Jumat, 02 September 2016

“Kebenaran” Versi Manusia Bukan Kebenaran-Nya



Rabu, 7 September 2016
Bacaan Alkitab: Roma 10:1-3
Sebab, oleh karena mereka tidak mengenal kebenaran Allah dan oleh karena mereka berusaha untuk mendirikan kebenaran mereka sendiri, maka mereka tidak takluk kepada kebenaran Allah. (Rm 10:3)


“Kebenaran” Versi Manusia Bukan Kebenaran-Nya


Bicara tentang kebenaran, maka sepintas kita akan terbayang tentang kebenaran Firman Tuhan, kebenaran yang disampaikan oleh pendeta di atas mimbar, dan kebenaran-kebenaran lainnya. Tetapi jika kita mau sungguh-sungguh memperkarakan apakah kebenaran itu (yaitu kebenaran yang sejati), maka kita akan sampai pada kesimpulan yang mengejutkan. Ternyata tidak semua khotbah pendeta yang selama ini kita dengar adalah kebenaran Tuhan.

Lho kok bisa? Bukankah pendeta juga berkhotbah mengutip Firman Tuhan dari Alkitab? Bukankah pendeta juga sudah belajar banyak mengenai teologia? Bukankah pendeta sudah seharusnya bisa dipercaya dalam segala hal, termasuk perkataannya? Apalagi jika perkataan tersebut diucapkan di depan mimbar gereja? Bukankah pendeta itu adalah pelayan Tuhan? Hamba Tuhan? Orang-orang yang sudah melayani Tuhan sekian tahun bahkan sekian puluh tahun lamanya?

Jika saya menggunakan kalimat yang jujur, sebenarnya ukuran kebenaran tidak ditentukan pada berapa lama seseorang sudah menjadi orang Kristen, bahkan berapa lama seseorang sudah melayani Tuhan. Alkitab kita menulis bagaimana Paulus mengenal orang-orang yang sungguh-sungguh giat untuk Allah, tetapi mereka tidak memiliki pengertian yang benar (ay. 2). Dalam konteks saat itu, orang-orang ini adalah orang Israel/Yahudi, khususnya para imam, ahli Taurat dan orang Farisi.

Paulus sendiri dahulu juga adalah orang Farisi. Ia merasa sedang bekerja giat untuk Allah ketika ia menangkapi orang-orang Kristen yang dianggapnya sebagai orang yang sesat, yang hidupnya tidak sesuai dengan Hukum Taurat. Akan tetapi karena kasih Allah yang menariknya, maka Paulus kini berbalik menjadi hamba Tuhan yang mengabarkan Injil Kristus ke bangsa-bangsa lain.

Menarik melihat bahwa sebenarnya kebenaran itu hanya ada satu. Adapun manusia sangat suka membuat “kebenaran-kebenaran” yang sesungguhnya bukanlah kebenaran yang sejati. “Kebenaran-kebenaran” versi manusia itu sesungguhnya adalah pembenaran, yaitu pembelaan diri sendiri dengan mengutip sebagian ayat-ayat Alkitab, yang dicomot satu demi satu keluar konteksnya dan digunakan untuk kepentingan diri sendiri.

Sehingga tidak mengherankan jika ada pendeta yang bisa menceraikan orang (padahal Alkitab jelas mengatakan bahwa suami/istri tidak boleh bercerai), ada pendeta yang bisa menganggap pernikahan jemaat yang hamil duluan tidak sah, sementara pernikahan anaknya sendiri (anak pendeta) yang hamil duluan menjadi sah, dan lain sebagainya. Sejatinya, orang-orang Kristen (termasuk pendeta) seperti ini adalah orang-orang yang tidak mengenal kebenaran Allah (ay. 3a). Mereka berusaha untuk membuat kebenaran versi mereka sendiri (ay. 3b). Mereka berpikir bahwa jemaat adalah umat yang bodoh, sehingga tidak akan dapat mengerti kebenaran Firman Tuhan dan tidak tahu bahwa pendetanya sudah melanggar Firman Tuhan. Pendeta semacam ini akan berusaha membuat jemaatnya tetap bodoh dan tidak mengerti kebenaran. Jika ada jemaat yang bertanya kepada pendeta ini, maka dikeluarkanlah ayat-ayat Alkitab yang mendukung prinsip pendeta ini. Jika jemaat masih ngeyel, maka mereka dianggap sebagai pemberontak dan lain sebagainya.

Hati-hati dengan pendeta seperti ini, karena sesungguhnya mereka sedang tidak takluk kepada kebenaran Allah (ay. 3c). “Kebenaran” yang mereka ucapkan pun adalah kebenaran yang palsu, atau lebih tepatnya disebut sebagai “pembenaran”. Kebenaran hanya ada satu, yaitu kebenaran Allah yang sejati, yang kita kenal ketika kita mau membayar harga untuk mengenal Tuhan Yesus Kristus dan hidup dalam Firman-Nya.

Betapa malang nasib orang-orang yang masih membela “kebenaran” versi manusia ini. Mereka sedang membela sesuatu yang salah. Bahayanya adalah Tuhan seperti membiarkan orang-orang seperti ini. Mereka sedang meluncur ke jurang kebinasaan tanpa disadari. Ketika mereka sadar, maka semuanya sudah terlambat. Oleh karena itu, kita harus memiliki kerinduan supaya mereka juga diselamatkan (ay. 1)

“Lho, apakah bisa seorang pendeta ternyata belum selamat?”. Jawabannya tentu saja “Bisa”, yaitu para pendeta yang tidak mau belajar kebenaran Tuhan, tidak mau menyampaikan kebenaran Tuhan, dan tidak mau mendidik jemaatnya untuk belajar kebenaran Tuhan, sehingga jemaatnya juga tidak mengerti kebenaran Tuhan. Mereka ini adalah orang-orang yang nantinya akan ditolak Tuhan pada hari penghakiman (Mat 7:21-23).


Bacaan Alkitab: Roma 10:1-3
10:1 Saudara-saudara, keinginan hatiku dan doaku kepada Tuhan ialah, supaya mereka diselamatkan.
10:2 Sebab aku dapat memberi kesaksian tentang mereka, bahwa mereka sungguh-sungguh giat untuk Allah, tetapi tanpa pengertian yang benar.
10:3 Sebab, oleh karena mereka tidak mengenal kebenaran Allah dan oleh karena mereka berusaha untuk mendirikan kebenaran mereka sendiri, maka mereka tidak takluk kepada kebenaran Allah.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.