Kamis, 11 Mei 2017

Mengorbankan Satu Orang Demi “Menyelamatkan” Banyak Orang



Sabtu, 13 Mei 2017
Bacaan Alkitab: Yohanes 11:45-53
Tetapi seorang di antara mereka, yaitu Kayafas, Imam Besar pada tahun itu, berkata kepada mereka: "Kamu tidak tahu apa-apa, dan kamu tidak insaf, bahwa lebih berguna bagimu, jika satu orang mati untuk bangsa kita dari pada seluruh bangsa kita ini binasa." (Yoh 11:49-50)


Mengorbankan Satu Orang Demi “Menyelamatkan” Banyak Orang


Peristiwa pada bagian bacaan Alkitab hari ini dimulai tentang banyak orang Yahudi yang datang melawat Maria dan Marta, yaitu ketika mereka menyaksikan sendiri bagaimana Tuhan Yesus membangkitkan kembali Lazarus yang telah mati selama 4 hari. Alkitab menulis bahwa banyak orang Yahudi menjadi percaya kepada-Nya karena mujizat yang dilakukan sungguh luar biasa (ay. 45). Saya rasa jika Tuhan Yesus hidup di dunia modern dan membangkitkan orang yang sudah mati selama 4 hari, pastilah banyak orang di seluruh dunia ini juga menjadi percaya kepada-Nya.

Namun demikian, Alkitab juga mencatat bahwa ada beberapa orang Yahudi yang menceritakan mujizat tersebut kepada orang Farisi (ay. 46). Tentu dalam hal ini, mereka menceritakan bagaimana Tuhan Yesus membuat mujizat dengan luar biasa, sehingga banyak orang menjadi percaya kepada-Nya dan mengikuti-Nya. Orang Farisi dan juga para imam (mungkin juga termasuk para ahli Taurat) kemudian berkumpul dan berunding. Mereka sadar bahwa lambat laun kedudukan mereka sebagai orang yang dianggap berwibawa oleh masyarakat Yahudi dapat terancam oleh kehadiran Yesus. Mereka lalu mengadakan suatu “sidang” yaitu melalui Mahkamah Agama untuk berkumpul dan mencari solusinya (ay. 47).

Menarik melihat bagaimana seluruh orang Farisi, ahli Taurat, para imam, para pemuka agama Yahudi (dan mungkin termasuk orang Saduki) yang sebelumnya mungkin saling berbeda pendapat, kini bersatu untuk “memerangi” musuh agama mereka, yaitu Yesus Kristus. Alkitab mencatat bahwa mereka takut banyak orang akan meninggalkan mereka dan mengikut Tuhan Yesus. Mereka juga takut kehilangan posisi mereka yang sentral dalam masyarakat Yahudi, karena posisi mereka sebenarnya bisa dengan mudah “diambil alih” oleh kekaisaran Romawi (ay. 48).

Pada saat-saat genting tersebut, pemimpin tertinggi agama Yahudi, yaitu Imam Besar Kayafas, mengucapkan perkataan yang terlihat bijaksana, tetapi ternyata sangat licik, yaitu: "Kamu tidak tahu apa-apa, dan kamu tidak insaf, bahwa lebih berguna bagimu, jika satu orang mati untuk bangsa kita dari pada seluruh bangsa kita ini binasa” (ay. 49-50). Perkataan Kayafas itu terlihat bijaksana, tetapi mengandung banyak kejahatan dan pemutarbalikkan kebenaran. Ia lebih memilih satu orang mati (mengorbankan satu orang benar) daripada seluruh bangsa binasa (demi menyelamatkan banyak orang jahat).

Namun demikian, karena kalimat tersebut diucapkan oleh seseorang yang dianggap sebagai wakil Tuhan, seseorang yang memegang jabatan tertinggi dalam agama Yahudi, seseorang yang suaranya dianggap sebagai suara Tuhan, apalagi karena ia sudah menguasai dan paham seluruh hukum-hukum agama Yahudi dan adat-istiadat Yahudi, maka suara imam besar tersebut dianggap sebagai suatu kebenaran yang mutlak dan harus dilakukan. Imam besar yang seharusnya menyuarakan kebenaran, namun ternyata hanya menyuarakan pembenaran, yaitu memutarbalikkan kebenaran demi mengamankan posisinya dan orang-orang di pihaknya. Imam besar yang seharusnya melindungi kebenaran menurut agamanya, justru menjadikan agama sebagai kedok kejahatan. Ia tidak segan-segan menghukum bahkan membunuh orang yang tidak bersalah demi kepentingan diri mereka sendiri dan kelompoknya (ay. 51). Bahkan Alkitab mencatat bahwa sejak saat itu, seluruh kelompok Yahudi (orang Farisi, orang Saduki, ahli Taurat, dan para imam) menjadi sepakat untuk membunuh Yesus (ay. 53).

Melihat hal ini, sungguh disayangkan bahwa ada orang-orang yang mengatasnamakan agama demi kepentingan diri mereka sendiri. Hal ini sudah ada sekitar 2.000 tahun yang lalu, ketika agama Yahudi yang seharusnya digunakan supaya orang lain boleh mengenal Allah yang benar, justru diperalat dan dimanfaatkan untuk membunuh orang yang benar, yaitu Yesus Kristus, Anak Allah. Dan sejak saat itu hingga sekarang ini, agama telah dimanfaatkan oleh oknum-oknum tertentu untuk menghalalkan niat-niat jahat dan busuk, terutama kepentingan petinggi negara dan juga agama. Kita melihat bagaimana umat Kristen juga pernah terjebak dalam kesalahan mengeksploitasi agama Kristen dalam perang Salib. Kita juga melihat bagaimana agama digunakan untuk melindungi posisi raja-raja yang lalim di Eropa pada abad pertengahan, termasuk ketika gereja bisa menjual surat pengampunan dosa supaya orang tidak masuk neraka. Ini semua adalah penyesatan. Bagaimana mungkin agama digunakan untuk membenarkan tindakan menghukum/membunuh orang yang benar demi “menyelamatkan” banyak orang yang jahat?

Namun demikian, meskipun manusia dapat mereka-rekakan yang jahat, Tuhan Allah dapat mengubahnya menjadi sesuatu yang baik (Kej 50:20). Meskipun imam besar tersebut menubuatkan sesuatu yang jahat, yaitu pembunuhan Yesus Kristus, tetapi Allah dapat membuatnya menjadi kebaikan. Alkitab menulis bahwa Ia membuat niat jahat tersebut juga dapat untuk mengumpulkan dan mempersatukan anak-anak Allah yang tercerai-berai (ay. 52). Artinya adalah dengan adanya sosok imam besar yang jahat, bahkan para pemimpin agama yang memiliki niat jahat, maka di situ Tuhan sedang membedakan manakah mereka yang memiliki semangat anti Kristus dan mana yang memiliki semangat seperti Kristus. Pemisahan seperti ini sudah dimulai ketika para pemimpin agama Yahudi memilih untuk menentang Kristus walaupun Kristus adalah penggenapan mengenai janji Mesias yang akan diberikan kepada bangsa Yahudi. Ini menunjukkan bahwa walaupun seseorang mengerti agama bahkan menempati posisi terhormat dalam suatu agama, belum tentu ia berada di pihak yang benar. Justru dari situ nampak pola pikir seseorang, apakah yang sesungguhnya ia bela? Apakah para pemimpin agama tersebut sungguh-sungguh membela Tuhan yang benar, atau hanya membela kedudukan dan posisi nyaman yang selama ini mereka tempati?

Kita harus ingat bahwa hal seperti ini sudah terjadi sejak 2.000 tahun yang lalu. Waspadalah terhadap pemimpin-pemimpin agama yang dengan mudah mengutip ayat-ayat Kitab Suci di luar konteks, apalagi yang menafsirkan dan mengartikannya sendiri demi kepentingan diri mereka atau kelompoknya. Jadilah umat yang cerdas sehingga tidak mudah terperdaya dan disesatkan. Jangan menjadi umat yang mudah ditakut-takuti bahwa jika kita tidak menurut perkataan mereka, maka kita akan masuk neraka. Belajarlah kebenaran, dan biarlah kebenaran itu akan memerdekakan kita. Ingat bahwa tidak ada orang-orang jahat yang dapat masuk ke dalam langit yang baru dan bumi yang baru, termasuk mereka yang adalah orang-orang keji, para pembunuh, dan juga para pendusta (Why 21:8). Bahkan Tuhan Yesus mengingatkan bahwa pemimpin-pemimpin agama, termasuk mereka yang telah melakukan banyak mujizat, bernubuat, dan mengusir setan demi nama Tuhan, akan ada yang tertolak masuk ke dalam langit yang baru dan bumi yang baru karena mereka tidak melakukan kehendak Tuhan (Mat 7:21-23). Bagi mereka telah tersedia hukuman kekal di neraka.



Bacaan Alkitab: Yohanes 11:45-53
11:45 Banyak di antara orang-orang Yahudi yang datang melawat Maria dan yang menyaksikan sendiri apa yang telah dibuat Yesus, percaya kepada-Nya.
11:46 Tetapi ada yang pergi kepada orang-orang Farisi dan menceriterakan kepada mereka, apa yang telah dibuat Yesus itu.
11:47 Lalu imam-imam kepala dan orang-orang Farisi memanggil Mahkamah Agama untuk berkumpul dan mereka berkata: "Apakah yang harus kita buat? Sebab orang itu membuat banyak mujizat.
11:48 Apabila kita biarkan Dia, maka semua orang akan percaya kepada-Nya dan orang-orang Roma akan datang dan akan merampas tempat suci kita serta bangsa kita."
11:49 Tetapi seorang di antara mereka, yaitu Kayafas, Imam Besar pada tahun itu, berkata kepada mereka: "Kamu tidak tahu apa-apa,
11:50 dan kamu tidak insaf, bahwa lebih berguna bagimu, jika satu orang mati untuk bangsa kita dari pada seluruh bangsa kita ini binasa."
11:51 Hal itu dikatakannya bukan dari dirinya sendiri, tetapi sebagai Imam Besar pada tahun itu ia bernubuat, bahwa Yesus akan mati untuk bangsa itu,
11:52 dan bukan untuk bangsa itu saja, tetapi juga untuk mengumpulkan dan mempersatukan anak-anak Allah yang tercerai-berai.
11:53 Mulai dari hari itu mereka sepakat untuk membunuh Dia.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.