Jumat, 17 April 2015

Sakit Hati yang Salah



Minggu, 19 April 2015
Bacaan Alkitab: 2 Tawarikh 16:7-10
Maka sakit hatilah Asa karena perkataan pelihat itu, sehingga ia memasukkannya ke dalam penjara, sebab memang ia sangat marah terhadap dia karena perkara itu. Pada waktu itu Asa menganiaya juga beberapa orang dari rakyat. (2 Taw 16:10)


Sakit Hati yang Salah


Beberapa hari yang lalu kita mendengar sebuah pembunuhan yang dilakukan terhadap seorang wanita (yang diduga adalah seorang PSK) di tempat kosnya. Berdasarkan informasi yang saya terima sampai dengan saya menulis renungan ini, tersangka pembunuhnya sudah ditangkap, yang tidak lain adalah “pelanggan” dari wanita tersebut. Ketika ditanya mengapa ia membunuh korban, tersangka itu menjawab bahwa ia sakit hati karena sering diejek oleh korban terkait dengan bau badannya. Akibatnya tersangka sakit hati dan menurut pengakuannya, ia lalu membunuh korban dengan cara mencekik lehernya dengan kabel hair dryer.

Memang sakit hati ini bukanlah sakit yang biasa. Jika tidak segera ditangani dengan baik, hal ini dapat mengakibatkan suatu tindakan yang salah yang didasari oleh rasa sakit hati tersebut.

Hari ini kita belajar tentang sikap seorang raja Yehuda. Ia sebenarnya adalah seorang raja yang baik, yang takut akan Tuhan. Jika kita membaca ayat-ayat sebelumnya kita akan mengerti bahwa Raja Asa setelah mendengarkan nubuatan Firman Tuhan yang disampaikan oleh nabi Tuhan, segera melakukan pembaharuan bagi segenap bangsa Yehuda. Alkitab menulis bahwa segenap bangsa Yehuda bersumpah setia kepada Tuhan (2 Taw 5:14). Asa bahkan sampai memecat ibu surinya sendiri karena membuat patung Asyera yang keji (2 Taw 5:16).

Namun demikian, dalam perjalanan hidupnya, ternyata sejarah mencatat bahwa Asa kemudian melakukan suatu perjanjian dengan bangsa asing, yaitu bangsa Aram. Saat bangsa Yehuda terancam oleh serangan bangsa Israel, Asa tidak mencari Tuhan tetapi mengikat perjanjian dengan Benhadad, raja Aram. Terkait hal tersebut, seorang pelihat yang bernama Hanani datang kepada Raja Asa dan mengucapkan Firman Tuhan yang keras (ay. 7a). Inti dari Firman yang disampaikan itu adalah menegur tindakan Raja Asa yang tidak bersandar kepada Allah tetapi justru bersandar kepada raja Aram. Padahal sebelumnya Tuhan telah menolong bangsa Yehuda mengalahkan orang Etiopia dan Libia yang jauh lebih besar jumlahnya (ay. 7b-8). Lebih lanjut lagi, Hanani mengingatkan bahwa segala berkat, kemenangan, dan keamanan yang dapat diperoleh oleh Raja Asa merupakan pekerjaan dan karunia Tuhan semata. Oleh karena itu Hanani menyebut Raja Asa dengan sebutan “bodoh” (ay. 9).

Mendengar hal tersebut, Raja Asa bukan justru berbalik kepada Tuhan, tetapi menjadi sangat marah dan sakit hati dengan ucapan pelihat tersebut. Raja Asa pun memasukkan Hanani ke dalam penjara. Raja Asa juga menganiaya beberapa orang dari rakyat (ay. 10). Mungkin mereka yang dianiaya itu adalah keluarga dari pelihat tersebut. Intinya karena sakit hatinya terhadap ucapan pelihat (yang sebenarnya adalah ucapan atau Firman Tuhan sendiri), Raja Asa melakukan tindakan yang betul-betul bodoh. Akibatnya sangat fatal, Tuhan memberikan sakit pada kakinya sebagai konsekuensi dari tindakannya yang “melecehkan” Tuhan. Andaikata Raja Asa mampu menguasai dirinya, tentu ia akan bertobat dan Tuhan akan tetap menyertai dirinya.

Tanpa kita sadari, kita pun sering bersikap seperti Raja Asa. Kita sering sakit hati ketika orang lain berbicara tentang kelemahan atau kekurangan kita. Kita sering sakit hati ketika kita sudah melakukan apa yang benar, tetapi tetap mendapat kritikan dari orang lain. Tidak hanya dalam hal sekuler, masalah sakit hati ini pun sering terjadi di gereja dan juga di pelayanan. Karena sakit hati, seorang pendeta meninggalkan sinode gerejanya dan membuat sinode gereja baru sebagai gereja tandingan. Akibatnya jemaat terpecah belah dan seperti menjadi “rebutan” antara pendeta. Jika demikian, siapa yang dirugikan? Bukankah nama Tuhan kita yang paling dirugikan?

Jika suatu saat nanti ada yang mengkritik kita, kita tidak perlu menjadi sakit hati. Walaupun menyakitkan ketika mendengarnya, jangan masukkan ke dalam hati. Ambil positifnya saja bahwa kritik tersebut dapat kita gunakan untuk membangun. Semakin banyak kritik, semakin banyak masukan yang dapat kita gunakan bagi kemajuan hidup kita. Tinggalkan sikap sakit hati, karena itu hanya akan merugikan diri kita sendiri.



Bacaan Alkitab: 2 Tawarikh 16:7-10
16:7 Pada waktu itu datanglah Hanani, pelihat itu, kepada Asa, raja Yehuda, katanya kepadanya: "Karena engkau bersandar kepada raja Aram dan tidak bersandar kepada TUHAN Allahmu, oleh karena itu terluputlah tentara raja Aram dari tanganmu.
16:8 Bukankah tentara orang Etiopia dan Libia besar jumlahnya, kereta dan orang berkudanya sangat banyak? Namun TUHAN telah menyerahkan mereka ke dalam tanganmu, karena engkau bersandar kepada-Nya.
16:9 Karena mata TUHAN menjelajah seluruh bumi untuk melimpahkan kekuatan-Nya kepada mereka yang bersungguh hati terhadap Dia. Dalam hal ini engkau telah berlaku bodoh, oleh sebab itu mulai sekarang ini engkau akan mengalami peperangan."
16:10 Maka sakit hatilah Asa karena perkataan pelihat itu, sehingga ia memasukkannya ke dalam penjara, sebab memang ia sangat marah terhadap dia karena perkara itu. Pada waktu itu Asa menganiaya juga beberapa orang dari rakyat.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.