Jumat, 17 April
2015
Bacaan Alkitab: Kejadian 16:1-3
Berkatalah Sarai kepada Abram:
"Engkau tahu, TUHAN tidak memberi aku melahirkan anak. Karena itu baiklah
hampiri hambaku itu; mungkin oleh dialah aku dapat memperoleh seorang
anak." Dan Abram mendengarkan perkataan Sarai. (Kej 16:2)
Ketika Abraham
Tidak Mendengarkan Suara Tuhan
Abraham adalah Bapa orang beriman. Bahkan karena begitu luar biasanya iman Abraham, ada sampai 3 agama
monotheisme (Yahudi, Kristen dan Islam) yang mengakui Abraham sebagai Bapa
Leluhur mereka. Hampir dalam segala hal, Abraham menunjukkan sisi imannya yang
luar biasa. Kitab Yakobus sampai mencatat bahwa Abraham dibenarkan karena
perbuatannya dan bahkan sampai disebut sebagai “sahabat Allah” (Yak 2:21-23).
Walaupun demikian, Abraham bukanlah manusia yang sempurna. Ia juga pernah
melakukan kesalahan. Alkitab kita mencatat dengan sejujur-jujurnya mengenai hal
ini, yang akan kita pelajari pada renungan hari ini. Kesalahan terbesar Abraham
adalah ketika ia tidak mencari dan mendengarkan suara Tuhan, tetapi justru
mendengarkan suara orang lain, dalam hal ini adalah isterinya sendiri, Sarai/Sara.
Pada saat Abraham (Pada waktu itu masih dipanggil Abram) dan Sarai sudah
lama menikah tanpa dikaruniai anak (ay.1a), mulailah timbul kegelisahan dalam
diri mereka berdua. Walaupun Tuhan sudah berfirman bahwa keturunan Abraham akan
banyak seperti bintang di langit dan pasir di laut, tetapi tentu saja waktu
selama puluhan tahun bukanlah waktu yang singkat. Hingga akhirnya Sarai ingat
bahwa ia memiliki seorang hamba perempuan yang bernama Hagar (ay. 1b).
Saya tidak tahu apakah Hagar seorang yang cantik atau bukan (Alkitab hanya
menyatakan bahwa Sarai adalah seorang wanita yang sangat cantik (Kej 12:11
& 14)). Tetapi pada waktu itu Sarai menyarankan sebuah “ide gila” kepada Abram,
yaitu agar ia menghampiri Hagar, budak perempuannya, sehingga Hagar dapat menghasilkan
keturunan atas nama Abram (ay. 2a). Tentu namanya seorang laki-laki, kebanyakan
tidak akan menolak jika ditawari hal semacam itu. Abram mungkin juga tahu bahwa
hal tersebut “agak kurang pas”, tetapi Alkitab mencatat bahwa dalam hal ini
Abram tidak bertanya kepada Tuhan, tetapi justru mendengarkan perkataan
isterinya itu (ay. 2b-3).
Kita dapat melihat bahwa sosok pahlawan iman di Perjanjian Lama sekalipun,
pernah gagal dan melakukan kesalahan yang fatal. Abraham pernah lebih
mendengarkan dan memperhatikan perkataan isterinya (yang mungkin secara manusia
lebih menarik) tanpa bertanya kepada Tuhan terlebih dahulu. Akibatnya cukup
fatal. Hingga saat ini ada suatu “kepahitan” dalam keturunan Ismael karena
walaupun Ismael adalah anak sulung Abraham, tetapi Ishak dan keturunannyalah
yang mendapatkan hak prerogatif yaitu menjadi umat kesayangan Allah. Andaikata
pada waktu itu Abraham lebih dahulu bertanya kepada Tuhan, mungkin saja ide
isterinya (walau sangat menggoda) tidak akan diterima oleh Abraham.
Pelajaran bagi kita adalah, jika Abraham saja pernah melakukan kesalahan,
maka kita pun juga punya potensi yang sama untuk melakukan kesalahan. Oleh
karena itu belajarlah dari para tokoh-tokoh iman dalam Alkitab, sehingga kita
bisa menghindari kesalahan yang sama seperti yang telah mereka lakukan, dan
belajarlah dari Tuhan Yesus Kristus yang telah sempurna melakukan kehendak Bapa
selama Ia berada di dunia ini.
Bacaan Alkitab: Kejadian 16:1-3
16:1 Adapun Sarai, isteri Abram itu,
tidak beranak. Ia mempunyai seorang hamba perempuan, orang Mesir, Hagar
namanya.
16:2 Berkatalah Sarai kepada Abram:
"Engkau tahu, TUHAN tidak memberi aku melahirkan anak. Karena itu baiklah
hampiri hambaku itu; mungkin oleh dialah aku dapat memperoleh seorang
anak." Dan Abram mendengarkan perkataan Sarai.
16:3 Jadi Sarai, isteri Abram itu,
mengambil Hagar, hambanya, orang Mesir itu, -- yakni ketika Abram telah sepuluh
tahun tinggal di tanah Kanaan --, lalu memberikannya kepada Abram, suaminya,
untuk menjadi isterinya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.