Selasa, 06 September 2016

Tetap Ramah Walaupun Difitnah



Kamis, 8 September 2016
Bacaan Alkitab: 1 Korintus 4:11-13
Kalau kami difitnah, kami tetap menjawab dengan ramah; kami telah menjadi sama dengan sampah dunia, sama dengan kotoran dari segala sesuatu, sampai pada saat ini. (1 Kor 4:13)


Tetap Ramah Walaupun Difitnah


Sebelum masuk lebih dalam pada renungan hari ini, kita perlu belajar apa itu definisi fitnah. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, fitnah dapat diartikan sebagai “perkataan bohong atau tanpa berdasarkan kebenaran yang disebarkan dengan maksud menjelekkan orang (seperti menodai nama baik, merugikan kehormatan orang)”. Dengan demikian, ada beberapa unsur yang menentukan apakah suatu perkataan adalah fitnah atau bukan, yaitu:

·         Perkataan yang bohong/tidak benar
·         Disebarkan kepada orang lain
·         Ada maksud untuk menjelekkan atau merugikan orang lain

Dalam hal ini jelas bahwa jika ada seseorang (katakanlah namanya si A) yang selingkuh, lalu saya mengatakan bahwa si A selingkuh kepada orang lain yang belum tahu, maka itu bukanlah fitnah. Itu hanyalah penyampaian fakta yang sebenarnya kepada orang lain.

Banyak orang yang tidak mengerti hal ini, sehingga menyamaratakan bahwa setiap perkataan yang menjelek-jelekkan dirinya adalah fitnah. Padahal, sesungguhnya orang tersebutlah yang memang salah karena hidupnya memang sudah tidak baik. Ketika orang mengatakan apa yang tidak baik tersebut, itu bukanlah fitnah tetapi hanya menyampaikan fakta hidup apa adanya.

Terkait kehidupan kita sebagai orang Kristen, perlu diingat bahwa Tuhan tidak pernah menjanjikan hidup yang nyaman di dunia ini, selain janji hidup yang nyaman di surga bagi orang yang setia sampai akhir. Kita dapat membaca bacaan kitab suci kita pada hari ini yang menunjukkan kehidupan rasul-rasul pada jemaat mula-mula: mereka lapar, haus, telanjang, dipukul, hidup mengembara (ay. 11), dan bahkan bekerja keras/berat (ay. 12a). Tidak cukup sampai di situ saja, mereka juga harus mengalami siksaan non fisik seperti dimaki, dianiaya, dan difitnah (ay. 12b & 13a).

Perlu diingat bahwa rasul-rasul (dan juga jemaat mula-mula) tidak dimaki karena mereka melakukan kesalahan seperti memperkosa. Mereka tidak dianiaya karena kedapatan mencuri harta orang lain. Mereka tidak difitnah karena kesalahan mereka sendiri. Di mata Tuhan dan manusia lain, jemaat mula-mula tentu memiliki kualitas hidup yang luar biasa baik, yang tidak merugikan orang lain, yang selalu memancarkan hidup yang penuh kasih kepada sesama. Tetapi justru karena melakukan apa yang benar itulah, mereka menjadi menderita.

Dalam menghadapi penderitaan tersebut, rasul-rasul dan jemaat mula-mula tidak membalas makian dengan makian, tetapi justru memberkati orang yang memaki mereka. Mereka juga tidak membalas aniaya dengan aniaya, tetapi justru menerima aniaya dengan sabar (ay. 12b). Mereka juga tidak marah ketika mereka difitnah, tetapi mereka tetap menjawab (memberikan pertanggungjawaban dan penjelasan) dengan ramah kepada orang-orang yang memfitnah mereka (ay. 13a). Tentu hal ini bisa dilakukan karena kehidupan jemaat mula-mula adalah kehidupan yang tak bercacat dan tak bercela, sehingga satu-satunya cara orang lain untuk menjatuhkan mereka adalah dengan cara menyebarkan fitnah.

Walaupun jemaat mula-mula dipandang sangat hina oleh orang lain, bahkan disamakan dengan kotoran, dianggap tidak berharga dan tidak berguna sama sekali, bahkan disamakan seperti sampah dunia (ay. 13b), tetapi jemaat mula-mula tahu bahwa di mata Tuhan, mereka bukanlah sampah, tetapi adalah harta yang berharga. Walaupun dunia menganggap mereka sebagai sampah, tetapi di mata Tuhan mereka sangat berharga dan sangat bernilai. Ini adalah paradoks dan kontradiksi yang mau tidak mau harus siap dijalani oleh setiap orang percaya di dunia ini. Ketika kita memilih untuk berharga di mata Tuhan (tentunya dengan berusaha hidup benar dan kudus bagi Tuhan), kita bisa saja dipandang sebagai sampah oleh dunia.

Persoalannya tidak sesederhana ini. Banyak orang Kristen yang justru mempersoalkan pandangan orang lain pada dirinya. Mereka ingin dianggap terhormat, ingin dianggap mulia di pandangan dunia, dan lain sebagainya. Akibatnya, mereka menjadi sama dengan dunia, bahkan menjadi kompromi dalam hal dosa-dosa dunia. Orang seperti ini tidak akan pernah mengalami fitnah karena hidupnya memang sudah rusak, sehingga jika ada orang yang membicarakan kejelekannya, itu adalah fakta, bukan fitnah. Orang-orang seperti ini akan sangat sulit untuk bisa hidup suci dan benar di hadapan Tuhan. Padahal, standar Tuhan bagi manusia adalah agar kita boleh hidup sempurna dan kudus di hadapan-Nya.



Bacaan Alkitab: 1 Korintus 4:11-13
4:11 Sampai pada saat ini kami lapar, haus, telanjang, dipukul dan hidup mengembara,
4:12 kami melakukan pekerjaan tangan yang berat. Kalau kami dimaki, kami memberkati; kalau kami dianiaya, kami sabar;
4:13 kalau kami difitnah, kami tetap menjawab dengan ramah; kami telah menjadi sama dengan sampah dunia, sama dengan kotoran dari segala sesuatu, sampai pada saat ini.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.