Selasa, 8 November 2011
Bacaan Alkitab: 1 Korintus 1:10-12
“Tetapi aku menasihatkan kamu, saudara-saudara, demi nama Tuhan kita Yesus Kristus, supaya kamu seia sekata dan jangan ada perpecahan di antara kamu, tetapi sebaliknya supaya kamu erat bersatu dan sehati sepikir.” (1 Kor 1:10)
One Heart
Judul renungan ini sebenarnya tak ada hubungannya dengan promosi sebuah merk sepeda motor. Ya, walaupun saya pernah bekerja di pabrik yang memproduksi sepeda motor tersebut sekitar 4 tahun lamanya, tapi slogan “one heart” atau “satu hati” itu baru dilaunching setelah saya pindah ke pekerjaan saya yang baru.
Awalnya saya pun bingung, apa hubungannya sepeda motor dengan slogan “one heart”? Beberapa slogan merk lainnya pun terkesan lebih masuk dengan image sepeda motor. Saya mencoba berpikir dan merenungkan hal ini. Dan akhirnya saya mendapat kesimpulan sendiri, yang intinya perusahaan ingin membangun prinsip sehati dalam menjalankan bisnisnya, mulai dari manajemen hingga ke seluruh pegawai, ke supplier bahan baku, bahkan tentunya hingga ke pelanggan. Dengan demikian diharapkan ada ikatan yang kuat antara seluruh stakeholder di perusahaan tersebut. Dengan ikatan yang kuat tersebut, diharapkan konsumen pun menjadi konsumen yang loyal, sedangkan dari pihak pegawai pun juga mampu bekerja dengan baik karena mereka sadar bahwa produk yang dihasilkan pun nantinya akan digunakan oleh para konsumen membelinya. Ya, kira-kira begitulah analisis dari saya, walaupun memang saya belum pernah menanyakan langsung ke teman-teman saya yang ada di perusahaan tersebut.
Tapi sebenarnya prinsip “one heart” alias “satu hati” ini pun sudah ada di Alkitab kita yang ditulis kira-kira 2000 tahun yang lalu. Prinsip ini mulai muncul pada jemaat mula-mula setelah kenaikan Tuhan Yesus ke surga. Dikatakan bahwa ketika menantikan turunnya Roh Kudus, murid-murid berdoa dengan sehati (Kis 1:14). Bahkan kehidupan jemaat mula-mula pun dikatakan hidup dengan sehati satu sama lainnya (Kis 2:46 dan 3:42). Bahkan Paulus pun menasihatkan jemaat-jemaat agar hidup sehati sepikir, khususnya dalam suratnya kepada jemaat di Roma (Rm 12:16), jemaat di Korintus (1 Kor 1:10, 2 Kor 13:11), dan terlebih kepada jemaat di Filipi (Flp 2:2, 2:20, dan 4:2).
Dalam bacaan Alkitab kita hari ini, Paulus ingin adanya kesatuan dalam jemaat Tuhan. Hal tersebut tidak hanya berlaku pada zaman di mana Paulus menulis surat ini, tetapi juga masih relevan pada zaman kita saat ini. Paulus mengharapkan jemaat di Korintus tidak mengalami perpecahan, tetapi harus seia sekata, erat bersatu, dan sehati sepikir (ay. 10). Hal ini tentunya sejalan dengan apa yang Tuhan Yesus inginkan atas murid-muridNya (jemaatNya), yaitu agar mereka menjadi satu (Yoh 17:21-22). Tuhan Yesus ingin agar jemaat Tuhan menjadi satu seperti Bapa dan Yesus adalah satu. Satu di sini berarti memiliki satu hati, satu tujuan, satu visi yaitu untuk melakukan kehendak Bapa di surga.
Dalam kondisi jemaat di Korintus, muncul perselisihan dalam jemaat karena mereka saling mengatakan bahwa mereka menyebut diri mereka adalah golongan-golongan tertentu, misal golongan Paulus, golongan Apolos, golongan Kefas, bahkan ada yang menyebut sebagai golongan Kristus (ay. 11:12) Bukan golongan-golongan itu yang penting, karena bagi Paulus, tidak penting siapa yang mengajar, siapa yang membaptis, tetapi yang terpenting adalah Tuhan yang menjadi pusat dalam kehidupan kita (1 Kor 3:7).
Dalam kehidupan bergereja pun, saya rasa masih ada beberapa gereja atau jemaat yang masih terkotak-kotak. Jika ada gereja A mengadakan acara, belum tentu jemaat dari gereja B mau ikut ambil bagian dengan alasan bahwa mereka berbeda aliran. Atau mungkin ada beberapa pendeta yang “menjelek-jelekkan” gereja lain di atas mimbar dan berkata bahwa gerejanya adalah gereja yang paling diberkati Tuhan. Kadang-kadang saya berpikir, katanya kita ini adalah murid-murid Tuhan, tapi kenapa jika ada perselisihan dalam gereja kemudian para pihak yang berselisih ini langsung mundur dari gereja dan membuat gereja aliran baru? Coba kita hitung, ada berapa denominasi gereja di Indonesia ini yang berasal dari perpecahan gereja? Saya tidak mau menghakimi dan berkata bahwa itu adalah salah, tetapi mari kita renungkan, jika orang lain yang belum percaya Tuhan melihat bahwa antar jemaat-jemaat Tuhan saja ada perselisihan bahkan hingga menyebabkan pecahnya suatu aliran gereja, bagaimana mereka bisa tertarik untuk mengenal kasih Tuhan? Ingatlah bahwa pada zaman gereja mula-mula, banyak orang mulai ikut bergabung dalam jemaat, karena adanya kasih yang tulus dalam jemaat. Jadi, mari kita stop perselisihan, dan mulailah memiliki prinsip “one heart” dalam kehidupan sehari-hari kita, terlebih dalam kehidupan berjemaat.
Bacaan Alkitab: 1 Korintus 1:10-12
1:10 Tetapi aku menasihatkan kamu, saudara-saudara, demi nama Tuhan kita Yesus Kristus, supaya kamu seia sekata dan jangan ada perpecahan di antara kamu, tetapi sebaliknya supaya kamu erat bersatu dan sehati sepikir.
1:11 Sebab, saudara-saudaraku, aku telah diberitahukan oleh orang-orang dari keluarga Kloë tentang kamu, bahwa ada perselisihan di antara kamu.
1:12 Yang aku maksudkan ialah, bahwa kamu masing-masing berkata: Aku dari golongan Paulus. Atau aku dari golongan Apolos. Atau aku dari golongan Kefas. Atau aku dari golongan Kristus.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.