Minggu, 19 April 2015
Bacaan Alkitab: 2 Tawarikh
16:7-10
Maka sakit hatilah Asa
karena perkataan pelihat itu, sehingga ia memasukkannya ke dalam penjara, sebab
memang ia sangat marah terhadap dia karena perkara itu. Pada waktu itu Asa
menganiaya juga beberapa orang dari rakyat. (2 Taw 16:10)
Sakit Hati
yang Salah
Beberapa hari yang lalu kita mendengar sebuah pembunuhan yang dilakukan
terhadap seorang wanita (yang diduga adalah seorang PSK) di tempat kosnya.
Berdasarkan informasi yang saya terima sampai dengan saya menulis renungan ini,
tersangka pembunuhnya sudah ditangkap, yang tidak lain adalah “pelanggan” dari
wanita tersebut. Ketika ditanya mengapa ia membunuh korban, tersangka itu
menjawab bahwa ia sakit hati karena sering diejek oleh korban terkait dengan
bau badannya. Akibatnya tersangka sakit hati dan menurut pengakuannya, ia lalu
membunuh korban dengan cara mencekik lehernya dengan kabel hair dryer.
Memang sakit hati ini bukanlah sakit yang biasa. Jika tidak segera
ditangani dengan baik, hal ini dapat mengakibatkan suatu tindakan yang salah
yang didasari oleh rasa sakit hati tersebut.
Hari ini kita belajar tentang sikap seorang raja Yehuda. Ia sebenarnya
adalah seorang raja yang baik, yang takut akan Tuhan. Jika kita membaca
ayat-ayat sebelumnya kita akan mengerti bahwa Raja Asa setelah mendengarkan nubuatan
Firman Tuhan yang disampaikan oleh nabi Tuhan, segera melakukan pembaharuan
bagi segenap bangsa Yehuda. Alkitab menulis bahwa segenap bangsa Yehuda
bersumpah setia kepada Tuhan (2 Taw 5:14). Asa bahkan sampai memecat ibu
surinya sendiri karena membuat patung Asyera yang keji (2 Taw 5:16).
Namun demikian, dalam perjalanan hidupnya, ternyata sejarah mencatat
bahwa Asa kemudian melakukan suatu perjanjian dengan bangsa asing, yaitu bangsa
Aram. Saat bangsa Yehuda terancam oleh serangan bangsa Israel, Asa tidak
mencari Tuhan tetapi mengikat perjanjian dengan Benhadad, raja Aram. Terkait
hal tersebut, seorang pelihat yang bernama Hanani datang kepada Raja Asa dan
mengucapkan Firman Tuhan yang keras (ay. 7a). Inti dari Firman yang disampaikan
itu adalah menegur tindakan Raja Asa yang tidak bersandar kepada Allah tetapi
justru bersandar kepada raja Aram. Padahal sebelumnya Tuhan telah menolong
bangsa Yehuda mengalahkan orang Etiopia dan Libia yang jauh lebih besar
jumlahnya (ay. 7b-8). Lebih lanjut lagi, Hanani mengingatkan bahwa segala berkat,
kemenangan, dan keamanan yang dapat diperoleh oleh Raja Asa merupakan pekerjaan
dan karunia Tuhan semata. Oleh karena itu Hanani menyebut Raja Asa dengan
sebutan “bodoh” (ay. 9).
Mendengar hal tersebut, Raja Asa bukan justru berbalik kepada Tuhan,
tetapi menjadi sangat marah dan sakit hati dengan ucapan pelihat tersebut. Raja
Asa pun memasukkan Hanani ke dalam penjara. Raja Asa juga menganiaya beberapa
orang dari rakyat (ay. 10). Mungkin mereka yang dianiaya itu adalah keluarga
dari pelihat tersebut. Intinya karena sakit hatinya terhadap ucapan pelihat
(yang sebenarnya adalah ucapan atau Firman Tuhan sendiri), Raja Asa melakukan
tindakan yang betul-betul bodoh. Akibatnya sangat fatal, Tuhan memberikan sakit
pada kakinya sebagai konsekuensi dari tindakannya yang “melecehkan” Tuhan. Andaikata
Raja Asa mampu menguasai dirinya, tentu ia akan bertobat dan Tuhan akan tetap
menyertai dirinya.
Tanpa kita sadari, kita pun sering bersikap seperti Raja Asa. Kita sering
sakit hati ketika orang lain berbicara tentang kelemahan atau kekurangan kita. Kita
sering sakit hati ketika kita sudah melakukan apa yang benar, tetapi tetap mendapat
kritikan dari orang lain. Tidak hanya dalam hal sekuler, masalah sakit hati ini
pun sering terjadi di gereja dan juga di pelayanan. Karena sakit hati, seorang
pendeta meninggalkan sinode gerejanya dan membuat sinode gereja baru sebagai gereja
tandingan. Akibatnya jemaat terpecah belah dan seperti menjadi “rebutan” antara
pendeta. Jika demikian, siapa yang dirugikan? Bukankah nama Tuhan kita yang
paling dirugikan?
Jika suatu saat nanti ada yang mengkritik kita, kita tidak perlu menjadi
sakit hati. Walaupun menyakitkan ketika mendengarnya, jangan masukkan ke dalam
hati. Ambil positifnya saja bahwa kritik tersebut dapat kita gunakan untuk
membangun. Semakin banyak kritik, semakin banyak masukan yang dapat kita
gunakan bagi kemajuan hidup kita. Tinggalkan sikap sakit hati, karena itu hanya
akan merugikan diri kita sendiri.
Bacaan Alkitab: 2 Tawarikh
16:7-10
16:7 Pada
waktu itu datanglah Hanani, pelihat itu, kepada Asa, raja Yehuda, katanya
kepadanya: "Karena engkau bersandar kepada raja Aram dan tidak bersandar
kepada TUHAN Allahmu, oleh karena itu terluputlah tentara raja Aram dari
tanganmu.
16:8 Bukankah tentara orang
Etiopia dan Libia besar jumlahnya, kereta dan orang berkudanya sangat banyak?
Namun TUHAN telah menyerahkan mereka ke dalam tanganmu, karena engkau bersandar
kepada-Nya.
16:9 Karena mata TUHAN
menjelajah seluruh bumi untuk melimpahkan kekuatan-Nya kepada mereka yang
bersungguh hati terhadap Dia. Dalam hal ini engkau telah berlaku bodoh, oleh
sebab itu mulai sekarang ini engkau akan mengalami peperangan."
16:10 Maka sakit hatilah Asa karena perkataan pelihat itu, sehingga ia
memasukkannya ke dalam penjara, sebab memang ia sangat marah terhadap dia
karena perkara itu. Pada waktu itu Asa menganiaya juga beberapa orang dari
rakyat.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.