Selasa, 28 April 2015

Mengapa Perlu Belajar dari Yesus Kristus?



Rabu, 29 April 2015
Bacaan Alkitab: Matius 11:29-30
Pikullah kuk yang Kupasang dan belajarlah pada-Ku, karena Aku lemah lembut dan rendah hati dan jiwamu akan mendapat ketenangan. (Mat 11:29)


Mengapa Perlu Belajar dari Yesus Kristus?


Sebagai orang Kristen, kita sebenarnya adalah pengikut-pengikut Kristus. Itulah sebabnya kita menyebut diri kita sebagai orang Kristen, karena kita adalah pengikut Kristus. Sebagai pengikut Kristus, kita harus senantiasa belajar supaya kita memiliki  hidup seperti Kristus. Oleh karena itu, sudah sepantasnya kita belajar dari sumber/guru yang tepat, dan tidak ada yang lebih tepat lagi selain Yesus Kristus, Tuhan kita.

Tuhan Yesus sendiri berkata agar kita memikul kuk yang Ia pasang, dan juga agar kita belajar kepadaNya (ay. 29a). Mengapa Yesus meminta kita untuk belajar kepadaNya? Mengapa saat itu Yesus tidak berkata agar para pengikutnya belajar kepada orang Farisi dan Ahli Taurat? Bukankah mereka adalah para pengajar bangsa Yahudi pada saat itu?

Tentu jawabannya yang paling jelas ada di ayat selanjutnya, yaitu karena Yesus adalah orang yang lemah lembut dan rendah hati (ay. 29b). Lemah lembut bukan berarti lemah. Lemah lembut adalah suatu sikap dimana kita “mudah dibentuk”. Tuhan Yesus pun sangat mudah dibentuk oleh kehendak Bapa, sehingga Ia boleh berkenan di hadapan Bapa,  bahkan sempurna di hadapan Bapa. Beberapa kali terdengar suara dari surga kepada Yesus bahwa “inilah AnakKu yang Kukasihi, kepadaNyalah Aku berkenan” (Mat 3:17, 17:5). Hal itu menunjukkan bahwa Yesus pun sangat mau dibentuk oleh kehendak BapaNya, bahkan hingga menjelang kematianNya, Yesus Kristus pun berdoa di taman Getsemani dan meminta agar Ia tidak perlu mengalami penderitaan dan kematianNya. Namun di akhir doaNya, ia berkata, “Jangan kehendakKu yang terjadi, tetapi kehendakMu (Bapa)” (Mat 23:69).

Selain itu Yesus juga rendah hati dan tidak sombong. Ia tidak menggunakan hakNya sebagai Anak Allah. Hal tersebut terlihat antara lain pada saat ketika Ia dicobai Iblis ia tidak mau menjatuhkan diri dan meminta Bapa untuk mengirim malaikat menjaga diriNya (Mat 4:6). Ia juga tidak meminta sepasukan malaikat untuk menolongNya ketika Ia ditangkap di taman Getsemani (Mat 26:53).

Hal tersebut menunjukkan teladan dari Yesus yang luar biasa. Tidak salah jika kita harus belajar dari sang Guru Agung, yaitu Yesus Kristus. Memang pada saat belajar dari Yesus Kristus, tentu ada harga yang harus kita bayar. Sama seperti seorang murid yang belajar di sekolah dan harus mengerjakan berbagai tugas pekerjaan rumah bahkan ujian di sekolah, kita juga harus memikul kuk yang menjadi bagian kita (ay. 29a). Tetapi percayalah bahwa kuk yang dipasang Tuhan bagi kita adalah kuk yang ringan dan enak rasanya (ay. 30). Enak di sini tidak dapat dilihat hanya sekedar enak dalam jangka pendek, tetapi kita harus melihat bahwa kuk yang kita pikul di dunia ini tidak akan sebanding dengan kemuliaan dan sukacita yang akan kita alami di surga nanti, jika kita berhasil lulus menjadi murid Tuhan. Jiwa kita pun akan mendapatkan ketenangan di surga nanti (ay. 29c), jika dibandingkan dengan penderitaan kekal orang-orang yang masuk ke dalam neraka karena mereka tidak mau mengikuti Tuhan.

Oleh karena itu, belajarlah dari Yesus Kristus, karena sebenarnya Ia juga telah lulus dari “proses pembelajaran” selama Yesus hidup di dunia ini. Alkitab mengatakan bahwa Yesus pun telah belajar sampai taat dari apa yang telah dideritaNya (Ibr 5:8). Bahkan sekalipun Ia adalah Anak, ia tidak menggunakan hakNya dan tetap belajar sehingga Ia boleh menjadi sempurna dan menjadi pokok keselamatan bagi setiap orang yang percaya kepadaNya (Ibr 5:9).


Bacaan Alkitab: Matius 11:29-30
11:29 Pikullah kuk yang Kupasang dan belajarlah pada-Ku, karena Aku lemah lembut dan rendah hati dan jiwamu akan mendapat ketenangan.
11:30 Sebab kuk yang Kupasang itu enak dan beban-Ku pun ringan."

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.