Sabtu, 26 November 2011
Bacaan Alkitab: 1 Samuel 15:20-23
“Tetapi jawab Samuel: "Apakah TUHAN itu berkenan kepada korban bakaran dan korban sembelihan sama seperti kepada mendengarkan suara TUHAN? Sesungguhnya, mendengarkan lebih baik dari pada korban sembelihan, memperhatikan lebih baik dari pada lemak domba-domba jantan.” (1 Sam 15:22)
Antara Mempersembahkan Korban atau Mendengarkan Suara Tuhan
Saul adalah raja pertama bangsa Israel yang Tuhan tunjuk setelah bangsa Israel menginginkan seorang raja. Awalnya Tuhan sendiri tidak menghendaki bangsa Israel memiliki seorang raja seperti bangsa-bangsa lain. Tuhan ingin agar Tuhan sendirilah yang menjadi raja bagi mereka. Itulah sebabnya sebelum dipimpin oleh Saul, bangsa Israel terlebih dahulu dipimpin oleh para hakim, selanjutnya dipimpin oleh Imam Besar Eli, dan terakhir dipimpin oleh Samuel. Mereka inilah orang-orang yang dipilih oleh Tuhan untuk memimpin bangsa Israel. Namun karena bangsa Israel bersikeras untuk tetap dipimpin seorang raja, akhirnya Tuhan pun memilih Saul menjadi raja atas bangsa Israel (1 Sam 10:1).
Namun ternyata Saul bukanlah tipe orang yang mau tunduk terhadap perintah Tuhan. Entah mungkin karena ia adalah raja pertama bangsa Israel, akhirnya ia pun merasa bahwa dirinyalah orang yang paling berkuasa di Israel. Akibatnya, ketika Tuhan memerintahkan Saul untuk menumpas bangsa Amalek dengan cara membunuh semuanya, laki-laki maupun perempuan, kanak-kanak maupun anak-anak yang menyusu, lembu maupun domba, unta maupun keledai (1 Sam 15:3), Saul tidak melakukan sepenuhnya apa yang seharusnya ia lakukan. Saul justru menangkap Agag, raja Amalek, secara hidup-hidup. Bahkan yang lebih parah lagi, Saul dan bangsa Israel hanya menumpas ternak-ternak yang buruk dan tidak berharga, tetapi ternak-ternak yang baik dan berharga justru dibawa pulang (1 Sam 15:8-9).
Akibatnya, Tuhan pun berfirman kepada Samuel untuk menanyakan hal tersebut kepada Saul (1 Sam 15:11). Pada posisi ini, seharusnya Saul sadar bahwa memang ia telah melakukan kesalahan, bahkan dua kali melakukan kesalahan. Yang pertama adalah Saul justru menangkap raja Amalek dengan hidup-hidup, dan yang kedua, Saul membiarkan rakyat untuk mengambil ternak-ternak bangsa Amalek. Pada kesalahan yang pertama, Saul bersalah atas tindakannya sendiri, tetapi pada kesalahan yang kedua, Saul bersalah karena membiarkan rakyatnya melakukan apa yang salah di mata Tuhan. Anehnya, Saul justru berkelit dan menyatakan bahwa ia telah menumpas orang Amalek dan hanya membawa satu orang yaitu Agag, raja Amalek (ay. 20), sedangkan mengenai bangsa Israel yang membawa ternak-ternak itu, Saul berkata bahwa ternak tersebut akan dipersembahkan untuk Tuhan (ay. 21). Tetapi jawab Samuel sangat tegas di ayat 22 dan 23: “Apakah TUHAN itu berkenan kepada korban bakaran dan korban sembelihan sama seperti kepada mendengarkan suara TUHAN? Sesungguhnya, mendengarkan lebih baik dari pada korban sembelihan, memperhatikan lebih baik dari pada lemak domba-domba jantan. Sebab pendurhakaan adalah sama seperti dosa bertenung dan kedegilan adalah sama seperti menyembah berhala dan terafim. Karena engkau telah menolak firman TUHAN, maka Ia telah menolak engkau sebagai raja.”
Sebetulnya, jika kita berpikir secara manusia, kadang-kadang kita melakukan apa yang Saul lakukan, misalnya, “Ah nggak apa-apa lah kita melakukan dosa yang satu itu, toh kita kan biasanya juga melakukan Firman Tuhan, cuma memang ada satu perintah Tuhan itu yang nggak kita lakukan”, atau justru kita melakukan apa yang bangsa Israel lakukan, misalnya “Ah, nggak apa-apa lah korupsi sedikit, toh nanti uangnya saya sumbangkan ke dana Natal, atau nanti saya pakai untuk membangun Gereja deh”. Sikap-sikap seperti itu ternyata tidak berkenan di hadapan Tuhan. Ketika Tuhan berfirman kepada kita, Tuhan ingin agar kita melakukan tepat seperti apa yang Tuhan perintahkan kepada kita. Jika Tuhan berfirman A, maka lakukanlah A, jika Tuhan berfirman B, maka lakukanlah B.
Saul dan bangsa Israel merasa bahwa apa yang mereka lakukan justru bagus, karena mereka dapat mempersembahkan korban kepada Tuhan. Tetapi Tuhan justru lebih suka agar kita sungguh-sungguh mendengarkan, memperhatikan, dan melaksanakan suara Tuhan ketimbang kita mempersembahkan korban-korban kepada Tuhan. Kita tidak mempersembahkan korban dan segala persembahan kita sebagai sarana untuk menyogok Tuhan, tetapi semua itu kita lakukan karena kita mengasihi Tuhan, dan tidak ada cara yang paling baik bagi kita untuk mengasihi Tuhan selain melakukan apa yang Tuhan ingin kita lakukan. Ingatlah, ketika kita tidak melakukan apa yang Tuhan perintahkan kepada kita, itu sama saja dengan penyembahan berhala karena kita bersikap durhaka kepada Tuhan, dan akibatnya sungguh mengerikan, Tuhan bisa menolak kita, seperti dahulu Tuhan telah menolak Saul menjadi raja karena telah melanggar Firman Tuhan. Mari kita belajar untuk dengar-dengaran kepada suara Tuhan dan sungguh-sungguh melakukan dengan apa yang Tuhan perintahkan kepada kita, tanpa kecuali.
Bacaan Alkitab: 1 Samuel 15:20-23
15:20 Lalu kata Saul kepada Samuel: "Aku memang mendengarkan suara TUHAN dan mengikuti jalan yang telah disuruh TUHAN kepadaku dan aku membawa Agag, raja orang Amalek, tetapi orang Amalek itu sendiri telah kutumpas.
15:21 Tetapi rakyat mengambil dari jarahan itu kambing domba dan lembu-lembu yang terbaik dari yang dikhususkan untuk ditumpas itu, untuk mempersembahkan korban kepada TUHAN, Allahmu, di Gilgal."
15:22 Tetapi jawab Samuel: "Apakah TUHAN itu berkenan kepada korban bakaran dan korban sembelihan sama seperti kepada mendengarkan suara TUHAN? Sesungguhnya, mendengarkan lebih baik dari pada korban sembelihan, memperhatikan lebih baik dari pada lemak domba-domba jantan.
15:23 Sebab pendurhakaan adalah sama seperti dosa bertenung dan kedegilan adalah sama seperti menyembah berhala dan terafim. Karena engkau telah menolak firman TUHAN, maka Ia telah menolak engkau sebagai raja."
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.