan
perhebatlah perbuatan jahat! Bawalah korban sembelihanmu pada waktu pagi, dan
persembahan persepuluhanmu pada hari yang ketiga!" (Am 4:4)
Ibadah Orang Israel yang Jahat di Hadapan Tuhan
Kitab Amos penuh dengan peringatan
terhadap ibadah bangsa Israel dan Yehuda yang tidak berkenan kepada Allah. Hal
ini khususnya dapat kita lihat dalam bagian bacaan Alkitab kita hari ini,
dimana 2 ayat dalam perikop tersebut diberikan judul oleh Lembaga Akitab
Indonesia (LAI) dengan kalimat: “Ibadah orang Israel adalah ibadah jahat”. Dari
mana kejahatannya? Hal ini yang akan kita pelajari pada hari ini.
Firman Tuhan tersebut dimulai dengan
ucapan: “Datanglah ke Betel dan lakukanlah perbuatan jahat, ke Gilgal dan
perhebatlah perbuatan jahat!” (ay. 4a). Kita perlu memahami bahwa pada masa
itu, kerajaan Israel (12 suku) yang ada pada masa Saul hingga Salomo, telah
pecah menjadi kerajaan utara (kerajaan Israel dengan 10 suku) dan kerajaan
selatan (kerajaan Yehuda dengan 2 suku). Dalam hal ini, suku Lewi yang
seharusnya melayani pekerjaan Tuhan sebagai golongan imam, sebagian ikut ke
kerajaan Yehuda dan melayani di Bait Suci di Yerusalem, sedangkan sebagian lagi
memilih tetap ada di kerajaan Israel karena mereka memiliki tempat tinggal di
kota-kota Israel.
Seharusnya suku Lewi di kerajaan utara
(kerajaan Israel) bisa mengingatkan bangsa Israel bahwa mereka harus tetap
beribadah kepada Tuhan. Namun raja-raja Israel pada waktu itu takut jika bangsa
Israel beribadah di Yerusalem, maka mereka akan berbalik mengikut ke kerajaan
Yehuda. Oleh sebab itu, raja-raja Israel membuat ibadah tandingan di negerinya
sendiri dan membuat bangsa Israel menjadi sesat.
Sedihnya lagi, jika kita melihat peta
kerajaan Israel dan Yehuda (bagi yang memiliki Alkitab terbitan LAI, ada di
bagian belakang Alkitab kita), kita akan melihat bahwa sesungguhnya Betel dan
Gilgal ada di daerah paling selatan dari kerajaan Israel (daerah suku Efraim),
dekat dengan perbatasan kerajaan Israel dan Yehuda. Bahkan jarak dari Betel dan
Gilgal ke kota Yerusalem dimana terdapat Bait Suci, hanyalah sekitar 20
kilometer. Ini menunjukkan bahwa bangsa Israel bisa saja pergi ke Yerusalem
untuk beribadah di Bait Suci, namun mereka lebih memilih beribadah di Betel dan
Gilgal dan melakukan kejahatan karena mereka tidak beribadah kepada Tuhan Allah
yang benar. Itulah perbuatan jahat mereka, yaitu ketika mereka beribadah tetapi
bukan beribadah kepada Allah yang benar.
Jadi meskipun bangsa Israel membawa
korban sembelihan pada waktu pagi, membawa persembahan persepuluhan mereka pada
hari yang ketiga, membakar korban syukur dari roti yang beragi, bahkan
memberikan persembahan-persembahan sukarela, itu bukanlah ibadah yang benar dan
berkenan kepada Tuhan Allah (ay. 4b-5a). Itu adalah ibadah yang jahat, yaitu
ibadah yang penuh dengan penyesatan. Jadi walaupun mereka menyiarkan ibadah
mereka, memamerkan ibadah mereka, dan bangga terhadap ibadah mereka, itu
sebenarnya hanyalah penipuan belaka (ay. 5b).
Mereka beribadah bukan untuk mencari
kesukaan Tuhan, bukan untuk melakukan apa yang menyenangkan hati Tuhan (ay. 5c).
Kita dapat melihat bahwa jika ibadah bangsa Israel hanyalah melakukan apa yang
mereka sukai (yaitu suka-suka mereka sendiri), mereka tidak akan mungkin
berjuang mencari apa yang menjadi kesukaan Tuhan. Dan itu pasti juga nampak
dalam segenap aspek kehidupan mereka sehari-hari, dari pekerjaan mereka, budaya
mereka, dan lain sebagainya. Semua hal mereka lakukan hanya berfokus kepada
bagaimana mereka dapat menyenangkan diri mereka sendiri dan tidak pernah
sedikitpun berpikir mengenai Tuhan dan Kerajaan-Nya.
Ini menjadi peringatan keras juga bagi
kita yang hidup di masa kini. Pernahkah kita memperkarakan sungguh-sungguh
ibadah macam apa yang selama ini kita lakukan? Pernahkah kita memperkarakan apakah
selama ini ibadah yang kita lakukan itu hanya untuk “memuaskan” diri kita tanpa
sedikit pun kita berurusan dengan Tuhan? Apakah ibadah yang selama ini kita
lakukan adalah bagaimana kita memanfaatkan Tuhan demi berkat-berkat jasmani,
demi jawaban doa-doa dan keinginan kita semata? Apakah doa-doa kita adalah doa
untuk mencari tahu kehendak Tuhan dalam diri kita atau doa yang memaksa Tuhan
untuk memberkati kita dan menjawab keinginan kita? Bertobatlah selagi Tuhan masih
memberi kita kesempatan dan kesadaran bahwa apa yang selama ini kita lakukan
adalah jahat di hadapan-Nya.
Bacaan
Alkitab: Amos 4:4-5
4:4 "Datanglah ke Betel dan lakukanlah perbuatan jahat, ke Gilgal dan
perhebatlah perbuatan jahat! Bawalah korban sembelihanmu pada waktu pagi, dan
persembahan persepuluhanmu pada hari yang ketiga!
4:5 Bakarlah korban syukur dari roti yang beragi dan maklumkanlah
persembahan-persembahan sukarela; siarkanlah itu! Sebab bukankah yang demikian
kamu sukai, hai orang Israel?" demikianlah firman Tuhan ALLAH.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.