Kamis, 21 Desember 2017
Bacaan
Alkitab: Lukas 2:25-31
Sekarang, Tuhan, biarkanlah hamba-Mu ini pergi dalam damai sejahtera,
sesuai dengan firman-Mu. (Luk 2:29)
My Last Christmas
Judul renungan saya hari ini adalah
tema natal saya pribadi untuk tahun ini, yang berjudul “MY LAST CHRISTMAS”. Tentu
kalimat judul renungan hari ini yaitu “My Last Christmas” bukan berarti tahun
depan saya akan pindah agama sehingga tidak merayakan natal lagi. Akan tetapi,
bagi saya secara pribadi, ini adalah tema natal saya, dimana tema ini begitu
kuat saya rasakan di tengah hiruk pikuk natal yang dirayakan oleh kebanyakan
orang Kristen lainnya. Kebanyakan orang Kristen memandang bahwa merindukan hari
raya natal, memasang pohon natal, menghadiri perayaan-perayaan natal, dan lain
sebagainya adalah suatu hal yang wajar. Tetapi dibalik apa yang dipandang wajar
tersebut, ada satu hal yang perlu kita persoalkan, bagaimana jika natal ini
adalah natal terakhir kita? Sudah siapkan kita?
Oleh karena itu pada renungan hari ini
kita akan belajar dari salah satu tokoh di Perjanjian Baru yang sering luput
dari pengamatan orang Kristen dan juga para pendeta/pengkhotbah, yaitu Simeon.
Simeon dikatakan sebagai seorang yang benar dan saleh (ay. 25a). Ia dikatakan
benar dan saleh karena ia menantikan penghiburan bagi bangsa Israel (ay. 25b).
Kata penghiburan di sini bukan sekedar penghiburan dalam arti jasmani, misal
jika lapar maka akan dikenyangkan, atau jika haus akan dipuaskan, atau jika
dijajah maka akan dilepaskan/dimerdekakan. Penghiburan yang dimiliki Simeon di
sini lebih merujuk kepada makna rohani dimana ia begitu bersukacita dan hatinya
merasa terhibur ketika melihat bahwa Mesias telah datang bagi bangsa Israel.
Dalam Alkitab, Simeon tercatat sebagai orang
yang sangat unik karena nyaris tidak ditemukan orang seperti dirinya di
tengah-tengah bangsa Israel pada waktu itu. Kebanyakan orang Israel pada waktu
itu memang mengharapkan kedatangan Mesias, tetapi Mesias yang mereka pahami
adalah Mesias yang akan melepaskan bangsa Israel dari tangan penjajah Romawi.
Sementara itu Simeon memahami kedatangan Mesias yang akan membawa penghiburan
bagi bangsa Israel dalam arti rohani. Dalam bahasa aslinya kata penghiburan di
sini adalah paraklésis yang erat
hubungannya dengan kata paraklétos (penghibur),
yaitu kata yang digunakan untuk merujuk Roh Kudus (Yoh 14:26). Tentu bukan
tanpa alasan jika Alkitab menulis bahwa Roh Kudus ada di atas diri Simeon (ay.
25c), karena ia menantikan penghiburan yang benar atas Israel, sama seperti Roh
Kudus juga akan memberikan penghiburan kepada orang percaya.
Begitu besarnya pengharapan Simeon akan
Mesias yang benar, sehingga Roh Kudus menyatakan bahwa ia tidak akan mati sebelum
melihat Mesias, yaitu orang yang diurapi oleh Tuhan (ay. 26). Mungkin ada yang
bertanya, bukankah Roh Kudus baru dicurahkan pada hari Pentakosta, sementara
Simeon hidup sebelum hari Pentakosta? Pertanyaan itu sebetulnya tidak perlu
diperdebatkan karena bahkan di zaman Perjanjian Lama pun, Roh Tuhan dapat memenuhi
seseorang bahkan membuat semacam manifestasi-manifestasi pada orang tersebut.
Namun demikian, Roh Tuhan dalam Perjanjian Lama hanya bersifat temporer,
sedangkan sejak hari Pentakosta, Roh Tuhan (yang dikenal dengan nama Roh Kudus)
dimungkinkan tinggal secara permanen dalam diri orang percaya, menuntun orang
percaya dalam kebenaran setiap saat, sehingga mereka boleh menjadi anak-anak
Allah yang hidup benar dan kudus selamanya. Istilah Roh Kudus sendiri baru
dikenal pada zaman Perjanjian Baru setelah hari Pentakosta, sehingga ketika Lukas
menulis surat ini, ia tentu telah mengenal Roh Kudus.
Janji Tuhan kepada Simeon sebenarnya
sangat unik. Tidak banyak orang yang mungkin mau ketika diberikan janji semacam
itu. Bayangkan saja, janji yang diberikan adalah bahwa ia tidak akan mati
sebelum melihat Mesias. Apakah kita mau diberikan janji Tuhan yang mirip
seperti itu, misal kita tidak akan mati sebelum melihat cucu kita? Kebanyakan
dari kita memilih tidak mau janji itu karena begitu cucu kita lahir maka bisa
jadi sebentar lagi kita akan mati. Kita mungkin justru tidak akan bahagia
ketika tahu bahwa cucu kita lahir karena itu berarti sisa hidup kita mungkin
tidak lama lagi.
Tetapi berbeda dengan Simeon, ia sangat
merindukan natal (yaitu hari kelahiran Yesus Kristus) walaupun mungkin sebentar
lagi ia akan mati. Tentu natal yang Simeon rindukan berbeda dengan peringatan natal
yang dirindukan kebanyakan orang Kristen saat ini. Simeon benar-benar
merindukan kelahiran Juruselamat yaitu Mesias, bukan karena ia ingin Mesias
tersebut mengalahkan bangsa Romawi, tetapi karena ia tahu bahwa Mesias datang
untuk menyelamatkan dunia, yaitu setiap orang yang mau percaya kepada-Nya.
Simeon berhasil menemukan makna natal yang sebenarnya di tengah-tengah
bangsanya yang gagal memahami apa arti natal yaitu kelahiran Yesus Kristus di
dalam dunia.
Roh Kudus bahkan menuntunnya untuk
datang ke Bait Allah pada waktu yang bersamaan ketika Yesus dibawa masuk oleh
orang tuanya ke dalam Bait Allah untuk menggenapi hukum Taurat (ay. 27). Roh
Kudus menyatakan bahwa Yesus itulah Mesias yang telah lahir bagi dunia. Oleh
karena itu Simeon menyambut bayi Yesus, menatang-Nya dan memuji Allah (ay. 28).
Setelah melihat Mesias dalam rupa bayi Yesus, maka Simeon tidak mau
menunda-nunda atau mengulur-ulur waktu hidupnya. Sesuai dengan pernyataan Roh
Kudus bagi dirinya, Simeon pun berkata: “Sekarang Tuhan, biarkanlah hamba-Mu
ini pergi dalam damai sejahtera, sesuai dengan firman-Mu, sebab mataku telah
melihat keselamatan yang dari pada-Mu. yang telah Engkau sediakan di hadapan
segala bangsa, yaitu terang yang menjadi penyataan bagi bangsa-bangsa lain dan
menjadi kemuliaan bagi umat-Mu, Israel” (ay. 29-32). Kalimat Simeon ini
benar-benar tulus dan keluar dari hatinya yang murni. Ia tidak berkata munafik di
depan orang tua Yesus, tetapi berkata apa adanya di hadapan Tuhan dan juga
manusia.
Oleh karena itu Simeon menyambut
kelahiran Yesus dengan penuh sukacita. Baginya, inilah natal terakhir dan
satu-satunya bagi dirinya. Bagi Simeon, ketika ia sudah melihat natal yang
benar itu (yaitu kelahiran Sang Juruselamat dunia), maka hidupnya sudah
sempurna. Tiada yang ia nanti lagi saat ini di dunia selain merindukan hari
kematiannya. Simeon adalah salah satu dari sedikit orang yang merindukan hari
kematiannya di dalam Alkitab. Semangat itulah yang saat ini saya coba kenakan
dalam menyambut natal tahun ini.
Sebenarnya bagi saya secara pribadi, hari
natal itu sama saja dengan hari-hari lainnya, termasuk hari paskah, hari ulang
tahun, dan hari-hari lainnya. Semakin belajar kebenaran, saya menyadari bahwa
seharusnya hanya ada satu hari yang kita rindukan, yaitu hari kematian kita
atau hari kedatangan Tuhan Yesus yang kedua kali (mana yang lebih dahulu
terjadi). Oleh karena itu, saya rindu melewati natal tahun ini dengan sikap
hati yang benar, bahkan sebenar-benarnya, supaya saya menemukan makna natal
yang sejati di tahun ini dan tidak menyikapi natal dengan salah.
Saya berharap selepas natal tahun ini,
saya bisa berkata kepada Tuhan: “Tuhan, aku telah merasakan natal yang
sebenarnya tahun ini. Bagiku cukup sudah segala keindahan dunia, jika ini benar-benar
adalah natal terakhirku, biarkanlah aku pulang kepada-Mu”. Bagi saya sukacita selama puluhan hari
natal yang terlewati tidak ada artinya dibandingkan dengan sukacita pada satu
hari yaitu hari kedatangan Tuhan Yesus yang kedua kalinya. Saya harus semakin
mempersiapkan diri sehingga saya bisa berkata bahwa natal ini bisa jadi adalah
natal terakhir saya. It might be my last Christmas. Bahkan setiap hari
juga bisa jadi adalah hari terakhir saya hidup di dunia ini. Oleh karena itu, saya
mengajak kita semua untuk semakin mempersiapkan diri menyambut akhir hidup
kita, mengisi setiap hari dengan kekudusan dan kebenaran, sehingga kapanpun kita
dipanggil Tuhan, kita telah siap sedia.
Bacaan
Alkitab: Lukas 2:25-31
2:25 Adalah di Yerusalem seorang bernama Simeon. Ia seorang yang benar dan
saleh yang menantikan penghiburan bagi Israel. Roh Kudus ada di atasnya,
2:26 dan kepadanya telah dinyatakan oleh Roh Kudus, bahwa ia tidak akan
mati sebelum ia melihat Mesias, yaitu Dia yang diurapi Tuhan.
2:27 Ia datang ke Bait Allah oleh Roh Kudus. Ketika Yesus, Anak itu, dibawa
masuk oleh orang tua-Nya untuk melakukan kepada-Nya apa yang ditentukan hukum
Taurat,
2:28 ia menyambut Anak itu dan menatang-Nya sambil memuji Allah, katanya:
2:29 "Sekarang, Tuhan, biarkanlah hamba-Mu ini pergi dalam damai
sejahtera, sesuai dengan firman-Mu,
2:30 sebab mataku telah melihat keselamatan yang dari pada-Mu,
2:31 yang telah Engkau sediakan di hadapan segala bangsa,
2:32 yaitu terang yang menjadi penyataan bagi bangsa-bangsa lain dan
menjadi kemuliaan bagi umat-Mu, Israel."
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.