Rabu, 15 April
2015
Bacaan Alkitab: Markus 10:46-52
Banyak orang menegornya supaya ia
diam. Namun semakin keras ia berseru: "Anak Daud, kasihanilah aku!" (Mrk 10:48)
Berdoa dengan
Suara Keras?
Saat ini cukup banyak orang Kristen (bahkan Pendeta Kristen) yang menganut
paham bahwa jika kita berdoa meminta sesuatu kepada Tuhan, kita harus meminta
dengan suara keras dan penuh keyakinan kepada Tuhan. Suara yang keras (dan
mungkin terdengar ngotot) menunjukkan betapa kita hanya berharap sepenuhnya
kepada Tuhan. Mereka berpendapat bahwa doa yang dinaikkan dengan suara
pelan-pelan menunjukkan kurangnya iman kepada Tuhan, sedangkan doa yang
diucapkan dengan keras dan penuh semangat menunjukkan kesungguhan dalam mencari
jawaban doa dari Tuhan.
Kebanyakan hamba Tuhan merujuk kepada bacaan Alkitab kita hari ini untuk
menunjukkan bahwa Tuhan Yesus sendiri berkenan kepada doa yang dinaikkan dengan
keras dan semangat. Tetapi ketika membaca ayat-ayat tersebut beberapa kali,
saya memahami bahwa sebenarnya bukan itu yang Tuhan inginkan.
Bacaan Alkitab kita hari ini berbicara tentang bagaimana Yesus dan
murid-muridNya tiba di kota Yerikho (ay. 46a). Kondisi ini berbicara tentang
saat mereka (Yesus, murid-muridNya dan orang banyak) yang keluar dari Yerikho
(berarti sudah keluar dari batas kota, dan berada di “jalan antar kota” (ay.
46b). Saat itu ada seorang pengemis buta yang bernama Bartimeus yang sedang
duduk di pinggir jalan (ay. 46c).
Ingat bahwa Bartimeus itu adalah seorang yang buta, namun ia cukup familiar
dengan suara-suara di sekitarnya (tempat ia biasa duduk dan mengemis). Ia
mungkin mendengar orang bercakap-cakap tentang Yesus dari Nazaret dan bagaimana
Ia membuat mujizat di banyak tempat. Tidak menutup kemungkinan Yesus juga
membuat banyak mujizat di kota Yerikho. Saat mendengar orang-orang membicarakan
tentang Yesus, maka ia pun mulai berseru “Yesus,
Anak Daud, kasihanilah aku!" (ay. 47).
Sekali lagi kita harus ingat bahwa Bartimeus belum bertemu Yesus secara
langsung. Ia hanya mendengar perkataan orang-orang yang lewat di tempatnya.
Oleh karena itu dia pun tiba-tiba berseru seperti itu. Saya yakin orang-orang
yang ada di sekitarnya tentu kaget dan merasa terganggu dengan seruan dan
teriakan Bartimeus (ay. 48a). Orang-orang tersebut tentu mencoba membuat
Bartimeus diam, tetapi Bartimeus justru semakin keras berseru (ay. 48b). Ingat
bahwa Bartimeus tidak tahu apakah Yesus sudah lewat atau belum, tetapi imannya
membuat dirinya tetap berseru menyebut nama Yesus. Memang usahanya tidak
sia-sia karena Yesus akhirnya berhenti dan berkata untuk memanggil Bartimeus
datang kepadaNya (ay. 49). Ini menunjukkan bahwa sangat mungkin posisi
Bartimeus dan Yesus cukup jauh.
Singkat cerita, Yesus menanyakan apa yang bisa Ia lakukan kepada Bartimeus,
dan dijawab oleh Bartimeus (tentu dengan suara pelan karena ia sudah dekat
dengan Yesus), yaitu agar ia dapat melihat (ay. 50-51). Dan pada akhirnya Tuhan
mengabulkan permintaan Bartimeus tersebut sehingga ia dapat melihat kembali,
dan Bartimeus pun mengikuti Yesus dalam perjalananNya (ay. 52).
Apa yang dapat kita pelajari dalam hal ini? Kita mempelajari bahwa
Bartimeus buta dan oleh karena itu dia berseru dan berteriak kepada Tuhan Yesus
karena ia tidak tahu dimana Yesus berada. Ia berharap melalui suaranya yang
keras tersebut, Yesus akan mendengar suaranya. Kita juga mempelajari bahwa
ketika datang menghadap Yesus, ia tidak lagi berseru-seru dan berteriak-teriak
kepada Yesus, tetapi berkata dengan suara yang lembut dan penuh sopan santun
kepada Yesus untuk menyembuhkan dirinya.
Saya tidak anti jika kita harus berdoa dengan berseru-seru kepada Tuhan.
Tetapi kita harus mengerti bahwa apakah sikap itu pantas kita lakukan ketika
kita datang kepada Tuhan? Haruskah kita berteriak-teriak kepada Tuhan? Dalam
kesesakan mungkin saja. Tetapi dalam kondisi yang “tidak terlalu parah”
seharusnya kita bisa datang dengan penuh kesopanan kepada Tuhan. Tuhan bukan
pembantu atau jongos kita yang bisa kita bentak-bentak dan marahi. Tuhan adalah
pemilik hidup kita. Sudah seharusnya kita datang kepadanya dengan penuh
ketakutan dan kegentaran. Terlebih jika Tuhan sudah memberikan kita kesempatan
untuk datang kepadaNya, kita pun harus meminta dengan penuh rasa hormat, karena
sebenarnya Tuhan sudah tahu apa yang kita butuhkan sebelum kita meminta
kepadaNya.
Bacaan Alkitab: Markus 10:46-52
10:46 Lalu tibalah Yesus dan
murid-murid-Nya di Yerikho. Dan ketika Yesus keluar dari Yerikho, bersama-sama
dengan murid-murid-Nya dan orang banyak yang berbondong-bondong, ada seorang
pengemis yang buta, bernama Bartimeus, anak Timeus, duduk di pinggir jalan.
10:47 Ketika didengarnya, bahwa itu
adalah Yesus orang Nazaret, mulailah ia berseru: "Yesus, Anak Daud,
kasihanilah aku!"
10:48 Banyak orang menegornya supaya
ia diam. Namun semakin keras ia berseru: "Anak Daud, kasihanilah
aku!"
10:49 Lalu Yesus berhenti dan
berkata: "Panggillah dia!" Mereka memanggil orang buta itu dan
berkata kepadanya: "Kuatkan hatimu, berdirilah, Ia memanggil engkau."
10:50 Lalu ia menanggalkan jubahnya,
ia segera berdiri dan pergi mendapatkan Yesus.
10:51 Tanya Yesus kepadanya:
"Apa yang kaukehendaki supaya Aku perbuat bagimu?" Jawab orang buta
itu: "Rabuni, supaya aku dapat melihat!"
10:52 Lalu kata Yesus kepadanya:
"Pergilah, imanmu telah menyelamatkan engkau!" Pada saat itu juga
melihatlah ia, lalu ia mengikuti Yesus dalam perjalanan-Nya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.