Jumat, 2 Juni 2017
Bacaan
Alkitab: Mazmur 74:1-11
Berapa lama lagi, ya Allah, lawan itu mencela, dan musuh menista nama-Mu
terus-menerus? (Mzm 74:10)
Penistaan di dalam Alkitab (14): Perusakan Tempat Kudus
Dalam sejarah bangsa Israel, mereka
sangat bangga terhadap Bait Suci atau Bait Allah yang dibangun di Yerusalem. Mereka menganggap Yerusalem
sebagai kota kudus dan Bait Suci sebagai tempat kudus bahkan tempat yang maha
kudus. Oleh karena itu, mereka sangat meratapi kehancuran kota Yerusalem yang
diserang oleh bangsa Babel. Bahkan ketika Bait Suci dibangun kembali dan
kemudian dihancurkan kembali oleh Jenderal Titus dari Romawi pada tahun 70
Masehi hingga kini, maka bangsa Israel (bangsa Yahudi) masih terus meratapi
kehancuran Bait Allah. Hingga kini bangsa Yahudi masih terus berdoa di sisa
Bait Allah yang disebut dengan Tembok Ratapan. Mereka berdoa dan menyelipkan
kertas-kertas berisi doa di sela-sela tembok tersebut.
Oleh karena itu semangat dari Mazmur 74
adalah mengenai ratapan bangsa Israel atas hukuman Tuhan yang membuang mereka
dengan murka yang menyala-nyala (ay. 1). Pemazmur ingin Tuhan mengampuni bangsa
Israel, karena bangsa Israel adalah bangsa yang dipilih dan ditebus oleh Tuhan
sendiri (ay. 2). Pemazmur sangat merindukan kehadiran Bait Allah yang sudah
dihancurkan oleh musuh (ay. 3). Pemazmur hancur hati melihat Bait Allah yang
hancur, bahkan ketika lawan-lawan mereka menduduki kota Yerusalem dan
mendirikan panji-panji mereka sebagai tanda kemenangan bangsa kafir dan
kekalahan bangsa Israel (ay. 4).
Kekalahan bangsa Israel ibarat
peribahasa “sudah jatuh tertimpa tangga”. Namun mereka sebenarnya menerima
hukuman atas kesalahan mereka sendiri. Mereka mendapati musuh seperti orang yang
sedang mengayunkan kapak untuk membelah kayu, menghancurkan perkakas dari kayu
dengan kapak dan beliung (ay. 5-6). Mereka tak berdaya menghadapi serangan
musuh yang begitu dashyat. Lebih lagi, Bait Suci yang menjadi lambang kehadiran
Allah (Yahweh) dan simbol penyertaan Allah, dihancurkan dan dibakar dengan api
(ay. 7-8). Musuh begitu kuat sehingga mereka sangat tertindas.
Pada waktu itu, ketika Bait Suci sudah
musnah dan hancur dilalap api, maka ibadah kepada Tuhan pun berhenti. Tidak ada
lagi persembahan binatang di Bait Allah. Tidak ada lagi nabi yang menyuarakan
suara Tuhan (ay. 9). Di situ bangsa Israel mulai berseru-seru dan bertanya,
kapan Tuhan akan memulihkan kehidupan mereka? Kapan Tuhan akan membalas
musuh-musuh bangsa Israel yang selama ini menista mereka dengan merusak dan
menghina (menajiskan) Bait Suci (ay. 10-11)? Bahkan tempat kudus dan tempat
maha kudus yang seharusnya menjadi tempat paling kudus di seluruh Israel pun
dihancurkan.
Apa implikasinya bagi kita yang hidup
di masa sekarang ini? Kita harus menyadari bahwa ketika musuh bangsa Israel
menyerang Israel dan menguasai Yerusalem, musuh tersebut dikatakan melakukan
penistaan ketika mereka merusak, menajiskan dan menghancurkan Bait Suci yang
adalah tempat kudus Tuhan. Di sini kita harus menyadari bahwa bagi umat
Perjanjian Baru, yang dimaksud dengan Bait Suci adalah diri kita sendiri, yaitu
setiap pribadi orang percaya yang memiliki Roh Kudus di dalamnya (1 Kor
6:19-20). Jadi jika dikatakan bahwa penistaan adalah perusakan terhadap tempat
kudus atau Bait Suci, maka jika kita tidak berhati-hati dengan diri kita, itu
pun juga dapat dikatakan sebagai penistaan.
Tubuh kita adalah Bait Suci karena Roh
Allah diam di dalam diri kita. Oleh karena itu, setiap tindakan kita yang
merusak tubuh kita, dalam tingkatan tertentu juga dapat menjadi suatu penistaan
terhadap Tuhan yang menciptakan kita. Ini bukan berarti kita ketika salah makan
dan kita sakit maka itu penistaan terhadap Tuhan. Jika kita melihat konteks 1
Korintus pasal 6, maka kita akan menemukan bahwa sikap merusak tubuh lebih
kepada percabulan. Percabulan ini dapat diartikan sebagai percabulan secara
jasmani/fisik, yaitu dimana seseorang melakukan hubungan seks dengan orang yang
bukan pasangannya. Hal tersebut adalah suatu dosa terhadap tubuh kita.
Namun percabulan juga dapat diartikan
sebagai percabulan rohani, yaitu dimana kita tidak menjadikan Tuhan sebagai
satu-satunya kekasih jiwa kita. Kita masih bisa disukakan dan disenangkan
dengan hal lain selain Tuhan. Kita tidak menjadikan Tuhan sebagai satu-satunya
kesenangan kita. Kita masih lebih suka dan senang menikmati mobil baru, rumah
baru, kekayaan, karir, pasangan hidup, dan lain sebagainya. Ini adalah
perselingkuhan atau perzinahan rohani, yang sama dengan percabulan rohani. Dan
jika kita tidak segera bertobat, apa yang kita lakukan bisa menjadi suatu
penistaan di hadapan Tuhan.
Bacaan
Alkitab: Mazmur 74:1-11
74:1 Nyanyian pengajaran Asaf. Mengapa, ya Allah, Kaubuang kami untuk
seterusnya? Mengapa menyala murka-Mu terhadap kambing domba gembalaan-Mu?
74:2 Ingatlah akan umat-Mu yang telah Kauperoleh pada zaman purbakala, yang
Kautebus menjadi bangsa milik-Mu sendiri! Ingatlah akan gunung Sion yang Engkau
diami.
74:3 Ringankanlah langkah-Mu ke tempat yang rusak terus-menerus;
segala-galanya telah dimusnahkan musuh di tempat kudus.
74:4 Lawan-lawan-Mu mengaum di tempat pertemuan-Mu dan telah mendirikan
panji-panji mereka sebagai tanda.
74:5 Kelihatannya seperti orang mengayunkan tinggi-tinggi sebuah kapak
kepada kayu-kayuan yang lebat,
74:6 dan sekarang ukir-ukirannya seluruhnya dipalu mereka dengan kapak dan
beliung;
74:7 mereka menyulut tempat kudus-Mu dengan api, mereka menajiskan tempat
kediaman nama-Mu sampai pada tanah;
74:8 mereka berkata dalam hatinya: "Baiklah kita menindas mereka
semuanya!" Mereka membakar segala tempat pertemuan Allah di negeri.
74:9 Tanda-tanda kami tidak kami lihat, tidak ada lagi nabi, dan tidak ada
di antara kami yang mengetahui berapa lama lagi.
74:10 Berapa lama lagi, ya Allah, lawan itu mencela, dan musuh menista
nama-Mu terus-menerus?
74:11 Mengapa Engkau menarik kembali tangan-Mu, menaruh tangan kanan-Mu di
dada?
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.