Minggu, 26 April 2015
Bacaan
Alkitab: 1 Timotius 6:7-10
Asal ada makanan dan pakaian,
cukuplah. (1 Tim 6:8)
Cukup dengan
Makanan dan Pakaian di Dunia Ini
Dahulu saya pernah belajar tentang kebutuhan pokok manusia, yaitu sandang,
pangan, dan papan. Saya tidak tahu mengapa sandang (pakaian) disebut pertama,
padahal menurut saya yang lebih penting adalah pangan (makanan). Mungkin sebutan
sandang pangan papan tidak menunjuk pada urutan pentingnya, tetapi agar mudah diucapkan
dan diingat.
Terkait dengan sandan, pangan, dan papan, apa kata Alkitab tentang hal ini?
Saya mencoba membaca sejumlah ayat di Alkitab, dan hanya menemukan ayat di
kitab 1 Timotius yang berbicara tentang hal ini, itu pun hanya sebagian.
Alkitab hanya berkata tentang makanan dan pakaian (ay. 8). Atau jika disebutkan
dalam bahasa Indonesia: pangan dan sandang. Alkitab hanya menulis 2 dari 3
kebutuhan pokok manusia menurut ilmu pengetahuan (ilmu ekonomi). Apakah Alkitab
salah?
Tentu Alkitab tidak salah. Paulus menulis surat ini kepada Timotius, anak
rohaninya. Paulus menekankan bahwa bagi manusia, sebenarnya sudah cukup jika
memiliki makanan (agar tidak mati kelaparan), dan juga pakaian (untuk menutupi
tubuh kita). Lalu bagaimana dengan papan atau tempat tinggal? Bukankah manusia
juga butuh tempat tinggal di dunia ini?
Hal ini tidak berarti bahwa kita
tidak boleh membeli rumah, apartemen, tanah, dan lain sebagainya. Kita tentu
boleh hidup lebih dari cukup. Namun demikian, satu kebenaran yang mutlak dan
benar adalah kita diingatkan bahwa tempat tinggal kita di dunia ini hanya
sementara. Dunia ini bukan rumah kita. Rumah kita yang sebenarnya adalah di
surga nanti. Oleh karena itu, Paulus memang tidak menyebutkan papan (tempat
tinggal) sebagai kebutuhan yang harus dikejar orang percaya yang ingin hidup
cukup di dunia ini.
Namun tentu saja Paulus tidak menghalangi orang untuk menjadi kaya, bahkan
untuk menjadi sangat kaya. Akan tetapi Paulus mengingatkan bahwa orang-orang
percaya yang ingin menjadi kaya di dunia ini, dapat jatuh ke dalam berbagai
pencobaan, jerat dan nafsu yang mencelakakan.
Bahkan jika tidak hati-hati, keinginan menjadi kaya itu dapat
menenggelamkan mereka ke dalam keruntuhan dan kebinasaan (ay. 9). Bukan
kekayaan itu yang salah, bukan uang yang salah, tetapi cinta akan uanglah yang
salah. Cinta akan uang adalah akar segala kejahatan, yang mampu membuat orang
menyimpang dari iman mereka (ay. 10). Akan menjadi salah jika kita lebih cinta
akan uang dibanding cinta kepada Tuhan.
Oleh karena itu, tepat sekali yang dikatakan oleh Paulus bahwa kita tidak
membawa apapun ketika kita datang (dilahirkan) ke dunia ini dan kita tidak dapat
membawa apapun ketika kita meninggalkan dunia ini. Kita hanya membawa jiwa dan
roh kita kepada Tuhan. Segala hal yang bersifat jasmani termasuk tubuh kita,
kekayaan kita, harta kita, tidak akan kita bawa ke dalam kemah abadi kita di
surga. Oleh karena itu, kalaupun kita tidak memiliki tempat tinggal yang
representatif di dunia ini, kita tidak perlu bersungut-sungut. Cukupkanlah diri
kita dengan makanan dan pakaian, dan biarlah kita boleh hidup berkenan dan
sempurna di hadapan Tuhan sehingga kita pun boleh beroleh harta di surga,
beroleh tempat tinggal yang abadi di surga yang mulia.
Bacaan
Alkitab: 1 Timotius 6:7-10
6:7 Sebab kita tidak membawa sesuatu
apa ke dalam dunia dan kita pun tidak dapat membawa apa-apa ke luar.
6:8 Asal ada makanan dan pakaian,
cukuplah.
6:9 Tetapi mereka yang ingin kaya
terjatuh ke dalam pencobaan, ke dalam jerat dan ke dalam berbagai-bagai nafsu
yang hampa dan yang mencelakakan, yang menenggelamkan manusia ke dalam
keruntuhan dan kebinasaan.
6:10 Karena akar segala kejahatan
ialah cinta uang. Sebab oleh memburu uanglah beberapa orang telah menyimpang
dari iman dan menyiksa dirinya dengan berbagai-bagai duka.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.