Senin, 26 September 2016

Menyikapi Janda Muda dalam Gereja menurut Alkitab



Selasa, 27 September 2016
Bacaan Alkitab: 1 Timotius 5:11-15
Karena itu aku mau supaya janda-janda yang muda kawin lagi, beroleh anak, memimpin rumah tangganya dan jangan memberi alasan kepada lawan untuk memburuk-burukkan nama kita. (1 Tim 5:11-15)


Menyikapi Janda Muda dalam Gereja menurut Alkitab


Apa yang kita pikirkan ketika kita mendengar istilah “Janda Muda”? Meskipun istilah itu sebenarnya istilah yang “netral”, tetapi mungkin bagi sebagian masyarakat Indonesia yang mendengarnya akan berpikiran negatif. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia kata “janda” dapat diartikan sebagai “wanita yang tidak bersuami lagi karena bercerai ataupun karena ditinggal mati suaminya”. Jadi seorang wanita dapat disebut janda jika suaminya telah meninggal atau jika sudah bercerai dengan suaminya. Kata “muda” merujuk pada proses terjadinya proses penjandaan yang terjadi di usia yang cukup muda (biasanya di bawah 40 tahun, atau di bawah 30 tahun). Tentu ada sejumlah alasan mengapa seorang wanita menjadi janda. Bisa jadi suaminya telah meninggal terlebih dahulu sehingga menjadi janda, atau karena wanita itu kurang hati-hati ketika memilih suami, sehingga pernikahannya tidak bahagia dan akhirnya mereka bercerai (walau tidak jelas juga siapa yang menceraikan dan alasan perceraiannya apa). 

Dalam kekristenan yang benar, tidak ada kata cerai. Oleh karena itu ketika Paulus menulis surat 1 Timotius, definisi janda ini tidak berlaku bagi mereka yang telah menikah dalam posisi telah menjadi orang Kristen. Janda di sini adalah para wanita yang memang ditinggal mati suaminya atau para wanita yang diceraikan suaminya sebelum mereka mengenal kebenaran Injil. Dalam konteks inilah, jemaat Tuhan diminta untuk memperhatikan para janda, tetapi Paulus menegaskan bahwa janda-janda muda harus ditolak dari daftar, karena mereka masih sangat mungkin untuk ingin kawin kembali (ay. 11). Padahal pada masa itu janda mendapatkan semacam perhatian dan “santunan” dari jemaat mengingat ia tidak memiliki suami. Diharapkan dengan mendapatkan perhatian dan santunan tersebut, para janda dapat lebih giat lagi melayani dalam pekerjaan Tuhan.

Namun janda-janda yang lebih muda yang ingin kawin lagi, itu sama saja memungkiri kesetiaan awal kepada Tuhan, karena bisa jadi mereka menikah dengan orang non Kristen, yang artinya sama saja mengkhianati Tuhan (ay. 12). Hal ini cukup mengkhawatirkan Paulus karena dapat merusak iman orang Kristen lainnya. Janda-janda muda ini juga ternyata cukup sering keluar masuk rumah orang, bermalas-malasan, bahkan mencampuri soal orang lain (ay. 13). Adalah sangat berbahaya jika janda muda ini bertemu dengan pemuda yang masih polos, yang masih belum mengerti apa-apa sementara janda muda ini sudah pernah merasakan kenikmatan hubungan seksual (apalagi mereka yang menjadi janda karena diceraikan). Akibatnya, cukup banyak pemuda-pemuda yang polos yang akhirnya tergoda oleh rayuan janda muda.

Oleh karena itu, nasehat Paulus sangatlah singkat namun jelas, yaitu agar para janda muda menikah kembali, beroleh anak, memimpin rumah tangganya, sehingga tidak ada alasan untuk menjelek-jelekkan orang Kristen dan nama Kristus (ay. 14). Sekilas sepertinya mudah, tetapi urutan ini sering terlewati. Tidak jarang janda-janda muda justru tidak menikah lalu beroleh anak, tetapi beroleh anak (baca: hamil duluan) baru menikah. Janda-janda muda seperti ini adalah mereka yang tidak dapat mengendalikan nafsu seksual mereka, sehingga bukannya justru menjaga nama Tuhan dipermalukan, merekalah yang orang-orang yang justru mempermalukan nama Tuhan. Ini disamakan Paulus sebagai janda-janda yang mengikut iblis (ay. 15).

Karena masalah janda sangatlah sensitif, maka Paulus pun mengatur dengan begitu jelas mengenai sikap terhadap janda-janda yang ada di dalam jemaat. Khusus untuk janda muda, pendeta dan gereja harus mendorong mereka untuk menikah lagi, tentu dengan cara dan urutan yang benar. Jika tidak, maka itu sama saja dengan menanam bom waktu yang suatu saat akan meledak. Para pendeta dan gembala sidang harus peka terhadap hal ini. Firman Tuhan sudah memberi panduan dengan jelas, tinggal apakah para pendeta, gembala, dan pemimpin jemaat mau melakukan Firman Tuhan ini atau tidak. Arahkan janda-janda muda ke jalan yang benar, jika tidak, maka pasti akan muncul masalah baru yang lebih besar.


Bacaan Alkitab: 1 Timotius 5:11-15
5:11 Tolaklah pendaftaran janda-janda yang lebih muda. Karena apabila mereka sekali digairahkan oleh keberahian yang menceraikan mereka dari Kristus, mereka itu ingin kawin
5:12 dan dengan memungkiri kesetiaan mereka yang semula kepada-Nya, mereka mendatangkan hukuman atas dirinya.
5:13 Lagipula dengan keluar masuk rumah orang, mereka membiasakan diri bermalas-malas dan bukan hanya bermalas-malas saja, tetapi juga meleter dan mencampuri soal orang lain dan mengatakan hal-hal yang tidak pantas.
5:14 Karena itu aku mau supaya janda-janda yang muda kawin lagi, beroleh anak, memimpin rumah tangganya dan jangan memberi alasan kepada lawan untuk memburuk-burukkan nama kita.
5:15 Karena beberapa janda telah tersesat mengikut Iblis.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.