Rabu, 7 September 2016
Bacaan
Alkitab: Roma 10:1-3
Sebab, oleh karena mereka tidak mengenal kebenaran Allah dan oleh karena
mereka berusaha untuk mendirikan kebenaran mereka sendiri, maka mereka tidak
takluk kepada kebenaran Allah. (Rm 10:3)
“Kebenaran” Versi Manusia Bukan Kebenaran-Nya
Bicara tentang kebenaran, maka sepintas
kita akan terbayang tentang kebenaran Firman Tuhan, kebenaran yang disampaikan
oleh pendeta di atas mimbar, dan kebenaran-kebenaran lainnya. Tetapi jika kita
mau sungguh-sungguh memperkarakan apakah kebenaran itu (yaitu kebenaran yang
sejati), maka kita akan sampai pada kesimpulan yang mengejutkan. Ternyata tidak
semua khotbah pendeta yang selama ini kita dengar adalah kebenaran Tuhan.
Lho kok bisa? Bukankah pendeta juga
berkhotbah mengutip Firman Tuhan dari Alkitab? Bukankah pendeta juga sudah
belajar banyak mengenai teologia? Bukankah pendeta sudah seharusnya bisa
dipercaya dalam segala hal, termasuk perkataannya? Apalagi jika perkataan
tersebut diucapkan di depan mimbar gereja? Bukankah pendeta itu adalah pelayan
Tuhan? Hamba Tuhan? Orang-orang yang sudah melayani Tuhan sekian tahun bahkan
sekian puluh tahun lamanya?
Jika saya menggunakan kalimat yang
jujur, sebenarnya ukuran kebenaran tidak ditentukan pada berapa lama seseorang
sudah menjadi orang Kristen, bahkan berapa lama seseorang sudah melayani Tuhan.
Alkitab kita menulis bagaimana Paulus mengenal orang-orang yang sungguh-sungguh
giat untuk Allah, tetapi mereka tidak memiliki pengertian yang benar (ay. 2). Dalam
konteks saat itu, orang-orang ini adalah orang Israel/Yahudi, khususnya para
imam, ahli Taurat dan orang Farisi.
Paulus sendiri dahulu juga adalah orang
Farisi. Ia merasa sedang bekerja giat untuk Allah ketika ia menangkapi
orang-orang Kristen yang dianggapnya sebagai orang yang sesat, yang hidupnya
tidak sesuai dengan Hukum Taurat. Akan tetapi karena kasih Allah yang
menariknya, maka Paulus kini berbalik menjadi hamba Tuhan yang mengabarkan
Injil Kristus ke bangsa-bangsa lain.
Menarik melihat bahwa sebenarnya
kebenaran itu hanya ada satu. Adapun manusia sangat suka membuat “kebenaran-kebenaran”
yang sesungguhnya bukanlah kebenaran yang sejati. “Kebenaran-kebenaran” versi
manusia itu sesungguhnya adalah pembenaran, yaitu pembelaan diri sendiri dengan
mengutip sebagian ayat-ayat Alkitab, yang dicomot satu demi satu keluar
konteksnya dan digunakan untuk kepentingan diri sendiri.
Sehingga tidak mengherankan jika ada
pendeta yang bisa menceraikan orang (padahal Alkitab jelas mengatakan bahwa
suami/istri tidak boleh bercerai), ada pendeta yang bisa menganggap pernikahan jemaat
yang hamil duluan tidak sah, sementara pernikahan anaknya sendiri (anak
pendeta) yang hamil duluan menjadi sah, dan lain sebagainya. Sejatinya, orang-orang
Kristen (termasuk pendeta) seperti ini adalah orang-orang yang tidak mengenal
kebenaran Allah (ay. 3a). Mereka berusaha untuk membuat kebenaran versi mereka
sendiri (ay. 3b). Mereka berpikir bahwa jemaat adalah umat yang bodoh, sehingga
tidak akan dapat mengerti kebenaran Firman Tuhan dan tidak tahu bahwa
pendetanya sudah melanggar Firman Tuhan. Pendeta semacam ini akan berusaha
membuat jemaatnya tetap bodoh dan tidak mengerti kebenaran. Jika ada jemaat
yang bertanya kepada pendeta ini, maka dikeluarkanlah ayat-ayat Alkitab yang
mendukung prinsip pendeta ini. Jika jemaat masih ngeyel, maka mereka dianggap
sebagai pemberontak dan lain sebagainya.
Hati-hati dengan pendeta seperti ini,
karena sesungguhnya mereka sedang tidak takluk kepada kebenaran Allah (ay. 3c).
“Kebenaran” yang mereka ucapkan pun adalah kebenaran yang palsu, atau lebih
tepatnya disebut sebagai “pembenaran”. Kebenaran hanya ada satu, yaitu
kebenaran Allah yang sejati, yang kita kenal ketika kita mau membayar harga
untuk mengenal Tuhan Yesus Kristus dan hidup dalam Firman-Nya.
Betapa malang nasib orang-orang yang masih
membela “kebenaran” versi manusia ini. Mereka sedang membela sesuatu yang
salah. Bahayanya adalah Tuhan seperti membiarkan orang-orang seperti ini.
Mereka sedang meluncur ke jurang kebinasaan tanpa disadari. Ketika mereka
sadar, maka semuanya sudah terlambat. Oleh karena itu, kita harus memiliki
kerinduan supaya mereka juga diselamatkan (ay. 1)
“Lho, apakah bisa seorang pendeta ternyata
belum selamat?”. Jawabannya tentu saja “Bisa”, yaitu para pendeta yang tidak
mau belajar kebenaran Tuhan, tidak mau menyampaikan kebenaran Tuhan, dan tidak
mau mendidik jemaatnya untuk belajar kebenaran Tuhan, sehingga jemaatnya juga
tidak mengerti kebenaran Tuhan. Mereka ini adalah orang-orang yang nantinya
akan ditolak Tuhan pada hari penghakiman (Mat 7:21-23).
Bacaan
Alkitab: Roma 10:1-3
10:1 Saudara-saudara, keinginan hatiku dan doaku kepada Tuhan ialah, supaya
mereka diselamatkan.
10:2 Sebab aku dapat memberi kesaksian tentang mereka, bahwa mereka
sungguh-sungguh giat untuk Allah, tetapi tanpa pengertian yang benar.
10:3 Sebab, oleh karena mereka tidak mengenal kebenaran Allah dan oleh
karena mereka berusaha untuk mendirikan kebenaran mereka sendiri, maka mereka
tidak takluk kepada kebenaran Allah.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.