Kamis, 30 April 2015

Belajar Sebelum Mengajar Orang Lain



Jumat, 1 Mei 2015
Bacaan Alkitab: Matius 28:18-20
“Dan ajarlah mereka melakukan segala sesuatu yang telah Kuperintahkan kepadamu. Dan ketahuilah, Aku menyertai kamu senantiasa sampai kepada akhir zaman."  (Mat 28:20)


Belajar Sebelum Mengajar Orang Lain


Bacaan Alkitab kita hari ini sudah sangat terkenal, yang sering disebut orang sebagai “Perintah Agung” Tuhan Yesus Kristus. Disebut sebagai perintah agung karena ini adalah perintah “terakhir” Tuhan Yesus sebelum Ia naik ke surga. Namun demikian, hari ini saya tidak akan membahas perintah agung ini secara keseluruhan, tetapi akan fokus terhadap kata “ajarlah” (ay. 20a). Hal ini menunjukkan bahwa kita sebagai orang percaya, kita memiliki tanggung jawab untuk mengajar orang lain supaya mereka bisa memiliki iman yang benar sebagai orang percaya. Dalam ayat sebelumnya, Alkitab menggunakan bahasa yaitu supaya mereka menjadi murid Kristus, atau memiliki kualitas sebagai murid Kristus (ay. 19a).

Nah, tentu ketika kita akan mengajar orang lain, kita pun perlu belajar terlebih dahulu sehingga apa yang kita ajarkan benar-benar merupakan hal yang tepat. Jangan sampai kita mengajar hal yang salah sehingga justru orang yang kita ajar juga menjadi salah. Itu sama saja seperti orang buta yang menuntun orang buta (Mat 15:14).

Oleh karena itu, apa yang harus kita lakukan? Kita terlebih dahulu harus belajar tentang apa yang diperintahkan Yesus kepada kita (ay. 20b). Kita harus terlebih dahulu menjadi murid Kristus. Kita harus terlebih dahulu mengikuti jejakNya, baru kemudian kita dapat menjadi pengajar yang mengajar orang lain dalam kebenaran. Permasalahannya, sering kali kita mencoba menjadikan orang yang kita ajar sebagai murid kita. Padahal seharusnya kita mengajar orang lain supaya orang yang kita ajar tersebut menjadi murid Kristus.

Hal ini harus menjadi perhatian yang penting, karena Paulus pun tidak pernah mengakui seseorang adalah muridNya, bahkan Timotius sekalipun, yang ia sering panggil sebagai anaknya yang sah di dalam Kristus Yesus. Semua kata murid di dalam Perjanjian Baru merujuk kepada murid Tuhan. Kalaupun ada penyebutan murid-muridnya (kata “nya” menggunakan huruf “n” kecil), itu dimaksudkan untuk membedakan antara murid-murid yang mengikuti ajaran yang benar (yang diajarkan Paulus atau rasul lain pada saat mereka mengabarkan Injil) dengan orang-orang lain yang ada di rumah ibadat bangsa Yahudi.

Oleh karena itu, dengan mengetahui standar ini, kita boleh mengerti tujuan kita mengajar orang lain, sehingga kita tidak mengajar dalam kesesatan, tetapi kita boleh mengajar dalam kebenaran. Kita boleh mengerti bahwa kita harus mengajar supaya orang lain menjadi murid Kristus, yaitu dengan cara mengajarkan apa yang  Yesus telah ajarkan, sehingga orang lain tersebut juga boleh mengikuti jejak Kristus. Dalam hal ini, bagian kita adalah mengerjakan bagian kita. Yang pasti adalah Tuhan tetap menyertai kita senantiasa sampai akhir zaman (ay. 20c), dan segala kuasa ilahi dari tempat tinggi juga telah diberikan kepada kita (ay. 18), sehingga kita tinggal setia melakukan bagian kita, yaitu pergi memberitakan Injil, mengajar dan membaptis orang-orang yang percaya kepada Yesus, serta mengajar mereka supaya mereka memiliki kualitas sebagai murid Kristus.


Bacaan Alkitab: Matius 28:18-20
28:18 Yesus mendekati mereka dan berkata: "Kepada-Ku telah diberikan segala kuasa di sorga dan di bumi.
28:19 Karena itu pergilah, jadikanlah semua bangsa murid-Ku dan baptislah mereka dalam nama Bapa dan Anak dan Roh Kudus,
28:20 dan ajarlah mereka melakukan segala sesuatu yang telah Kuperintahkan kepadamu. Dan ketahuilah, Aku menyertai kamu senantiasa sampai kepada akhir zaman."

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.