Rabu, 21 September 2016
Bacaan
Alkitab: 2 Petrus 2:1-3
Sebagaimana nabi-nabi palsu dahulu tampil di tengah-tengah umat Allah,
demikian pula di antara kamu akan ada guru-guru palsu. Mereka akan memasukkan
pengajaran-pengajaran sesat yang membinasakan, bahkan mereka akan menyangkal
Penguasa yang telah menebus mereka dan dengan jalan demikian segera
mendatangkan kebinasaan atas diri mereka. (2 Ptr 2:1)
Nabi-nabi Palsu dalam Perjanjian Baru (Bagian 6)
Masih dalam seri renungan tentang
nabi-nabi palsu, kita akan belajar lebih lanjut tentang ciri-ciri nabi-nabi
palsu. Dalam suratnya yang kedua, Rasul Petrus menyampaikan bahwa sebagaimana
dahulu nabi-nabi palsu tampil di tengah-tengah umat Allah (yaitu pada masa
Perjanjian Lama), maka saat ini (di masa Perjanjian Baru), akan ada guru-guru
palsu yang akan tampil di tengah-tengah umat percaya (ay. 1a). Kata nabi palsu
dalam ayat ini adalah “pseudoprophétés” (ψευδοπροφήτης), yang berasal dari kata
“pseudḗs” (palsu/penipu/pendusta) dan “prophḗtēs” (nabi). Sedangkan kata guru
palsu dalam ayat ini adalah “pseudodidaskalos” (ψευδοδιδάσκαλος), yang berasal
dari kata “pseudés” (palsu/penipu/pendusta) dan “didaskalos” (guru/pengajar).
Perbedaan nabi palsu dan guru palsu
sebenarnya tidaklah banyak. Esensi nabi-nabi palsu dan guru-guru palsu adalah
sama, yaitu menyampaikan “suara” Tuhan yang sebenarnya adalah suara yang palsu.
Pada masa Perjanjian Lama, nabi adalah orang-orang yang menyuarakan suara
Tuhan. Sementara dalam masa Perjanjian Baru, umat percaya sudah terbentuk dalam
komunitas-komunitas jemaat, dimana dalam perkumpulan jemaat biasanya mereka
bertekun dalam pengajaran (Kis 2:42). Nah, yang membuat guru-guru palsu ini
menjadi berbahaya adalah karena mereka menyembunyikan ajaran yang palsu di
dalam bentuk pengajaran seakan-akan pengajaran tersebut adalah dari Tuhan. Guru
palsu sebenarnya adalah nabi palsu yang menyamar untuk mengajar jemaat dalam
pertemuan-pertemuan ibadah.
Ciri nabi-nabi palsu (yang juga dapat
disebut sebagai guru-guru palsu) adalah mereka yang memasukkan
pengajaran-pengajaran sesat yang membinasakan (ay. 1b). Pengajaran yang
disampaikan mungkin kelihatannya alkitabiah, tetapi di balik itu semua arah
pengajarannya tidak jelas. Pengajaran guru-guru palsu tidaklah berfokus
bagaimana manusia bisa hidup sempurna di hadapan Tuhan, dalam pengudusan dan
penyucian karakter. Pengajaran guru-guru palsu biasanya hanya akan terfokus di
dunia ini. Mereka akan mengajar orang untuk mulai kompromi dengan dosa, atau hanya
mengajar orang untuk menjadi baik (sesuai standar dunia), tetapi tidak pernah
mengajar orang untuk mengerti kehendak Allah yang benar.
Dalam jangka panjang, mereka akan
membuat jemaat menyangkal Penguasa (Tuhan Yesus Kristus) yang telah menebus
mereka (ay. 1c) sehingga mereka akan binasa. Penebusan Tuhan Yesus Kristus
melalui pengorbanan-Nya di atas kayu salib sebenarnya menuntut kita untuk hidup
suci dan kudus, untuk hidup sepenuhnya bagi kepentingan Tuhan dan Kerajaan-Nya
karena kita telah ditebus oleh darah Tuhan Yesus yang mahal (1 Ptr 1:18-19).
Seharusnya orang percaya sudah tidak berhak untuk hidup bagi kesukaan dirinya
sendiri, tetapi hidup kita harus hidup bagi kesukaan Tuhan.
Cara melihat apakah pengajar-pengajar
di gereja/jemaat adalah pengajar yang palsu dapat dilihat dari cara hidupnya.
Rasul Petrus menulis bahwa cara hidup nabi-nabi palsu (atau guru-guru palsu)
adalah cara hidup yang dikuasai hawa nafsu (ay. 2a). Hawa nafsu di sini dapat berbicara
tentang hawa nafsu terkait makanan (suka makan makanan enak), hawa nafsu
kemabukan (suka minum minuman beralkohol), hawa nafsu terkait seks (bersikap
cabul, selingkuh, berzinah, suka menonton pornografi), ataupun hawa nafsu materialistis
(mengingini barang baru, barang bermerek, hidup mewah, dan lain sebagainya). Guru-guru
palsu tersebut tidak akan berani untuk bersikap tegas terhadap dosa-dosa
terkait hawa nafsu di atas karena mereka pun juga melakukannya. Justru mereka akan
mencoba bersikap kompromi dengan mengatakan bahwa jika orang memiliki hawa
nafsu seperti di atas (atau melakukan dosa seperti di atas), hal itu adalah
wajar dan dapat dipahami.
Ini adalah penyesatan yang luar biasa.
Karena kehidupan guru-guru palsu tersebut (yang kompromi terhadap dosa-dosa
hawa nafsu, bahkan juga ikut melakukan dosa-dosa hawa nafsu tersebut), maka Jalan
Kebenaran akan dihujat (ay. 2b). Gereja akan dipandang oleh orang-orang di
sekitarnya sebagai tempat pelampiasan hawa nafsu. Maka jangan heran jika ada orang
di dalam gereja yang menjadi “tersesat” dan hidup dalam dosa (misalnya dosa
perzinahan) dan menyangka bahwa itu bukanlah masalah. Mereka justru
membanggakan dosa tersebut dan mengatakan bahwa berdosa tidak apa-apa, toh
Tuhan pasti mengampuni. Tidak jarang anak-anak hasil perzinahan ini justru
diberi nama yang alkitabiah seakan-akan untuk memberi kesan bahwa gereja “memberikan
restu” atas perzinahan yang mereka lakukan.
Guru-guru palsu itu akan berusaha
mencari untung (keuntungan mereka sendiri) dengan ajaran-ajaran yang mereka
sebarkan, yang pada dasarnya hanyalah cerita-cerita isapan jempol mereka
sendiri (ay. 3a). Apa yang mereka ajarkan sesungguhnya hanya mengandung sedikit
kebenaran atau tidak mengandung kebenaran sama sekali. Mereka akan memasukkan
kesaksian hidup mereka (yang tentu saja hanyalah kesaksian hidup yang omong
kosong karena justru membenarkan perbuatan-perbuatan dosa yang mereka lakukan)
ke dalam pengajaran mereka. Tidak jarang kesaksian mereka berbunyi seperti ini:
“dulu saya juga melakukan dosa ini itu, tetapi Tuhan tetap mengasihi saya,
bahkan saya saat ini semakin diberkati oleh Tuhan”.
Hal tersebut adalah penyesatan yang
luar biasa. Namun terkadang saya sampai bergumam dalam hati, mengapa Tuhan
tidak segera menyatakan apa yang benar? Mengapa Tuhan sepertinya tidak membela
kebenaran-Nya? Dalam pergumulan saya menghadapi orang-orang yang bertindak
sebagai nabi palsu atau guru palsu, akhirnya saya menemukan kebenaran ini,
yaitu meskipun para nabi palsu dan/atau guru palsu tersebut sepertinya berada di
atas angin, namun ternyata hukuman kekal sudah tersedia bagi mereka. Tuhan
sudah menyiapkan hukuman kekal bagi mereka yang menyesatkan dan mempermainkan
kebenaran (ay. 3b). Namun tentu kita juga berharap suatu saat para nabi dan
guru palsu tersebut akan sadar akan kesalahannya dan bertobat ke jalan yang
benar, karena jika mereka tidak mau bertobat, maka hukuman kebinasaan kekal
sudah tersedia dan disiapkan bagi mereka.
Bacaan
Alkitab: 2 Petrus 2:1-3
2:1 Sebagaimana nabi-nabi palsu dahulu
tampil di tengah-tengah umat Allah, demikian pula di antara kamu akan ada
guru-guru palsu. Mereka akan memasukkan pengajaran-pengajaran sesat yang
membinasakan, bahkan mereka akan menyangkal Penguasa yang telah menebus mereka
dan dengan jalan demikian segera mendatangkan kebinasaan atas diri mereka.
2:2 Banyak orang akan mengikuti cara
hidup mereka yang dikuasai hawa nafsu, dan karena mereka Jalan Kebenaran akan
dihujat.
2:3 Dan karena serakahnya guru-guru
palsu itu akan berusaha mencari untung dari kamu dengan ceritera-ceritera
isapan jempol mereka. Tetapi untuk perbuatan mereka itu hukuman telah lama
tersedia dan kebinasaan tidak akan tertunda.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.