Rabu, 30 November 2011

Pilihan dalam Hidup

Selasa, 29 November 2011

Bacaan Alkitab: Yosua 24:14-15

“… pilihlah pada hari ini kepada siapa kamu akan beribadah … Tetapi aku dan seisi rumahku, kami akan beribadah kepada TUHAN!” (Yos 24:15)


Pilihan dalam Hidup


Hidup itu penuh dengan pilihan, mulai dari pilihan yang sederhana hingga pilihan yang rumit. Mungkin di awal hari kita akan memulai dengan pilihan jam berapa kita akan bangun, sarapan apa yang akan kita makan, baju apa yang akan kita pakai, transportasi apa yang akan kita gunakan untuk berangkat, dan seterusnya. Begitu sampai di kantor, kita pun akan mulai membuat pilihan-pilihan dalam pekerjaan kita, hingga kita pulang pun kita akan terus hidup dalam pilihan-pilihan. Memang ada beberapa hal dalam hidup yang tidak dapat kita pilih. Kita tidak bisa memilih hari kelahiran kita, di keluarga mana kita akan dilahirkan, kapan kita akan mati, dan bagaimana kita akan mati. Tetapi selain hal-hal tersebut, dalam hampir semua aspek, kita dituntut untuk membuat pilihan.

Dalam bacaan kita hari ini, kita melihat bagaimana Yosua mengumpulkan bangsa Israel setelah mereka menduduki tanah Kanaan. Yosua mengingatkan akan perbuatan-perbuatan Tuhan yang ajaib yang telah membawa keluar bangsa Israel secara ajaib dari tanah perbudakan di Mesir. Yosua juga mengingatkan akan campur tangan Tuhan yang membuat bangsa Israel mampu merebut kota-kota di Kanaan, melawan bangsa-bangsa yang diam di sana, dan membuat bangsa Israel mendapatkan kemenangan demi kemenangan (Yos 24:1-13).

Oleh karena itu, Yosua menantang bangsa Israel untuk takut akan Tuhan dan beribadah kepada Tuhan dengan tulus ikhlas dan setia. Yosua ingin agar bangsa Israel hanya takut dan tunduk kepada Tuhan, bukan kepada allah atau dewa yang lain. Yosua ingin agar bangsa Israel beribadah kepada Tuhan dengan tulus ikhlas, bukan dengan rasa terpaksa. Yosua ingin agar bangsa Israel beribadah kepada Tuhan dengan penuh kesadaran, bahwa memang hanya Tuhanlah yang patut disembah. Yosua pun ingin agar bangsa Israel tetap setia beribadah kepada Tuhan, dan tidak tergoda untuk menyembah dewa-dewa bangsa Kanaan (ay. 14).

Yosua pun tidak serta-merta memaksa bangsa Israel untuk tetap setia mengikut Tuhan. Yosua ingin bangsa Israel mengikut Tuhan dengan penuh kesadaran, karena jika bangsa Israel hanya mengikut Tuhan dengan terpaksa maka kesetiaan bangsa Israel itu pun hanya kesetiaan yang semu. Tetapi jika bangsa Israel mengikut Tuhan dengan penuh kesadaran, makakesetiaan mereka pun akan lebih teruji nantinya. Yosua berkata, bahwa jika bangsa Israel menganggap bahwa adalah tidak baik untuk beribadah kepada Tuhan, maka Yosua menawarkan untuk memilih menyembah allah-allah bangsa di seberang sungai efrat (allah nenek moyang zaman dulu), atau menyembah allah-allah bangsa Amori di tanah Kanan, yaitu allah yang disembah bangsa-bangsa di Kanaan pada saat itu (ay. 15a).

Walaupun demikian, Yosua dengan tegas mengatakan, bahwa seandainya bangsa Israel tidak mau mengikuti Tuhan dan memilih untuk beribadah kepada allah-allah atau dewa-dewa lain, Yosua dengan tegas mengatakan bahwa dia dan seisi rumahnya akan tetap beribadah kepada Tuhan (ay. 15b). Yosua dapat berbicara seperti itu bukan hanya karena ia adalah pemimpin Israel, tetapi karena Yosua sendiri telah mengalami pengalaman yang luar biasa dengan Tuhan. Yosua mulai dengan memimpin perang antara bangsa Israel melawan orang Amalek (Kel 17:10), Yosua pun telah mendampingi Musa di gunung Sinai (Kej 24:13), dan karena Yosua dan Kaleb adalah dua orang mata-mata yang tetap percaya kepada janji Tuhan walaupun mereka telah melihat bangsa-bangsa Kanaan adalah bangsa yang besar, maka hanya Yosua dan Kaleb yang dapat masuk ke Kanaan di antara orang-orang segenerasinya (Bil 14:38). Sebagai pemimpin bangsa Israel yang menggantikan Musa pun, ia telah melihat campur tangan Tuhan dalam merebut tanah perjanjian tersebut.

Mungkin kita berpikir, “Ah, kalau Tuhan sudah membuat mujizat seperti yang dilakukan ke bangsa Israel, saya pasti akan tetap memilih untuk beribadah kepada Tuhan”. Tetapi kita pun seharusnya sadar bahwa Tuhan pun masih mengadakan mujizat-mujizat dalam hidup kita. Kita masih hidup sehat sampai dengan saat ini pun semua karena berkat Tuhan. Kita masih dapat menghirup udara pagi yang segar pun adalah anugerah Tuhan. Bukankah kita seharusnya tetap beribadah kepada Tuhan? Ketika dihadapkan pada pilihan: mau tetap setia kepada Tuhan, ataukah berpaling kepada yang lain (demi mendapatkan jabatan yang lebih baik, demi mendapatkan pasangan hidup yang lebih cantik, atau demi hal-hal yang fana lainnya), apakah pilihan kita? Sanggupkah kita berkata “Tetapi aku dan seisi rumahku, kami akan beribadah kepada TUHAN”?


Bacaan Alkitab: Yosua 24:14-15

24:14 Oleh sebab itu, takutlah akan TUHAN dan beribadahlah kepada-Nya dengan tulus ikhlas dan setia. Jauhkanlah allah yang kepadanya nenek moyangmu telah beribadah di seberang sungai Efrat dan di Mesir, dan beribadahlah kepada TUHAN.

24:15 Tetapi jika kamu anggap tidak baik untuk beribadah kepada TUHAN, pilihlah pada hari ini kepada siapa kamu akan beribadah; allah yang kepadanya nenek moyangmu beribadah di seberang sungai Efrat, atau allah orang Amori yang negerinya kamu diami ini. Tetapi aku dan seisi rumahku, kami akan beribadah kepada TUHAN!"

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.