Kamis, 8 September 2016
Bacaan
Alkitab: 1 Korintus 4:11-13
Kalau kami difitnah, kami tetap menjawab dengan ramah; kami telah menjadi
sama dengan sampah dunia, sama dengan kotoran dari segala sesuatu, sampai pada
saat ini. (1 Kor 4:13)
Tetap Ramah Walaupun Difitnah
Sebelum masuk lebih dalam pada renungan
hari ini, kita perlu belajar apa itu definisi fitnah. Menurut Kamus Besar
Bahasa Indonesia, fitnah dapat diartikan sebagai “perkataan bohong atau tanpa berdasarkan kebenaran yang disebarkan
dengan maksud menjelekkan orang (seperti menodai nama baik, merugikan
kehormatan orang)”. Dengan demikian, ada beberapa unsur yang menentukan
apakah suatu perkataan adalah fitnah atau bukan, yaitu:
·
Perkataan yang bohong/tidak benar
·
Disebarkan kepada orang lain
·
Ada maksud untuk menjelekkan atau merugikan orang lain
Dalam hal ini jelas bahwa jika ada
seseorang (katakanlah namanya si A) yang selingkuh, lalu saya mengatakan bahwa
si A selingkuh kepada orang lain yang belum tahu, maka itu bukanlah fitnah. Itu
hanyalah penyampaian fakta yang sebenarnya kepada orang lain.
Banyak orang yang tidak mengerti hal
ini, sehingga menyamaratakan bahwa setiap perkataan yang menjelek-jelekkan
dirinya adalah fitnah. Padahal, sesungguhnya orang tersebutlah yang memang
salah karena hidupnya memang sudah tidak baik. Ketika orang mengatakan apa yang
tidak baik tersebut, itu bukanlah fitnah tetapi hanya menyampaikan fakta hidup
apa adanya.
Terkait kehidupan kita sebagai orang
Kristen, perlu diingat bahwa Tuhan tidak pernah menjanjikan hidup yang nyaman
di dunia ini, selain janji hidup yang nyaman di surga bagi orang yang setia
sampai akhir. Kita dapat membaca bacaan kitab suci kita pada hari ini yang
menunjukkan kehidupan rasul-rasul pada jemaat mula-mula: mereka lapar, haus,
telanjang, dipukul, hidup mengembara (ay. 11), dan bahkan bekerja keras/berat
(ay. 12a). Tidak cukup sampai di situ saja, mereka juga harus mengalami siksaan
non fisik seperti dimaki, dianiaya, dan difitnah (ay. 12b & 13a).
Perlu diingat bahwa rasul-rasul (dan
juga jemaat mula-mula) tidak dimaki karena mereka melakukan kesalahan seperti
memperkosa. Mereka tidak dianiaya karena kedapatan mencuri harta orang lain.
Mereka tidak difitnah karena kesalahan mereka sendiri. Di mata Tuhan dan
manusia lain, jemaat mula-mula tentu memiliki kualitas hidup yang luar biasa
baik, yang tidak merugikan orang lain, yang selalu memancarkan hidup yang penuh
kasih kepada sesama. Tetapi justru karena melakukan apa yang benar itulah,
mereka menjadi menderita.
Dalam menghadapi penderitaan tersebut,
rasul-rasul dan jemaat mula-mula tidak membalas makian dengan makian, tetapi justru
memberkati orang yang memaki mereka. Mereka juga tidak membalas aniaya dengan
aniaya, tetapi justru menerima aniaya dengan sabar (ay. 12b). Mereka juga tidak
marah ketika mereka difitnah, tetapi mereka tetap menjawab (memberikan pertanggungjawaban
dan penjelasan) dengan ramah kepada orang-orang yang memfitnah mereka (ay. 13a).
Tentu hal ini bisa dilakukan karena kehidupan jemaat mula-mula adalah kehidupan
yang tak bercacat dan tak bercela, sehingga satu-satunya cara orang lain untuk
menjatuhkan mereka adalah dengan cara menyebarkan fitnah.
Walaupun jemaat mula-mula dipandang
sangat hina oleh orang lain, bahkan disamakan dengan kotoran, dianggap tidak
berharga dan tidak berguna sama sekali, bahkan disamakan seperti sampah dunia
(ay. 13b), tetapi jemaat mula-mula tahu bahwa di mata Tuhan, mereka bukanlah
sampah, tetapi adalah harta yang berharga. Walaupun dunia menganggap mereka
sebagai sampah, tetapi di mata Tuhan mereka sangat berharga dan sangat
bernilai. Ini adalah paradoks dan kontradiksi yang mau tidak mau harus siap
dijalani oleh setiap orang percaya di dunia ini. Ketika kita memilih untuk
berharga di mata Tuhan (tentunya dengan berusaha hidup benar dan kudus bagi
Tuhan), kita bisa saja dipandang sebagai sampah oleh dunia.
Persoalannya tidak sesederhana ini.
Banyak orang Kristen yang justru mempersoalkan pandangan orang lain pada
dirinya. Mereka ingin dianggap terhormat, ingin dianggap mulia di pandangan
dunia, dan lain sebagainya. Akibatnya, mereka menjadi sama dengan dunia, bahkan
menjadi kompromi dalam hal dosa-dosa dunia. Orang seperti ini tidak akan pernah
mengalami fitnah karena hidupnya memang sudah rusak, sehingga jika ada orang
yang membicarakan kejelekannya, itu adalah fakta, bukan fitnah. Orang-orang
seperti ini akan sangat sulit untuk bisa hidup suci dan benar di hadapan Tuhan.
Padahal, standar Tuhan bagi manusia adalah agar kita boleh hidup sempurna dan
kudus di hadapan-Nya.
Bacaan
Alkitab: 1 Korintus 4:11-13
4:11 Sampai pada saat ini kami lapar, haus, telanjang,
dipukul dan hidup mengembara,
4:12 kami melakukan pekerjaan tangan yang berat. Kalau
kami dimaki, kami memberkati; kalau kami dianiaya, kami sabar;
4:13 kalau kami difitnah, kami tetap menjawab dengan
ramah; kami telah menjadi sama dengan sampah dunia, sama dengan kotoran dari
segala sesuatu, sampai pada saat ini.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.