Jumat, 1 Mei 2015
Bacaan
Alkitab: Matius 28:18-20
“Dan ajarlah mereka melakukan segala
sesuatu yang telah Kuperintahkan kepadamu. Dan ketahuilah, Aku menyertai kamu
senantiasa sampai kepada akhir zaman."
(Mat 28:20)
Belajar Sebelum
Mengajar Orang Lain
Bacaan Alkitab kita hari ini sudah sangat
terkenal, yang sering disebut orang sebagai “Perintah Agung” Tuhan Yesus Kristus.
Disebut sebagai perintah agung karena ini adalah perintah “terakhir” Tuhan
Yesus sebelum Ia naik ke surga. Namun demikian, hari ini saya tidak akan
membahas perintah agung ini secara keseluruhan, tetapi akan fokus terhadap kata
“ajarlah” (ay. 20a). Hal ini menunjukkan bahwa kita sebagai orang percaya, kita
memiliki tanggung jawab untuk mengajar orang lain supaya mereka bisa memiliki
iman yang benar sebagai orang percaya. Dalam ayat sebelumnya, Alkitab
menggunakan bahasa yaitu supaya mereka menjadi murid Kristus, atau memiliki
kualitas sebagai murid Kristus (ay. 19a).
Nah, tentu ketika kita akan mengajar orang
lain, kita pun perlu belajar terlebih dahulu sehingga apa yang kita ajarkan
benar-benar merupakan hal yang tepat. Jangan sampai kita mengajar hal yang
salah sehingga justru orang yang kita ajar juga menjadi salah. Itu sama saja
seperti orang buta yang menuntun orang buta (Mat 15:14).
Oleh karena itu, apa yang harus kita lakukan?
Kita terlebih dahulu harus belajar tentang apa yang diperintahkan Yesus kepada
kita (ay. 20b). Kita harus terlebih dahulu menjadi murid Kristus. Kita harus
terlebih dahulu mengikuti jejakNya, baru kemudian kita dapat menjadi pengajar
yang mengajar orang lain dalam kebenaran. Permasalahannya, sering kali kita
mencoba menjadikan orang yang kita ajar sebagai murid kita. Padahal seharusnya
kita mengajar orang lain supaya orang yang kita ajar tersebut menjadi murid
Kristus.
Hal ini harus menjadi perhatian yang penting,
karena Paulus pun tidak pernah mengakui seseorang adalah muridNya, bahkan
Timotius sekalipun, yang ia sering panggil sebagai anaknya yang sah di dalam
Kristus Yesus. Semua kata murid di dalam Perjanjian Baru merujuk kepada murid
Tuhan. Kalaupun ada penyebutan murid-muridnya (kata “nya” menggunakan huruf “n”
kecil), itu dimaksudkan untuk membedakan antara murid-murid yang mengikuti
ajaran yang benar (yang diajarkan Paulus atau rasul lain pada saat mereka mengabarkan
Injil) dengan orang-orang lain yang ada di rumah ibadat bangsa Yahudi.
Oleh karena itu, dengan mengetahui standar
ini, kita boleh mengerti tujuan kita mengajar orang lain, sehingga kita tidak
mengajar dalam kesesatan, tetapi kita boleh mengajar dalam kebenaran. Kita
boleh mengerti bahwa kita harus mengajar supaya orang lain menjadi murid
Kristus, yaitu dengan cara mengajarkan apa yang
Yesus telah ajarkan, sehingga orang lain tersebut juga boleh mengikuti
jejak Kristus. Dalam hal ini, bagian kita adalah mengerjakan bagian kita. Yang
pasti adalah Tuhan tetap menyertai kita senantiasa sampai akhir zaman (ay.
20c), dan segala kuasa ilahi dari tempat tinggi juga telah diberikan kepada
kita (ay. 18), sehingga kita tinggal setia melakukan bagian kita, yaitu pergi
memberitakan Injil, mengajar dan membaptis orang-orang yang percaya kepada
Yesus, serta mengajar mereka supaya mereka memiliki kualitas sebagai murid
Kristus.
Bacaan
Alkitab: Matius 28:18-20
28:18 Yesus mendekati mereka dan
berkata: "Kepada-Ku telah diberikan segala kuasa di sorga dan di bumi.
28:19 Karena itu pergilah,
jadikanlah semua bangsa murid-Ku dan baptislah mereka dalam nama Bapa dan Anak
dan Roh Kudus,
28:20 dan ajarlah mereka melakukan
segala sesuatu yang telah Kuperintahkan kepadamu. Dan ketahuilah, Aku menyertai
kamu senantiasa sampai kepada akhir zaman."