Senin, 19 September 2016

Nabi-nabi Palsu dalam Perjanjian Baru (Bagian 6)



Rabu, 21 September 2016
Bacaan Alkitab: 2 Petrus 2:1-3
Sebagaimana nabi-nabi palsu dahulu tampil di tengah-tengah umat Allah, demikian pula di antara kamu akan ada guru-guru palsu. Mereka akan memasukkan pengajaran-pengajaran sesat yang membinasakan, bahkan mereka akan menyangkal Penguasa yang telah menebus mereka dan dengan jalan demikian segera mendatangkan kebinasaan atas diri mereka. (2 Ptr 2:1)


Nabi-nabi Palsu dalam Perjanjian Baru (Bagian 6)


Masih dalam seri renungan tentang nabi-nabi palsu, kita akan belajar lebih lanjut tentang ciri-ciri nabi-nabi palsu. Dalam suratnya yang kedua, Rasul Petrus menyampaikan bahwa sebagaimana dahulu nabi-nabi palsu tampil di tengah-tengah umat Allah (yaitu pada masa Perjanjian Lama), maka saat ini (di masa Perjanjian Baru), akan ada guru-guru palsu yang akan tampil di tengah-tengah umat percaya (ay. 1a). Kata nabi palsu dalam ayat ini adalah “pseudoprophétés” (ψευδοπροφήτης), yang berasal dari kata “pseudḗs” (palsu/penipu/pendusta) dan “prophḗtēs” (nabi). Sedangkan kata guru palsu dalam ayat ini adalah “pseudodidaskalos” (ψευδοδιδάσκαλος), yang berasal dari kata “pseudés” (palsu/penipu/pendusta) dan “didaskalos” (guru/pengajar).

Perbedaan nabi palsu dan guru palsu sebenarnya tidaklah banyak. Esensi nabi-nabi palsu dan guru-guru palsu adalah sama, yaitu menyampaikan “suara” Tuhan yang sebenarnya adalah suara yang palsu. Pada masa Perjanjian Lama, nabi adalah orang-orang yang menyuarakan suara Tuhan. Sementara dalam masa Perjanjian Baru, umat percaya sudah terbentuk dalam komunitas-komunitas jemaat, dimana dalam perkumpulan jemaat biasanya mereka bertekun dalam pengajaran (Kis 2:42). Nah, yang membuat guru-guru palsu ini menjadi berbahaya adalah karena mereka menyembunyikan ajaran yang palsu di dalam bentuk pengajaran seakan-akan pengajaran tersebut adalah dari Tuhan. Guru palsu sebenarnya adalah nabi palsu yang menyamar untuk mengajar jemaat dalam pertemuan-pertemuan ibadah.

Ciri nabi-nabi palsu (yang juga dapat disebut sebagai guru-guru palsu) adalah mereka yang memasukkan pengajaran-pengajaran sesat yang membinasakan (ay. 1b). Pengajaran yang disampaikan mungkin kelihatannya alkitabiah, tetapi di balik itu semua arah pengajarannya tidak jelas. Pengajaran guru-guru palsu tidaklah berfokus bagaimana manusia bisa hidup sempurna di hadapan Tuhan, dalam pengudusan dan penyucian karakter. Pengajaran guru-guru palsu biasanya hanya akan terfokus di dunia ini. Mereka akan mengajar orang untuk mulai kompromi dengan dosa, atau hanya mengajar orang untuk menjadi baik (sesuai standar dunia), tetapi tidak pernah mengajar orang untuk mengerti kehendak Allah yang benar.

Dalam jangka panjang, mereka akan membuat jemaat menyangkal Penguasa (Tuhan Yesus Kristus) yang telah menebus mereka (ay. 1c) sehingga mereka akan binasa. Penebusan Tuhan Yesus Kristus melalui pengorbanan-Nya di atas kayu salib sebenarnya menuntut kita untuk hidup suci dan kudus, untuk hidup sepenuhnya bagi kepentingan Tuhan dan Kerajaan-Nya karena kita telah ditebus oleh darah Tuhan Yesus yang mahal (1 Ptr 1:18-19). Seharusnya orang percaya sudah tidak berhak untuk hidup bagi kesukaan dirinya sendiri, tetapi hidup kita harus hidup bagi kesukaan Tuhan.

Cara melihat apakah pengajar-pengajar di gereja/jemaat adalah pengajar yang palsu dapat dilihat dari cara hidupnya. Rasul Petrus menulis bahwa cara hidup nabi-nabi palsu (atau guru-guru palsu) adalah cara hidup yang dikuasai hawa nafsu (ay. 2a). Hawa nafsu di sini dapat berbicara tentang hawa nafsu terkait makanan (suka makan makanan enak), hawa nafsu kemabukan (suka minum minuman beralkohol), hawa nafsu terkait seks (bersikap cabul, selingkuh, berzinah, suka menonton pornografi), ataupun hawa nafsu materialistis (mengingini barang baru, barang bermerek, hidup mewah, dan lain sebagainya). Guru-guru palsu tersebut tidak akan berani untuk bersikap tegas terhadap dosa-dosa terkait hawa nafsu di atas karena mereka pun juga melakukannya. Justru mereka akan mencoba bersikap kompromi dengan mengatakan bahwa jika orang memiliki hawa nafsu seperti di atas (atau melakukan dosa seperti di atas), hal itu adalah wajar dan dapat dipahami.

Ini adalah penyesatan yang luar biasa. Karena kehidupan guru-guru palsu tersebut (yang kompromi terhadap dosa-dosa hawa nafsu, bahkan juga ikut melakukan dosa-dosa hawa nafsu tersebut), maka Jalan Kebenaran akan dihujat (ay. 2b). Gereja akan dipandang oleh orang-orang di sekitarnya sebagai tempat pelampiasan hawa nafsu. Maka jangan heran jika ada orang di dalam gereja yang menjadi “tersesat” dan hidup dalam dosa (misalnya dosa perzinahan) dan menyangka bahwa itu bukanlah masalah. Mereka justru membanggakan dosa tersebut dan mengatakan bahwa berdosa tidak apa-apa, toh Tuhan pasti mengampuni. Tidak jarang anak-anak hasil perzinahan ini justru diberi nama yang alkitabiah seakan-akan untuk memberi kesan bahwa gereja “memberikan restu” atas perzinahan yang mereka lakukan.

Guru-guru palsu itu akan berusaha mencari untung (keuntungan mereka sendiri) dengan ajaran-ajaran yang mereka sebarkan, yang pada dasarnya hanyalah cerita-cerita isapan jempol mereka sendiri (ay. 3a). Apa yang mereka ajarkan sesungguhnya hanya mengandung sedikit kebenaran atau tidak mengandung kebenaran sama sekali. Mereka akan memasukkan kesaksian hidup mereka (yang tentu saja hanyalah kesaksian hidup yang omong kosong karena justru membenarkan perbuatan-perbuatan dosa yang mereka lakukan) ke dalam pengajaran mereka. Tidak jarang kesaksian mereka berbunyi seperti ini: “dulu saya juga melakukan dosa ini itu, tetapi Tuhan tetap mengasihi saya, bahkan saya saat ini semakin diberkati oleh Tuhan”.

Hal tersebut adalah penyesatan yang luar biasa. Namun terkadang saya sampai bergumam dalam hati, mengapa Tuhan tidak segera menyatakan apa yang benar? Mengapa Tuhan sepertinya tidak membela kebenaran-Nya? Dalam pergumulan saya menghadapi orang-orang yang bertindak sebagai nabi palsu atau guru palsu, akhirnya saya menemukan kebenaran ini, yaitu meskipun para nabi palsu dan/atau guru palsu tersebut sepertinya berada di atas angin, namun ternyata hukuman kekal sudah tersedia bagi mereka. Tuhan sudah menyiapkan hukuman kekal bagi mereka yang menyesatkan dan mempermainkan kebenaran (ay. 3b). Namun tentu kita juga berharap suatu saat para nabi dan guru palsu tersebut akan sadar akan kesalahannya dan bertobat ke jalan yang benar, karena jika mereka tidak mau bertobat, maka hukuman kebinasaan kekal sudah tersedia dan disiapkan bagi mereka.


Bacaan Alkitab: 2 Petrus 2:1-3
2:1 Sebagaimana nabi-nabi palsu dahulu tampil di tengah-tengah umat Allah, demikian pula di antara kamu akan ada guru-guru palsu. Mereka akan memasukkan pengajaran-pengajaran sesat yang membinasakan, bahkan mereka akan menyangkal Penguasa yang telah menebus mereka dan dengan jalan demikian segera mendatangkan kebinasaan atas diri mereka.
2:2 Banyak orang akan mengikuti cara hidup mereka yang dikuasai hawa nafsu, dan karena mereka Jalan Kebenaran akan dihujat.
2:3 Dan karena serakahnya guru-guru palsu itu akan berusaha mencari untung dari kamu dengan ceritera-ceritera isapan jempol mereka. Tetapi untuk perbuatan mereka itu hukuman telah lama tersedia dan kebinasaan tidak akan tertunda.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.