Senin, 13 April 2015

Sebagai Pendatang dan Perantau



Selasa, 14 April 2015
Bacaan Alkitab: 1 Petrus 2:11-12
Saudara-saudaraku yang kekasih, aku menasihati kamu, supaya sebagai pendatang dan perantau, kamu menjauhkan diri dari keinginan-keinginan daging yang berjuang melawan jiwa. (1 Ptr 2:11)


Sebagai Pendatang dan Perantau


Pada masa setelah Lebaran, di kota-kota besar seperti Jakarta, banyak orang mencoba peruntungannya dengan datang merantau ke kota tersebut. Tentu Pemerintah Kota pun tidak dapat menghambat aliran orang yang datang untuk mencoba mengadu nasib di kota tersebut. Ini adalah murni karena ketidakseimbangan yang menyebabkan kesempatan yang jauh lebih besar tersedia di kota-kota besar dibandingkan di desa-desa atau daerah lainnya. Namun tentu saja mereka yang datang sebagai perantau harus memiliki keahlian yang memadai jika tidak ingin gagal merantau dan menjadi gelandangan atau pengemis.

Dalam suratnya yang kita baca hari ini, Rasul Petrus juga menulis sebuah nasehat yang luar biasa kepada para pendatang dan perantau (ay. 1a). Memang dalam konteks aslinya, Petrus menulis surat ini dan ditujukan kepada para pendatang yang tersebar di berbagai kota di wilayah kekaisaran Romawi (1 Ptr 1:1). Mereka ini adalah orang-orang percaya yang tersebar ke berbagai daerah karena  penganiayaan dan/atau pengusiran karena iman mereka. Tentu saja mereka merasakan kedukaan atau rasa sakit hati karena harus pergi dari daerah mereka ke daerah baru, dan hidup sebagai seorang pendatang dan perantau di daerah yang baru tersebut.

Namun demikian, dalam konteks lebih luas kita juga dapat melihat bahwa ayat ini juga relevan bagi diri kita. Kita semua juga adalah pendatang dan perantau, dalam artian kita hidup di dunia ini yang sebenarnya bukan tempat kita yang sesungguhnya. Petrus menggunakan istilah “menumpang di dunia” untuk menunjukkan bahwa kita juga adalah orang-orang pendatang dan perantau di dunia ini (1 Ptr 1:17). Kita harus merindukan suatu tanah air surgawi, yaitu tempat yang dipersiapkan oleh Tuhan Yesus ketika Ia naik ke surga.

Kembali lagi ke konteks sebagai pendatang dan perantau, Petrus memiliki beberapa nasehat yang dapat kita lakukan dalam kehidupan kita, yaitu:

Pertama, supaya kita menjauhkan diri dari keinginan-keinginan daging yang melawan jiwa kita (ay.1b). Petrus mengingatkan bahwa dalam kehidupan kita ada suatu “perjuangan” atau “perlawanan” yang nyata dan terus menerus antara keinginan daging dan juga keinginan jiwa. Tentu saja hal ini hanya akan ada di dalam diri orang percaya, karena orang di luar Kristus adalah orang-orang yang masih hidup di dalam daging dan mereka akan memiliki kecenderungan untuk mengikuti keinginan daging mereka. Namun orang-orang percaya memiliki kuasa untuk mengubah jiwa mereka menjadi jiwa yang diingini oleh Tuhan, sehingga akan selalu ada peperangan tersebut. Jika jiwa (yang telah disucikan dan dikuduskan Tuhan) yang menang, maka orang tersebut lulus untuk menjadi anak-anak Allah, tetapi jika daging yang menang, berarti orang tersebut gagal memenuhi standar orang percaya yaitu berkeberadaan sebagai anak-anak Allah.

Kedua, supaya kita memiliki cara hidup yang baik di tengah-tengah para penduduk asli (ay. 12a). Sebagai pendatang dan perantau, tentu saja kita akan menjadi sorotan dan pusat perhatian dari para penduduk asli. Ketika kita memiliki cara hidup yang tidak baik, tentu saja sekeliling kita akan mencemooh kita dan menganggap bahwa semua orang Kristen adalah tidak baik. Mereka akan menganggap kita sebagai perwakilan dari seluruh orang Kristen di seluruh dunia. Ini adalah beban yang memang harus kita sadari untuk kita tanggung. Kita punya tanggung jawab untuk senantiasa memuliakan Tuhan melalui kehidupan kita. Bahkan kita harus membuat orang lain mempermuliakan Tuhan ketika mereka melihat kehdiupan kita (ay. 12c).

Ketiga, supaya kita tidak membuka celah yang memungkinkan orang lain memfitnah kita (ay. 12b). Sekilas poin nomor 3 ini hampir mirip dengan poin nomor 2 sebelumnya. Namun jika poin nomor 2 lebih ke arah positif, poin nomor 3 ini lebih kepada menghindari hal yang negatif. Tentu saja ketika kita datang sebagai perantau di daerah yang baru, tidak semua orang akan suka kepada kita. Bahkan mungkin saja cukup banyak orang yang tidak suka dengan kehadiran kita, dan mencoba mencari cara untuk menjatuhkan kita. Mereka bisa saja memfitnah kita dari kelemahan-kelemahan kita. Oleh karena itu kita harus menjaga diri kita agar tidak ada kelemahan dalam diri kita yang bisa “dimanfaatkan” oleh lawan-lawan kita. Jikapun ada, itu haruslah kesalehan kita dalam mengiring Tuhan kita, seperti Daniel yang difitnah karena hal ibadahnya kepada Allah (Dan 6:6).

Sekali lagi, kita harus ingat bahwa kita semua pun adalah pendatang dan perantau di dunia ini. Dunia ini bukan rumah kita, tetapi rumah kita ada di surga nanti. Oleh karena itu kita harus kembali mengingat hal ini terus menerus, supaya hati kita tidak terikat dengan segala sesuatu yang ada di dunia ini, tetapi kita senantiasa memandang ke atas, dan mengarahkan hati kita ke surga yang mulia serta mengumpulkan harta di surga. Marilah kita memiliki kerinduan akan suatu tanah air surgawi yang tetap selama-lamanya, bukan tanah air duniawi di dunia ini, dimana kita hanya hidup sebagai pendatang dan perantau.


Bacaan Alkitab: 1 Petrus 2:11-12
2:11 Saudara-saudaraku yang kekasih, aku menasihati kamu, supaya sebagai pendatang dan perantau, kamu menjauhkan diri dari keinginan-keinginan daging yang berjuang melawan jiwa.
2:12 Milikilah cara hidup yang baik di tengah-tengah bangsa-bangsa bukan Yahudi, supaya apabila mereka memfitnah kamu sebagai orang durjana, mereka dapat melihatnya dari perbuatan-perbuatanmu yang baik dan memuliakan Allah pada hari Ia melawat mereka.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.