Senin, 26 September 2016
Bacaan
Alkitab: 1 Tawarikh 27:32-34
Yonatan, saudara ayah Daud, adalah penasihat; dia seorang cerdas dan ahli
kitab. Yehiel bin Hakhmoni membantu anak-anak raja. (1 Taw 27:32)
Pentingnya Penasehat bagi Pemimpin
Jika kita mau jujur, Raja Daud adalah
raja terbaik yang pernah dimiliki oleh bangsa Israel dan Yehuda (pada masa itu
masih merupakan satu kerajaan). Di balik segala kelemahannya (antara lain dosa
perzinahannya dengan Batsyeba), namun Raja Daud tetaplah raja yang luar biasa
bagi bangsa Israel hingga saat ini. Segala keputusan yang diambilnya hampir
selalu dilakukan dengan benar karena ia sangat dekat dengan Tuhan Allah.
Jika Raja Daud begitu hebatnya dan
begitu taatnya kepada Allah, sepertinya Raja Daud tidak memerlukan orang lain
dalam hal pengambilan keputusan. Benarkah demikian? Jawabannya adalah “Tidak”.
Sepandai-pandainya dan sebijak-bijaknya Raja Daud, ia tetap membutuhkan
orang-orang di sekitarnya untuk memberikan masukan dan nasehat. Padahal boleh
dibilang, di seluruh Israel hampir tidak ada orang yang begitu dekat dengan
Tuhan seperti Raja Daud. Namun demikian Raja Daud tetap membutuhkan orang-orang
bijak untuk memberi nasehat kepadanya.
Alkitab menulis bahwa ada beberapa
orang yang menjadi penasehat di sekitar Raja Daud. Mereka bekerja di area “ring
satu”, yaitu di jajaran orang-orang terdekat Raja Daud. Ada Yonatan, saudara
ayah Daud sebagai penasehat (ay. 32a). Ia adalah seseorang yang cerdas dan ahli
kitab (hukum Tuhan). Ia juga seorang yang kerabat yang lebih tua sehingga bisa
memberi masukan dari sudut pandang orang yang lebih tua. Ada pula Yehiel bin
Hakhmoni yang membantu anak-anak raja (ay. 32b). Tentu di sini Daud merasa
penting untuk memberikan pengetahuan kepada anak-anaknya sebagai generasi
penerusnya, sehingga tetap dapat menjadi raja yang bijaksana dan takut akan
Tuhan.
Selain itu ada penasehat raja secara
khusus yaitu Ahitofel (ay. 33a). Ahitofel adalah orang yang cerdas dalam hal
taktik dan strategi. Namun sayangnya di akhir hidupnya, Ahitofel justru
mendukung Absalom sebagai raja (2 Sam 15:31). Sebenarnya dari sisi strategi dan
taktik, apa yang dilakukan Ahitofel ini tidaklah salah 100% karena ia pun
mendukung anak Raja Daud yang sah, yang paling pantas untuk menjadi raja, yaitu
Absalom. Namun sayangnya Ahitofel kurang mengerti dari sudut pandang Tuhan,
sehingga ia tidak sepakat dengan keputusan Raja Daud yang menjadikan Salomo
sebagai raja Israel selanjutnya.
Untungnya, Raja Daud juga memiliki
Husai, orang Arki yang menjadi sahabat raja (ay. 33b). Husai telah membuktikan
diri menjadi sangat berguna dalam memadamkan pemberontakan Absalom ketika ia
memberi nasehat kepada Absalom yang menguntungkan Daud (2 Sam 17:14). Jelaslah
bahwa Husai telah benar-benar menjalankan tugasnya sebagai sahabat raja, yang
senantiasa melakukan apapun (bahkan jika perlu sampai menyerahkan nyawa) bagi
keselamatan sahabatnya (Yoh 15:13).
Karena Ahitofel sudah mati sebagai
dampak pemberontakan Absalom, maka Daud pun mengangkat Yoyada bin Benaya dan
Abyatar sebagai penasehat raja (ay. 34a). Abyatar telah membuktikan kesetiaan mereka
kepada Raja Daud sejak awal mengingat Abyatar adalah salah satu anak imam yang
luput dari pembantaian Saul, dan akhirnya menjadi pengikut Daud (1 Sam 22:20).
Abyatar juga menjadi salah satu imam di masa pemerintahan Daud (2 Sam 15:35).
Sementara Yoyada sendiri kurang diketahui silsilahnya, namun nama tersebut
cukup sering disebut dalam kaitannya dengan orang yang bernama Benaya. Tidak
begitu jelas apakah Yoyada ini adalah ayah dari Benaya (1 Taw 27:5) atau Yoyada
adalah anak dari Benaya dan sekaligus juga cucu dari imam Yoyada yang
disebutkan sebelumnya. Namun terlihat bahwa Raja Daud memang mencari penasehat
yang juga takut akan Tuhan dan peka terhadap suara Tuhan, tidak seperti
Ahitofel yang memang mengerti taktik dan strategi namun tidak peka terhadap
suara Tuhan.
Selain itu ada pula panglima raja yaitu
Yoab (ay. 34b), yang telah membuktikan kesetiaannya kepada Raja Daud dan
memimpin tentara bangsa Israel melawan musuh-musuh raja. Memang Yoab pun punya
kelemahan antara lain tidak mau mendengarkan perintah Raja Daud sepenuhnya,
hingga akhirnya Yoab pun mati dibunuh atas perintah Raja Salomo (1 Raj
2:28-34). Akan tetapi Yoab adalah salah satu orang terdekat Raja Daud yang
telah banyak berjasa kepadanya.
Kesimpulannya adalah, orang sehebat
Raja Daud pun masih membutuhkan nasehat dari orang-orang di sekitarnya. Seorang
pemimpin yang baik bukanlah ia yang bisa bekerja dan bertindak sendiri, tetapi
adalah orang yang bisa mengambil keputusan yang terbaik bagi orang-orang yang
dipimpinnya. Oleh karena itu, pemimpin yang baik pasti memerlukan orang-orang
di sekitarnya, yang memiliki hati tulus, takut akan Tuhan serta juga cerdas dan
bijak. Berbahagialah pemimpin yang memiliki penasehat seperti itu. Namun
celakalah pemimpin yang justru mencurigai para penasehatnya karena takut mereka
mengambil tahtanya. Apalagi jika ini adalah pemimpin rohani yang memimpin atau
menggembalakan suatu jemaat. Jika ada pemimpin rohani yang seperti ini, menurut
pendapat saya, ia sudah tidak layak lagi menjadi pemimpin. Keputusan-keputusannya
akan berubah dari obyektif menjadi subyektif, dan pada akhirnya jemaat dan
pekerjaan Tuhan pula yang akan dirugikan.
Bacaan
Alkitab: 1 Tawarikh 27:32-34
27:32 Yonatan, saudara ayah Daud,
adalah penasihat; dia seorang cerdas dan ahli kitab. Yehiel bin Hakhmoni
membantu anak-anak raja.
27:33 Ahitofel adalah penasihat raja;
Husai, orang Arki, adalah sahabat raja.
27:34 Yang menggantikan Ahitofel
kemudian ialah Yoyada bin Benaya dan Abyatar. Panglima raja ialah Yoab.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.