Sabtu, 1 Oktober 2016
Bacaan
Alkitab: Ayub 13:4-5
Sebaliknya kamulah orang yang menutupi dusta, tabib palsulah kamu sekalian.
(Ayb 13:4)
Tabib Palsu
Masih berbicara tentang kepalsuan, hari
ini kita akan belajar mengenai tabib palsu. Memang istilah ini hanya muncul
satu kali dalam Alkitab baik di Perjanjian Lama maupun di Perjanjian Baru.
Istilah tabib palsu di sini tidak merujuk kepada tabib atau dokter secara
jasmani, yang menyembuhkan penyakit-penyakit orang secara jasmani. Akan tetapi,
Ayub menggunakan istilah tabib palsu kepada mereka-mereka yang berkata-kata
atau berkoar-koar seakan-akan sebagai orang bijak, bahkan dengan mengutip
ayat-ayat Firman Tuhan. Tetapi pada kenyataannya setiap kalimat yang
dikeluarkan itu adalah dusta dan bukanlah kebenaran.
Ayub berkata bahwa orang-orang seperti
itu, yang mengatakan dusta, bahkan menutupi dusta dengan dusta yang lebih lagi,
adalah para tabib palsu (ay 4). Orang-orang seperti ini mungkin pada awalnya
berkoar-koar dengan mengutip ayat-ayat Alkitab, sambil berkata bahwa dirinya
adalah orang yang benar dan suci. Namun seiring berjalannya waktu, ternyata
semua ucapan yang pernah dikeluarkan dari mulut mereka sebelumnya hanyalah
bualan dan omong kosong. Setiap koar-koar yang dikatakan hanyalah kata-kata
yang sia-sia dan tidak pernah dilakukan.
Ketika kemudian mereka ditanya mengenai
ucapan yang pernah mereka katakan dahulu, maka mereka segera menutupinya dengan
dusta juga. Biasanya mereka “ngeles” dengan ucapan “itu kan dulu, sekarang
sudah tidak begitu lagi”, atau “sekarang saya sudah mencabut perkataan saya
yang dulu”, dan lain sebagainya. Hal itu menunjukkan bahwa orang-orang seperti
ini, yaitu tabib-tabib palsu, adalah mereka yang tidak konsisten dalam hal
omongannya (di masa lalu dan di masa sekarang). Mereka juga dapat dikatakan
sebagai orang yang tidak konsisten dalam hal perkataan dan perbuatan.
Saya rasa, tepat sekali perkataan Ayub
kepada para tabib palsu ini: “sekiranya kamu menutup mulut, itu akan dianggap
kebijaksanaan dari padamu” (ay. 5). Artinya adalah, daripada berkoar-koar
tentang apa yang tidak bisa dilakukan atau apa yang tidak pernah dilakukan,
alangkah baiknya seseorang diam saja. Ini tidak melihat apakah orang tersebut
berada dalam kondisi yang salah (misal melakukan kesalahan atau dosa) atau
kondisi yang benar (misal difitnah karena kebenaran, atau mengomentari “nasib”
orang lain yang sedang ditimpa kemalangan). Dalam kondisi tersebut sebaiknya
hati-hati mengucapkan perkataan kita supaya perkataan kita justru merugikan
orang lain.
Orang yang tidak dapat mengendalikan
lidahnya hanya akan menjadi batu sandungan dan mempermalukan nama Tuhan.
Sayangnya, hal ini cukup sering terjadi kepada mereka yang sering berbicara,
yaitu mereka yang sudah melayani sebagai pengkhotbah di gereja atau
persekutuan. Apalagi mereka juga dipandang lebih mengerti kebenaran Firman
Tuhan. Jika para pengkhotbah tidak hati-hati, maka mereka tidak menjadi tabib
yang benar, tetapi justru menjadi tabib-tabib palsu, dimana mungkin di atas
mimbar mereka berkoar-koar dengan mengutip ayat-ayat Alkitab, tetapi ketika
masalah datang, segala ucapannya di atas mimbar tidak terbukti. Apa yang
diucapkan akan berbeda dengan tindakan yang dilakukan. Tidak jarang mereka akan
menutupi rasa malu mereka dengan dusta dan kebohongan untuk mempertahankan
posisinya.
Bacaan
Alkitab: Ayub 13:4-5
13:4 Sebaliknya kamulah orang yang menutupi dusta, tabib palsulah kamu
sekalian.
13:5 Sekiranya kamu menutup mulut, itu akan dianggap kebijaksanaan dari
padamu.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.