Jumat, 22 Desember 2017

Mudahnya Menjadi Seorang Imam



Sabtu, 23 Desember 2017
Bacaan Alkitab: 2 Tawarikh 13:8-11
Bukankah kamu telah menyingkirkan imam-imam TUHAN, anak-anak Harun itu, dan orang-orang Lewi, lalu mengangkat imam-imam menurut kebiasaan bangsa-bangsa negeri-negeri lain, sehingga setiap orang yang datang untuk ditahbiskan dengan seekor lembu jantan muda dan tujuh ekor domba jantan, dijadikan imam untuk sesuatu yang bukan Allah. (2 Taw 13:9)


Mudahnya Menjadi Seorang Imam


Konteks ayat bacaan kita hari ini adalah ketika kerajaan Israel (atau Israel Utara) hendak berperang melawan kerajaan Yehuda. Secara jumlah, tentara Israel jauh lebih banyak daripada tentara Yehuda, karena kerajaan Israel terdiri dari 10 suku dibandingkan kerajaan Yehuda yang terdiri dari 2 suku saja. Oleh karena itu, raja Abia berkata kepada segenap rakyat Israel yang hendak memerangi rakyat Yehuda supaya mereka mengurungkan niat mereka tersebut.

Tentu rakyat Israel (dan juga raja Israel) menyangka bahwa mereka dapat mempertahankan diri terhadap kerajaaN Tuhan yang dipegang oleh keturunan Daud (ay. 8a). Rakyat Israel berpikir bahwa jumlah mereka lebih banyak, mereka juga memiliki allah berupa anak lembu emas dibandingkan dengan Allah bangsa Yehuda yang tidak kelihatan (ay. 8b). Secara perhitungan manusiawi, kerajaan Israel tentu unggul atas kerajaan Yehuda dari segala sisi.

Namun demikian raja Abia sebagai raja Yehuda tahu posisi kerajaan Yehuda yang lebih unggul. Mereka memang secara perhitungan manusia tidak unggul, akan tetapi secara rohani mereka jauh lebih unggul. Raja Abia menyerukan dosa kerajaan Israel yaitu ketika raja Yerobeam menyingkirkan imam-imam Tuhan (yaitu anak-anak Harun) dan orang-orang Lewi (ay. 9a). Menyambung renungan saya di hari sebelumnya, hal ini disebabkan raja Yerobeam membuat patung anak lembu emas sebagai allah bangsa Israel. Oleh karena itu, para imam dan orang Lewi yang benar dihadapkan pada posisi sulit: menyangkal iman mereka dan tetap memegang jabatan imam atau tetap pada iman yang benar dengan risiko diusir dari kerajaan Israel.

Kita memang tidak tahu berapa persen imam dan orang Lewi yang memilih untuk pergi dan berapa persen yang memilih untuk tetap tinggal di Israel . Namun demikian, saya rasa jumlah imam dan orang Lewi yang memutuskan untuk pergi cukup banyak. Hal tersebut karena dikatakan bahwa raja Yerobeam mengangkat imam-imam dari suku-suku lainnya dan bahkan mempermudah syarat untuk menjadi imam. Disebutkan bahwa setiap orang yang datang dengan membawa seekor lembu jantan muda dan tujuh ekor domba jantan, dapat dijadikan imam di kerajaan Israel (ay. 9b).

Harga seekor lembu atau sapi saat tulisan ini dimuat berkisar antara Rp15 juta hingga Rp25 juta tergantung ukuran. Harga seekor domba atau kambing jantan biasanya sekitar Rp2 juta sampai Rp3 juta tergantung ukurannya. Sejak zaman Perjanjian Lama, perhitungan hewan korban sudah ditetapkan bahwa 7 domba sama dengan 1 lembu. Jadi ini bukanlah suatu ajaran yang baru tetapi berasal dari tradisi di bangsa Israel sekitar 3.000 tahun yang lalu. Jadi, orang yang memiliki uang kira-kira sebanyak Rp30 juta hingga Rp50 juta sudah dapat menjadi imam.

Di sini bukan masalah besar uangnya yang berbahaya, tetapi cara menjadi imam yang sangat berbahaya. Pada masa itu, seleksi untuk menjadi imam dibuka seluas-luasnya dengan syarat hanya membawa lembu atau domba. Bisa dibayangkan betapa merosotnya kualitas dan kualifikasi imam saat itu. Yang lebih berbahayanya, jika syarat menjadi imam adalah dengan membawa ternak dengan nominal tertentu, maka akan ada orang-orang yang berambisi menjadi imam lalu menyetor sejumlah ternak atau uang, dengan harapan mereka akan memperoleh keuntungan finansial dari jabatannya sebagai imam. Tidak heran bahwa imam-imam di kerajaan Israel Utara begitu buruknya sehingga banyak muncul nabi-nabi palsu dan penyesatan di sana. Imam-imam di sana tidak berani menyuarakan kebenaran sesuai hukum Taurat karena ada kepentingan pribadi yang bermain di sana, yaitu tentu saja uang.

Hal tersebut berbeda dengan para imam di kerajaan Yehuda (khususnya di masa raja Abia dan raja-raja yang benar lainnya), dimana mereka tidak pernah meninggalkan Tuhan. Anak-anak Harun bertindak melayani Tuhan sebagai imam dan orang-orang Lewi menunaikan tugas mereka sebagaimana yang diatur dalam hukum Taurat (ay. 10-11). Dalam Hukum Taurat jelas ditulis bahwa hanya orang Lewi yang berhak bertindak sebagai imam bagi bangsa Israel, sehingga tidak perlu ada jual beli jabatan imam, apalagi jika hanya dihargai seharga sekian ekor domba saja.

Jika jabatan imam (atau dalam konteks sekarang adalah para pelayan Tuhan) bisa diperjualbelikan, maka pasti hal tersebut merusak tatanan yang benar. Imam menjadi suatu profesi yang gampangan, dan tentu orientasinya adalah pada uang dan kekayaan dunia semata. Imam berlomba-lomba mencari pengikut yang mau mengikut dan memberi dukungan dana kepada dirinya. Tentu cara mencari pengikut ini adalah dengan khotbah-khotbah yang sensasional dan menarik telinga, sehingga banyak orang terpikat. Lambat laun akan terbangun suatu penyesatan yang sistematis untuk mempertahankan status imam-imam tersebut. Tidak heran pada akhirnya sejarah memang membuktikan bahwa kualitas rohani kerajaan Israel Utara jauh lebih rendah dari kerajaan Yehuda, sehingga mereka harus takluk dari kerajaan Asyur dan dibuang bahkan sampai sekarang mereka sudah bercampur baur dengan bangsa-bangsa lainnya dan kehilangan jejak silsilahnya.

Saya tidak menampik bahwa ada masanya gereja Tuhan membutuhkan para pelayan Tuhan dalam jumlah besar sehingga seakan-akan pintu kesempatan dibuka selebar-lebarnya sehingga setiap orang dapat lebih mudah menjadi pelayan yang disahkan oleh gereja atau sinode. Namun demikian, tetap harus ada proses pengendalian kualitas para pelayan Tuhan, khususnya mereka yang mengambil bagian dalam pelayanan di gereja. Kita tidak bisa membiarkan sembarang orang terlibat pelayanan di gereja, apalagi mereka yang belum teruji pertobatannya. Itulah sebabnya Rasul Paulus saja menulis syarat-syarat tertentu untuk menjadi seorang penilik jemaat atau penatua, misalnya harus memiliki nama baik di luar jemaat. Hal ini tentu bukan untuk mempersulit seseorang menjadi pelayan Tuhan, tetapi untuk menjaga mutu pelayan Tuhan supaya tetap sesuai dengan standar yang seharusnya. Jika kualitas orang-orang yang menjadi pelayan di gereja begitu jelek di pandangan orang luar (karena siapa saja bisa ditunjuk melayani), bagaimana gereja bisa menjadi saksi di lingkungan sekitarnya? Mereka yang di luar gereja akan berkata: “Kalau pelayan di gereja tersebut seburuk itu, bagaimana dengan jemaatnya?”. Jangan pernah mengorbankan kualitas pelayan di gereja dengan untuk mengejar kuantitas pelayanan.



Bacaan Alkitab: 2 Tawarikh 13:8-11
13:8 Tentu kamu menyangka, bahwa kamu dapat mempertahankan diri terhadap kerajaan TUHAN, yang dipegang keturunan Daud, karena jumlah kamu besar dan karena pada kamu ada anak lembu emas yang dibuat Yerobeam untuk kamu menjadi allah.
13:9 Bukankah kamu telah menyingkirkan imam-imam TUHAN, anak-anak Harun itu, dan orang-orang Lewi, lalu mengangkat imam-imam menurut kebiasaan bangsa-bangsa negeri-negeri lain, sehingga setiap orang yang datang untuk ditahbiskan dengan seekor lembu jantan muda dan tujuh ekor domba jantan, dijadikan imam untuk sesuatu yang bukan Allah.
13:10 Tetapi kami ini, TUHANlah Allah kami, dan kami tidak meninggalkan-Nya. Dan anak-anak Harunlah yang melayani TUHAN sebagai imam, sedang orang Lewi menunaikan tugasnya,
13:11 yakni setiap pagi dan setiap petang mereka membakar bagi TUHAN korban bakaran dan ukupan dari wangi-wangian, menyusun roti sajian di atas meja yang tahir, dan mengatur kandil emas dengan pelita-pelitanya untuk dinyalakan setiap petang, karena kamilah yang memelihara kewajiban kami terhadap TUHAN, Allah kami, tetapi kamulah yang meninggalkan-Nya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.