Minggu, 21 Mei 2017
Bacaan
Alkitab: 2 Raja-raja 19:1-7
Berkatalah mereka kepadanya: "Beginilah kata Hizkia: Hari ini hari
kesesakan, hari hukuman dan penistaan; sebab sudah datang waktunya untuk
melahirkan anak, tetapi tidak ada kekuatan untuk melahirkannya. (2 Raj 19:3)
Penistaan di dalam Alkitab (7): Hari Kesesakan dan
Penistaan yang Dialami Raja Hizkia
Hari ini kita belajar mengenai suatu
hari yang disebut sebagai hari kesesakan dan penistaan. Adapun yang mengalami
itu adalah bangsa Yehuda yang pada saat itu sedang dipimpin oleh Raja Hizkia.
Raja Hizkia adalah seorang raja Yehuda yang takut akan Tuhan. Namun demikian ia
sedang berperang melawan Sanherib, raja Asyur yang sedang menyerang Yerusalem,
bahkan mengepung Yerusalem. Pada saat pengepungan Yerusalem itulah, juru
minuman agung bangsa Asyur mengucapkan perkataan yang melemahkan semangat
rakyat Yerusalem dan yang menghina Tuhan. Kalimat yang diucapkan antara lain
bahwa Yerusalem tidak akan bisa bertahan melawan pasukan Asyur yang hebat, dan
meminta rakyat jangan mendengarkan Hizkia karena Allah Israel (Yahweh) pun
tidak mampu melepaskan diri dari dewa-dewa Asyur. Ia juga mengatakan bahwa
akhir Yerusalem akan sama seperti kota-kota Kanaan yang menyembah dewa-dewa
lainnya.
Perlu dicatat juga bahwa bagian bacaan Alkitab kita sama persis dengan
apa yang ada di kitab Yesaya pasal 37 (Yes 37:1-7). Dalam Yesaya 37 tersebut
juga ada ayat yang memuat kata nista yaitu hari kesesakan dan penistaan. Ini menunjukkan
bahwa hampir pasti penulis kitab Raja-raja adalah nabi Yesaya. Sehingga walaupun di awal serial renungan ini saya berkata bahwa ada 28 kali kata "nista" tertulis dalam Alkitab Terjemahan Baru terbitan Lembaga Alkitab Indonesia, namun renungan terkait penistaan ini hanya ada sebanyak 27 buah karena ada 2 ayat yang sama persis yaitu 2 Raja-raja 19:3 dan Yesaya 37:3.
Pada waktu itu, ketika Raja Hizkia
mendengar kabar perkataan yang disampaikan oleh juru minuman agung tersebut,
maka Hizkia mengoyakkan pakaian dan mengenakan kain kabung, lalu masuk ke rumah
Tuhan (ay. 1). Syukurlah Hizkia masih ingat kepada Tuhan dalam kesesakannya dan
tidak mencari jalan keluar sendiri apalagi mencari jalan keluar dari para dewa.
Hizkia juga mengutus orang kepercayaannya untuk meminta jawaban Tuhan melalui
nabi Yesaya (ay. 2). Dalam kalimat yang diucapkan kepada Yesaya, dikatakan
bahwa Raja Hizkia melihat hari tersebut sebagai hari kesesakan, hari hukuman
dan penistaan (ay. 3a). Bahkan seakan-akan semangat rakyat Yerusalem seperti
orang yang akan melahirkan tetapi sudah tidak bertenaga lagi.
Dalam hal ini Hizkia menganggap bahwa
ucapan juru minuman agung tersebut sebagai perkataan yang menista bangsa
Yehuda. Namun di sisi lain, menista bangsa Yehuda sama dengan menista Tuhan
yang disembah oleh bangsa Yehuda. Apalagi bangsa Asyur menganggap dewa-dewa
mereka jauh lebih besar daripada Allahnya orang Israel. Oleh karena itu utusan-utusan
Raja Hizkia berharap Yesaya paham kondisi yang terjadi di Yerusalem dan
memintanya untuk berdoa kepada Tuhan supaya menghukum bangsa (khususnya juru
minuman agung) yang melakukan penistaan tersebut (ay. 4).
Pada saat itu, Yesaya berkata kepada
utusan Raja Hizkia supaya Raja Hizkia tidak takut kepada ucapan juru minuman
agung tersebut, karena Tuhan akan membuat Raja Asyur segera pulang ke negerinya
dan akan mati di sana (ay. 5-7). Dengan kata lain, nabi Yesaya ingin mengatakan
bahwa Raja Hizkia harus tahu bahwa tidak boleh ada apapun/siapapun yang ia
takuti selain Tuhan. Prinsip ini masih berlaku hingga saat ini, sehingga dalam
menghadapi apapun, baik itu masalah maupun kondisi dunia yang semakin kacau
balau, kita tidak boleh takut dan gentar. Hanya ada satu yang kita harus takuti
yaitu Tuhan. Oleh karena itu tidak masalah jika kondisi di sekitar kita semakin
bergelora, tetapi kita harus pastikan bahwa hidup kita benar di mata Tuhan.
Dalam hal ini, penistaan yang dilakukan
oleh juru minuman agung tersebut tidak langsung dibalas dengan lemparan batu
atau panah dari dalam kota Yerusalem. Kita bisa melihat bagaimana penistaan
yang diucapkan melalui perkataan juru minuman agung tersebut sesungguhnya
ditujukan kepada Tuhan. Oleh karena itu, dalam hal ini Tuhanlah yang berperkara
dengan sang penista Tuhan. Tuhan yang menunjukkan kuasanya terhadap mereka yang
menista diri-Nya. Bangsa Israel, rakyat Yerusalem, pasukan di kota Yerusalem
dan bahkan Raja Hizkia sendiri pun tidak berani lancang mendahului tindakan
Tuhan.
Di sini kita belajar bahwa sesungguhnya
hari kesesakan dan penistaan itu adalah ketika kebenaran diputarbalikkan
sehingga umat menjadi ragu dengan imannya. Hizkia tidak mempersoalkan hasil
perang fisik yang terjadi, tetapi ia takut jika iman rakyatnya menjadi luntur
karena ucapan juru minuman agung tersebut. Di sini seharusnya menjadi pelajaran
bagi kita bahwa penistaan itu tidak hanya sekedar menghina Tuhan kita, tetapi
lebih dari pada itu, yaitu suatu upaya yang sistematis dan sengaja untuk
merusak iman Kristen sehingga mereka sudah tidak lagi percaya kepada Tuhan
dengan benar. Namun demikian, kita perlu ingat bahwa pembalasan bukanlah hak
kita. Itu adalah hak Tuhan (Ibr 10:30), dan kita harus menunjukkan kualitas
iman yang benar dengan sikap yang agung, karena itu menunjukkan bahwa Tuhan
kita juga adalah Tuhan yang agung, yang tidak perlu dibela dengan cara-cara
manusia apalagi dengan cara yang destruktif, anarkis, dan munafik.
Bacaan
Alkitab: 2 Raja-raja 19:1-7
19:1 Segera
sesudah raja Hizkia mendengar itu, dikoyakkannyalah pakaiannya dan
diselubunginyalah badannya dengan kain kabung, lalu masuklah ia ke rumah TUHAN.
19:2
Disuruhnyalah juga Elyakim, kepala istana, Sebna, panitera negara, dan yang
tua-tua di antara para imam, dengan berselubungkan kain kabung, kepada nabi
Yesaya bin Amos.
19:3
Berkatalah mereka kepadanya: "Beginilah kata Hizkia: Hari ini hari
kesesakan, hari hukuman dan penistaan; sebab sudah datang waktunya untuk
melahirkan anak, tetapi tidak ada kekuatan untuk melahirkannya.
19:4
Mungkin TUHAN, Allahmu, sudah mendengar segala perkataan juru minuman agung
yang telah diutus oleh raja Asyur, tuannya, untuk mencela Allah yang hidup,
sehingga TUHAN, Allahmu, mau memberi hukuman karena perkataan-perkataan yang
telah didengar-Nya. Maka baiklah engkau menaikkan doa untuk sisa yang masih
tinggal ini!"
19:5 Ketika
pegawai-pegawai raja Hizkia sampai kepada Yesaya,
19:6
berkatalah Yesaya kepada mereka: "Beginilah kamu katakan kepada tuanmu:
Beginilah firman TUHAN: Janganlah engkau takut terhadap perkataan yang
kaudengar yang telah diucapkan oleh budak-budak raja Asyur untuk menghujat Aku.
19:7 Sesungguhnya, Aku akan
menyuruh suatu roh masuk di dalamnya, sehingga ia mendengar suatu kabar dan
pulang ke negerinya; Aku akan membuat dia mati rebah oleh pedang di negerinya
sendiri."
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.