Selasa, 2 Mei 2017
Bacaan
Alkitab: Galatia 3:26-29
Karena kamu semua, yang dibaptis dalam Kristus, telah mengenakan Kristus. (Gal
3:27)
Baptisan dalam Perjanjian Baru (Bagian 29): Dibaptis
dalam Kristus untuk Mengenakan Kristus
Setiap kita yang telah dibaptis di
gereja yang diakui oleh Pemerintah pastilah dibaptis dalam nama Bapa, Anak, dan
Roh Kudus, sesuai perintah Tuhan Yesus dalam perintah agung-Nya (Mat 28:19).
Hal tersebut sebenarnya sejajar dengan kalimat “dibaptis dalam Tuhan Yesus”
atau “dibaptis dalam Kristus” karena Kristus juga adalah salah satu komponen
dari Allah Tritunggal tersebut. Menarik bahwa kalimat “dibaptis dalam Kristus”
tidak hanya sekedar kalimat yang diucapkan begitu saja, tetapi memiliki
konsekuensi logis bagi kita semua. Hal itu yang akan kita pelajari dalam
renungan hari ini.
Bagian bacaan Alkitab kita hari ini
dimulai dengan pernyataan bahwa kita semua adalah anak-anak Allah karena iman
di dalam Yesus Kristus (ay. 26). Apakah segampang itu menjadi anak-anak Allah?
Tentu tidak. Ayat 26 ini harus kita bedah dengan dalam mengenai iman seperti
apa yang harus kita miliki supaya kita menjadi anak-anak Allah. Jika kita hanya
memiliki “iman” bahwa hanya ada satu Allah saja (yaitu bahwa Allah itu Esa),
maka itu pun sama dengan “iman” yang dimiliki oleh setan-setan (bahasa Yunani: daimonia/δαιμόνια yang lebih tepat diterjemahkan sebagai roh-roh jahat).
Jadi kita harus berjuang memiliki iman yang benar atau sampai pada
tingkatan/level tertentu sehingga kita boleh sah menjadi anak-anak Allah.
Ayat selanjutnya berkata bahwa status
sebagai anak-anak tersebut (sebagai dampak dari iman yang benar itu) disebabkan
karena kita yang telah dibaptis di dalam Kristus, telah mengenakan Kristus (ay.
27). Ini merupakan salah satu dasar yang penting mengenai baptisan, yaitu bahwa
baptisan tidak hanya sekedar dipercik dengan air atau diselamkan dalam air oleh
pendeta, tetapi lebih dari itu, yaitu kita harus mengenakan Kristus. Kata “mengenakan”
dalam ayat 27 ini dalam bahasa aslinya (bahasa Yunani) adalah enedysasthe (ἐνεδύσασθε) yang berasal dari kata dasar enduo (ἐνδύω) yang secara
sederhana dapat diartikan “to put on, to
clothe” (memakai/mengenakan pakaian).
Jadi setiap kita yang dibaptis harus mengenakan kehidupan Kristus dalam dirinya. Hal ini ibarat seseorang yang memakai pakaian Kristus, sehingga kemanapun kita pergi, apapun yang kita lakukan, orang lain akan melihat bahwa Kristus nampak dalam diri kita. Ini sejajar dengan ayat lain yang berbunyi: “Sebab kamu telah mati dan hidupmu tersembunyi bersama dengan Kristus di dalam Allah” (Kol 3:3). Artinya setiap orang yang telah dibaptis seharusnya hidupnya tersembunyi (keakuan kita tidak nampak lagi) tetapi harus hidup Kristus yang nampak bagi orang lain di sekitar kita.
Oleh karena itu, jika agama Yahudi mensyaratkan sunat sebagai tanda lahiriah, maka kekristenan tidak memiliki tanda-tanda lahiriah tertentu, karena standarnya adalah kehidupan Kristus yang kita nyatakan melalui hidup kita masing-masing. Dari hal inilah kita dapat dikatakan sebagai orang Kristen (pengikut Kristus) yaitu dari seberapa kita memancarkan hidup Kristus melalui diri kita. Oleh karena itu Paulus dapat menjelaskan bahwa di dalam Kristus tidak ada perbedaan dari suku bangsa (apakah ia adalah orang Yahudi atau Yunani), dari status sosial (apakah ia hamba atau orang merdeka), dan juga dari jenis kelamin (apakah ia pria atau wanita) (ay. 28a). Itu dikarenakan di dalam Kristus semua adalah sama, karena ukuran yang dipakai hanyalah Kristus itu sendiri, yaitu seberapa banyak kita memiliki hidup seperti Kristus.
Kita semua adalah satu di dalam Kristus Yesus, satu di dalam baptisan dan di dalam iman yang benar (ay. 28b). Dan jika kita adalah satu di dalam Kristus, maka kita pun juga menjadi milik Kristus (ay. 29a). Sebagai milik Kristus, kita juga adalah keturunan Abraham dan berhak menerima janji-janji Allah yang diberikan kepada Abraham dan keturunannya (ay. 29b). Jadi di dalam Kristus Yesus, kita orang-orang non Yahudi juga berhak menerima janji Abraham yang diberikan kepada orang Yahudi. Jika dalam Perjanjian Lama umat pilihan merujuk kepada bangsa Yahudi, maka di dalam Perjanjian Baru, semua orang dimungkinkan menjadi umat pilihan, sepanjang orang tersebut mau berjuang untuk mengenakan Kristus dalam hidupnya.
Oleh karena itu, patokan hidup umat Perjanjian Baru bukanlah sekedar mengenakan Hukum Taurat, atau norma-norma kebaikan umum yang ada di masyarakat. Itu barulah standar hidup umat Perjanjian Lama. Sementara kita sebagai umat pilihan di Perjanjian Baru, harus berjuang untuk bisa hidup menurut standar yang benar, yaitu Tuhan Yesus Kristus sendiri sebagai standarnya. Di sini baptisan menjadi suatu momen yang baik bagi kita untuk berjuang mengenakan Kristus. Oleh karena itu, pada hari penghakiman nanti, umat Perjanjian Baru tidak akan hanya dihakimi menurut standar moral umum, tetapi dengan standar hidup Tuhan Yesus sendiri, yang antara lain melakukan kehendak Bapa di Surga (Yoh 4:34). Inilah yang harus kita sadari supaya suatu saat nanti jangan sampai kita ditolak masuk ke dalam kekekalan bersama Kristus (Mat 7:21-23).
Bacaan
Alkitab: Galatia 3:26-29
3:26 Sebab kamu semua adalah anak-anak Allah karena iman di dalam Yesus
Kristus.
3:27 Karena kamu semua, yang dibaptis dalam Kristus, telah mengenakan
Kristus.
3:28 Dalam hal ini tidak ada orang Yahudi atau orang Yunani, tidak ada
hamba atau orang merdeka, tidak ada laki-laki atau perempuan, karena kamu semua
adalah satu di dalam Kristus Yesus.
3:29 Dan jikalau kamu adalah milik Kristus, maka kamu juga adalah keturunan
Abraham dan berhak menerima janji Allah.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.