Senin, 25 Desember 2017
Bacaan
Alkitab: Mazmur 73:2
Tetapi aku, sedikit lagi maka kakiku terpeleset, nyaris aku tergelincir.
(Mzm 73:2)
Mazmur 73 (Ayat 2): Nyaris Tergelincir
Selama ini saya kemana-mana pergi
menggunakan sepeda motor. Menggunakan sepeda motor memang memberikan sejumlah
keuntungan antara lain: lebih cepat (karena dapat menyelip di antara
kemacetan), lebih irit dibandingkan mobil, dan lebih praktis. Akan tetapi
menggunakan sepeda motor juga memiliki beberapa kekurangan karena dapat
kepanasan dan kehujanan, serta kapasitasnya yang terbatas.
Beberapa kali ketika saya mengendarai
sepeda motor, saya nyaris tergelincir atau terpeleset. Kondisi tersebut
biasanya terjadi ketika jalanan licin dan saya kurang hati-hati. Sebenarnya
saya sudah tahu kalau kondisi jalan sedang licin sehabis hujan, atau ketika ada
tanah liat/pasir di jalan. Hal tersebut seharusnya membuat pengendara motor
lebih berhati-hati. Namun ada kalanya saya juga sedang terburu-buru mengejar
waktu sehingga memacu motor saya dalam kecepatan yang lebih tinggi atau kurang
waspada melihat kondisi yang membahayakan. Akibatnya beberapa kali saya
tergelincir, bahkan sampai saya jatuh dari motor.
Demikian pula dengan pemazmur di dalam
Mazmur 73 ini. Ketika sebelumnya ia sadar bahwa Allah itu baik kepada
orang-orang yang tulus dan murni hatinya, tetapi kemudian ia menulis suatu
kondisi yang membuat ia nyaris tergelincir. Sebelum ia tergelincir, tenyata ada
kondisi dimana kakinya sedikit lagi terpeleset (ay. 2a). Kata sedikit lagi
dalam bahasa aslinya dapat diartikan sebagai little (kecil) atau a few (sedikit).
Ini menunjukkan betapa tipis perbedaan antara tapak kaki di tempat yang tepat,
dan tapak kaki yang berada di tempat yang salah. Ini menunjukkan posisi
pemazmur yang hampir berdiri di tempat yang salah dan dapat dengan mudah
terpeleset.
Untungnya pemazmur masih berpijak di
tempat yang benar. Ia tidak sampai terjatuh dan terpeleset (karena salah
berpijak), tetapi ia menyadari bahwa perbedaan antara tempat yang benar dan
yang salah itu sangatlah tipis. Bahkan pemazmur dengan jujur mengakui bahwa ia
nyaris tergelincir (ay. 2b). Tergelincir di sini dapat diartikan meleset karena
licin. Jadi ada sikap dalam diri pemazmur yang ternyata dapat membuat hidupnya
meleset di hadapan Tuhan. Meleset di sini tidak sekedar berarti sudah melakukan
tindakan yang salah, tetapi ini dapat dimulai dari pemahaman dan pola pikir
yang salah, yang membuat seseorang tidak dapat menemukan kebenaran.
Jika kita kembali belajar bahwa Asaf
adalah seorang pelayan di Bait Allah dari keturunan orang Lewi. Ia tentu telah
tahu ayat-ayat dalam hukum Taurat secara rinci. Ia juga telah belajar seluk
beluk liturgi dan tata cara ibadah bangsa Israel. Saya sendiri yakin bahwa Asaf
sudah paham apa yang namanya perbuatan yang baik dan yang salah. Saya yakin
secara hukum moral umum, Asaf sudah tidak diragukan lagi tingkat kesuciannya.
Namun demikian, ternyata pola pikirnya yang salah dapat membuat ia tergelincir
yaitu meleset dari apa yang benar menurut standar Tuhan. Hal ini akan kita
pelajari lebih lanjut dalam renungan-renungan selanjutnya.
Saya sendiri juga pernah berada dalam
kondisi yang seperti Asaf. Ada hal-hal yang saya pikir sebagai hal yang benar.
Tentu hal ini disebabkan oleh pemahaman yang saya terima selama puluhan tahun
dari gereja, pendeta, orang tua, bahkan orang-orang di sekitar saya. Namun
demikian, ketika ada satu waktu dalam kehidupan saya ketika saya menyadari
bahwa saya benar-benar nyaris tergelincir. Apa yang dahulu saya pandang baik,
ternyata tidaklah demikian, bahkan bisa jadi itu adalah ambisi saya semata.
Nyatanya, perbedaan antara apa yang dahulu saya pandang baik dan apa yang
benar-benar baik sangatlah tipis. Saya bersyukur Tuhan masih memberikan
kesempatan kepada saya untuk melihat kembali posisi kaki saya sehingga saya
tidak terpeleset dan tergelincir.
Saya yakin Asaf pun juga demikian.
Ketika ia menyadari bahwa ia nyaris tergelincir tetapi sadar di posisi kritis
itu, maka ia dapat berkata: Allah itu baik. Allah tidak hanya baik karena ia
menolong orang yang nyaris tergelincir, tetapi karena Ia membukakan mata orang
tersebut untuk menyadari keadaannya. Allah yang baik akan memberikan pemahaman
yang benar kepada orang-orang yang tulus dan murni hatinya untuk dapat
membedakan apa yang hanya terlihat baik, dan apa yang sungguh-sungguh baik. Oleh
karena itu, janganlah hanya meminta kepada Tuhan supaya membuat kita tidak
tergelincir, tetapi mintalah kepada Tuhan kemampuan untuk dapat melihat posisi
diri kita sendiri, apakah pijakan kaki kita sudah tepat atau sebenarnya kita
sedang berdiri di tempat yang salah.
Bacaan
Alkitab: Mazmur 73:2
73:2 Tetapi aku, sedikit lagi maka kakiku terpeleset, nyaris aku
tergelincir.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.