Jumat, 30 September 2016

Tabib Palsu



Sabtu, 1 Oktober 2016
Bacaan Alkitab: Ayub 13:4-5
Sebaliknya kamulah orang yang menutupi dusta, tabib palsulah kamu sekalian. (Ayb 13:4)


Tabib Palsu


Masih berbicara tentang kepalsuan, hari ini kita akan belajar mengenai tabib palsu. Memang istilah ini hanya muncul satu kali dalam Alkitab baik di Perjanjian Lama maupun di Perjanjian Baru. Istilah tabib palsu di sini tidak merujuk kepada tabib atau dokter secara jasmani, yang menyembuhkan penyakit-penyakit orang secara jasmani. Akan tetapi, Ayub menggunakan istilah tabib palsu kepada mereka-mereka yang berkata-kata atau berkoar-koar seakan-akan sebagai orang bijak, bahkan dengan mengutip ayat-ayat Firman Tuhan. Tetapi pada kenyataannya setiap kalimat yang dikeluarkan itu adalah dusta dan bukanlah kebenaran.

Ayub berkata bahwa orang-orang seperti itu, yang mengatakan dusta, bahkan menutupi dusta dengan dusta yang lebih lagi, adalah para tabib palsu (ay 4). Orang-orang seperti ini mungkin pada awalnya berkoar-koar dengan mengutip ayat-ayat Alkitab, sambil berkata bahwa dirinya adalah orang yang benar dan suci. Namun seiring berjalannya waktu, ternyata semua ucapan yang pernah dikeluarkan dari mulut mereka sebelumnya hanyalah bualan dan omong kosong. Setiap koar-koar yang dikatakan hanyalah kata-kata yang sia-sia dan tidak pernah dilakukan.

Ketika kemudian mereka ditanya mengenai ucapan yang pernah mereka katakan dahulu, maka mereka segera menutupinya dengan dusta juga. Biasanya mereka “ngeles” dengan ucapan “itu kan dulu, sekarang sudah tidak begitu lagi”, atau “sekarang saya sudah mencabut perkataan saya yang dulu”, dan lain sebagainya. Hal itu menunjukkan bahwa orang-orang seperti ini, yaitu tabib-tabib palsu, adalah mereka yang tidak konsisten dalam hal omongannya (di masa lalu dan di masa sekarang). Mereka juga dapat dikatakan sebagai orang yang tidak konsisten dalam hal perkataan dan perbuatan.

Saya rasa, tepat sekali perkataan Ayub kepada para tabib palsu ini: “sekiranya kamu menutup mulut, itu akan dianggap kebijaksanaan dari padamu” (ay. 5). Artinya adalah, daripada berkoar-koar tentang apa yang tidak bisa dilakukan atau apa yang tidak pernah dilakukan, alangkah baiknya seseorang diam saja. Ini tidak melihat apakah orang tersebut berada dalam kondisi yang salah (misal melakukan kesalahan atau dosa) atau kondisi yang benar (misal difitnah karena kebenaran, atau mengomentari “nasib” orang lain yang sedang ditimpa kemalangan). Dalam kondisi tersebut sebaiknya hati-hati mengucapkan perkataan kita supaya perkataan kita justru merugikan orang lain.

Orang yang tidak dapat mengendalikan lidahnya hanya akan menjadi batu sandungan dan mempermalukan nama Tuhan. Sayangnya, hal ini cukup sering terjadi kepada mereka yang sering berbicara, yaitu mereka yang sudah melayani sebagai pengkhotbah di gereja atau persekutuan. Apalagi mereka juga dipandang lebih mengerti kebenaran Firman Tuhan. Jika para pengkhotbah tidak hati-hati, maka mereka tidak menjadi tabib yang benar, tetapi justru menjadi tabib-tabib palsu, dimana mungkin di atas mimbar mereka berkoar-koar dengan mengutip ayat-ayat Alkitab, tetapi ketika masalah datang, segala ucapannya di atas mimbar tidak terbukti. Apa yang diucapkan akan berbeda dengan tindakan yang dilakukan. Tidak jarang mereka akan menutupi rasa malu mereka dengan dusta dan kebohongan untuk mempertahankan posisinya.


Bacaan Alkitab: Ayub 13:4-5
13:4 Sebaliknya kamulah orang yang menutupi dusta, tabib palsulah kamu sekalian.
13:5 Sekiranya kamu menutup mulut, itu akan dianggap kebijaksanaan dari padamu.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.