Kamis, 18 Mei 2017

Penistaan di dalam Alkitab (7): Hari Kesesakan dan Penistaan yang Dialami Raja Hizkia



Minggu, 21 Mei 2017
Bacaan Alkitab: 2 Raja-raja 19:1-7
Berkatalah mereka kepadanya: "Beginilah kata Hizkia: Hari ini hari kesesakan, hari hukuman dan penistaan; sebab sudah datang waktunya untuk melahirkan anak, tetapi tidak ada kekuatan untuk melahirkannya. (2 Raj 19:3)


Penistaan di dalam Alkitab (7): Hari Kesesakan dan Penistaan yang Dialami Raja Hizkia


Hari ini kita belajar mengenai suatu hari yang disebut sebagai hari kesesakan dan penistaan. Adapun yang mengalami itu adalah bangsa Yehuda yang pada saat itu sedang dipimpin oleh Raja Hizkia. Raja Hizkia adalah seorang raja Yehuda yang takut akan Tuhan. Namun demikian ia sedang berperang melawan Sanherib, raja Asyur yang sedang menyerang Yerusalem, bahkan mengepung Yerusalem. Pada saat pengepungan Yerusalem itulah, juru minuman agung bangsa Asyur mengucapkan perkataan yang melemahkan semangat rakyat Yerusalem dan yang menghina Tuhan. Kalimat yang diucapkan antara lain bahwa Yerusalem tidak akan bisa bertahan melawan pasukan Asyur yang hebat, dan meminta rakyat jangan mendengarkan Hizkia karena Allah Israel (Yahweh) pun tidak mampu melepaskan diri dari dewa-dewa Asyur. Ia juga mengatakan bahwa akhir Yerusalem akan sama seperti kota-kota Kanaan yang menyembah dewa-dewa lainnya. 

Perlu dicatat juga bahwa bagian bacaan Alkitab kita sama persis dengan apa yang ada di kitab Yesaya pasal 37 (Yes 37:1-7). Dalam Yesaya 37 tersebut juga ada ayat yang memuat kata nista yaitu hari kesesakan dan penistaan. Ini menunjukkan bahwa hampir pasti penulis kitab Raja-raja adalah nabi Yesaya. Sehingga walaupun di awal serial renungan ini saya berkata bahwa ada 28 kali kata "nista" tertulis dalam Alkitab Terjemahan Baru terbitan Lembaga Alkitab Indonesia, namun renungan terkait penistaan ini hanya ada sebanyak 27 buah karena ada 2 ayat yang sama persis yaitu 2 Raja-raja 19:3 dan Yesaya 37:3.

Pada waktu itu, ketika Raja Hizkia mendengar kabar perkataan yang disampaikan oleh juru minuman agung tersebut, maka Hizkia mengoyakkan pakaian dan mengenakan kain kabung, lalu masuk ke rumah Tuhan (ay. 1). Syukurlah Hizkia masih ingat kepada Tuhan dalam kesesakannya dan tidak mencari jalan keluar sendiri apalagi mencari jalan keluar dari para dewa. Hizkia juga mengutus orang kepercayaannya untuk meminta jawaban Tuhan melalui nabi Yesaya (ay. 2). Dalam kalimat yang diucapkan kepada Yesaya, dikatakan bahwa Raja Hizkia melihat hari tersebut sebagai hari kesesakan, hari hukuman dan penistaan (ay. 3a). Bahkan seakan-akan semangat rakyat Yerusalem seperti orang yang akan melahirkan tetapi sudah tidak bertenaga lagi. 

Dalam hal ini Hizkia menganggap bahwa ucapan juru minuman agung tersebut sebagai perkataan yang menista bangsa Yehuda. Namun di sisi lain, menista bangsa Yehuda sama dengan menista Tuhan yang disembah oleh bangsa Yehuda. Apalagi bangsa Asyur menganggap dewa-dewa mereka jauh lebih besar daripada Allahnya orang Israel. Oleh karena itu utusan-utusan Raja Hizkia berharap Yesaya paham kondisi yang terjadi di Yerusalem dan memintanya untuk berdoa kepada Tuhan supaya menghukum bangsa (khususnya juru minuman agung) yang melakukan penistaan tersebut (ay. 4).

Pada saat itu, Yesaya berkata kepada utusan Raja Hizkia supaya Raja Hizkia tidak takut kepada ucapan juru minuman agung tersebut, karena Tuhan akan membuat Raja Asyur segera pulang ke negerinya dan akan mati di sana (ay. 5-7). Dengan kata lain, nabi Yesaya ingin mengatakan bahwa Raja Hizkia harus tahu bahwa tidak boleh ada apapun/siapapun yang ia takuti selain Tuhan. Prinsip ini masih berlaku hingga saat ini, sehingga dalam menghadapi apapun, baik itu masalah maupun kondisi dunia yang semakin kacau balau, kita tidak boleh takut dan gentar. Hanya ada satu yang kita harus takuti yaitu Tuhan. Oleh karena itu tidak masalah jika kondisi di sekitar kita semakin bergelora, tetapi kita harus pastikan bahwa hidup kita benar di mata Tuhan.

Dalam hal ini, penistaan yang dilakukan oleh juru minuman agung tersebut tidak langsung dibalas dengan lemparan batu atau panah dari dalam kota Yerusalem. Kita bisa melihat bagaimana penistaan yang diucapkan melalui perkataan juru minuman agung tersebut sesungguhnya ditujukan kepada Tuhan. Oleh karena itu, dalam hal ini Tuhanlah yang berperkara dengan sang penista Tuhan. Tuhan yang menunjukkan kuasanya terhadap mereka yang menista diri-Nya. Bangsa Israel, rakyat Yerusalem, pasukan di kota Yerusalem dan bahkan Raja Hizkia sendiri pun tidak berani lancang mendahului tindakan Tuhan.

Di sini kita belajar bahwa sesungguhnya hari kesesakan dan penistaan itu adalah ketika kebenaran diputarbalikkan sehingga umat menjadi ragu dengan imannya. Hizkia tidak mempersoalkan hasil perang fisik yang terjadi, tetapi ia takut jika iman rakyatnya menjadi luntur karena ucapan juru minuman agung tersebut. Di sini seharusnya menjadi pelajaran bagi kita bahwa penistaan itu tidak hanya sekedar menghina Tuhan kita, tetapi lebih dari pada itu, yaitu suatu upaya yang sistematis dan sengaja untuk merusak iman Kristen sehingga mereka sudah tidak lagi percaya kepada Tuhan dengan benar. Namun demikian, kita perlu ingat bahwa pembalasan bukanlah hak kita. Itu adalah hak Tuhan (Ibr 10:30), dan kita harus menunjukkan kualitas iman yang benar dengan sikap yang agung, karena itu menunjukkan bahwa Tuhan kita juga adalah Tuhan yang agung, yang tidak perlu dibela dengan cara-cara manusia apalagi dengan cara yang destruktif, anarkis, dan munafik.



Bacaan Alkitab: 2 Raja-raja 19:1-7
19:1 Segera sesudah raja Hizkia mendengar itu, dikoyakkannyalah pakaiannya dan diselubunginyalah badannya dengan kain kabung, lalu masuklah ia ke rumah TUHAN.
19:2 Disuruhnyalah juga Elyakim, kepala istana, Sebna, panitera negara, dan yang tua-tua di antara para imam, dengan berselubungkan kain kabung, kepada nabi Yesaya bin Amos.
19:3 Berkatalah mereka kepadanya: "Beginilah kata Hizkia: Hari ini hari kesesakan, hari hukuman dan penistaan; sebab sudah datang waktunya untuk melahirkan anak, tetapi tidak ada kekuatan untuk melahirkannya.
19:4 Mungkin TUHAN, Allahmu, sudah mendengar segala perkataan juru minuman agung yang telah diutus oleh raja Asyur, tuannya, untuk mencela Allah yang hidup, sehingga TUHAN, Allahmu, mau memberi hukuman karena perkataan-perkataan yang telah didengar-Nya. Maka baiklah engkau menaikkan doa untuk sisa yang masih tinggal ini!"
19:5 Ketika pegawai-pegawai raja Hizkia sampai kepada Yesaya,
19:6 berkatalah Yesaya kepada mereka: "Beginilah kamu katakan kepada tuanmu: Beginilah firman TUHAN: Janganlah engkau takut terhadap perkataan yang kaudengar yang telah diucapkan oleh budak-budak raja Asyur untuk menghujat Aku.
19:7 Sesungguhnya, Aku akan menyuruh suatu roh masuk di dalamnya, sehingga ia mendengar suatu kabar dan pulang ke negerinya; Aku akan membuat dia mati rebah oleh pedang di negerinya sendiri."

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.