Sabtu, 23 Desember 2017
Bacaan
Alkitab: 2 Tawarikh 13:8-11
Bukankah kamu telah menyingkirkan imam-imam TUHAN, anak-anak Harun itu, dan
orang-orang Lewi, lalu mengangkat imam-imam menurut kebiasaan bangsa-bangsa
negeri-negeri lain, sehingga setiap orang yang datang untuk ditahbiskan dengan
seekor lembu jantan muda dan tujuh ekor domba jantan, dijadikan imam untuk
sesuatu yang bukan Allah. (2 Taw 13:9)
Mudahnya Menjadi Seorang Imam
Konteks ayat bacaan kita hari ini
adalah ketika kerajaan Israel (atau Israel Utara) hendak berperang melawan kerajaan
Yehuda. Secara jumlah, tentara Israel jauh lebih banyak daripada tentara
Yehuda, karena kerajaan Israel terdiri dari 10 suku dibandingkan kerajaan
Yehuda yang terdiri dari 2 suku saja. Oleh karena itu, raja Abia berkata kepada
segenap rakyat Israel yang hendak memerangi rakyat Yehuda supaya mereka
mengurungkan niat mereka tersebut.
Tentu rakyat Israel (dan juga raja
Israel) menyangka bahwa mereka dapat mempertahankan diri terhadap kerajaaN
Tuhan yang dipegang oleh keturunan Daud (ay. 8a). Rakyat Israel berpikir bahwa
jumlah mereka lebih banyak, mereka juga memiliki allah berupa anak lembu emas dibandingkan
dengan Allah bangsa Yehuda yang tidak kelihatan (ay. 8b). Secara perhitungan manusiawi,
kerajaan Israel tentu unggul atas kerajaan Yehuda dari segala sisi.
Namun demikian raja Abia sebagai raja
Yehuda tahu posisi kerajaan Yehuda yang lebih unggul. Mereka memang secara
perhitungan manusia tidak unggul, akan tetapi secara rohani mereka jauh lebih
unggul. Raja Abia menyerukan dosa kerajaan Israel yaitu ketika raja Yerobeam
menyingkirkan imam-imam Tuhan (yaitu anak-anak Harun) dan orang-orang Lewi (ay.
9a). Menyambung renungan saya di hari sebelumnya, hal ini disebabkan raja
Yerobeam membuat patung anak lembu emas sebagai allah bangsa Israel. Oleh
karena itu, para imam dan orang Lewi yang benar dihadapkan pada posisi sulit:
menyangkal iman mereka dan tetap memegang jabatan imam atau tetap pada iman
yang benar dengan risiko diusir dari kerajaan Israel.
Kita memang tidak tahu berapa persen
imam dan orang Lewi yang memilih untuk pergi dan berapa persen yang memilih
untuk tetap tinggal di Israel . Namun demikian, saya rasa jumlah imam dan orang
Lewi yang memutuskan untuk pergi cukup banyak. Hal tersebut karena dikatakan
bahwa raja Yerobeam mengangkat imam-imam dari suku-suku lainnya dan bahkan
mempermudah syarat untuk menjadi imam. Disebutkan bahwa setiap orang yang
datang dengan membawa seekor lembu jantan muda dan tujuh ekor domba jantan,
dapat dijadikan imam di kerajaan Israel (ay. 9b).
Harga seekor lembu atau sapi saat
tulisan ini dimuat berkisar antara Rp15 juta hingga Rp25 juta tergantung
ukuran. Harga seekor domba atau kambing jantan biasanya sekitar Rp2 juta sampai
Rp3 juta tergantung ukurannya. Sejak zaman Perjanjian Lama, perhitungan hewan
korban sudah ditetapkan bahwa 7 domba sama dengan 1 lembu. Jadi ini bukanlah
suatu ajaran yang baru tetapi berasal dari tradisi di bangsa Israel sekitar
3.000 tahun yang lalu. Jadi, orang yang memiliki uang kira-kira sebanyak Rp30
juta hingga Rp50 juta sudah dapat menjadi imam.
Di sini bukan masalah besar uangnya
yang berbahaya, tetapi cara menjadi imam yang sangat berbahaya. Pada masa itu,
seleksi untuk menjadi imam dibuka seluas-luasnya dengan syarat hanya membawa
lembu atau domba. Bisa dibayangkan betapa merosotnya kualitas dan kualifikasi
imam saat itu. Yang lebih berbahayanya, jika syarat menjadi imam adalah dengan
membawa ternak dengan nominal tertentu, maka akan ada orang-orang yang
berambisi menjadi imam lalu menyetor sejumlah ternak atau uang, dengan harapan
mereka akan memperoleh keuntungan finansial dari jabatannya sebagai imam. Tidak
heran bahwa imam-imam di kerajaan Israel Utara begitu buruknya sehingga banyak
muncul nabi-nabi palsu dan penyesatan di sana. Imam-imam di sana tidak berani menyuarakan
kebenaran sesuai hukum Taurat karena ada kepentingan pribadi yang bermain di
sana, yaitu tentu saja uang.
Hal tersebut berbeda dengan para imam di kerajaan Yehuda (khususnya di masa
raja Abia dan raja-raja yang benar lainnya), dimana mereka tidak pernah
meninggalkan Tuhan. Anak-anak Harun bertindak melayani Tuhan sebagai imam dan
orang-orang Lewi menunaikan tugas mereka sebagaimana yang diatur dalam hukum Taurat
(ay. 10-11). Dalam Hukum Taurat jelas ditulis bahwa hanya orang Lewi yang
berhak bertindak sebagai imam bagi bangsa Israel, sehingga tidak perlu ada jual
beli jabatan imam, apalagi jika hanya dihargai seharga sekian ekor domba saja.
Jika jabatan imam (atau dalam konteks sekarang adalah para pelayan Tuhan)
bisa diperjualbelikan, maka pasti hal tersebut merusak tatanan yang benar. Imam
menjadi suatu profesi yang gampangan, dan tentu orientasinya adalah pada uang
dan kekayaan dunia semata. Imam berlomba-lomba mencari pengikut yang mau
mengikut dan memberi dukungan dana kepada dirinya. Tentu cara mencari pengikut
ini adalah dengan khotbah-khotbah yang sensasional dan menarik telinga, sehingga
banyak orang terpikat. Lambat laun akan terbangun suatu penyesatan yang sistematis
untuk mempertahankan status imam-imam tersebut. Tidak heran pada akhirnya
sejarah memang membuktikan bahwa kualitas rohani kerajaan Israel Utara jauh
lebih rendah dari kerajaan Yehuda, sehingga mereka harus takluk dari kerajaan
Asyur dan dibuang bahkan sampai sekarang mereka sudah bercampur baur dengan
bangsa-bangsa lainnya dan kehilangan jejak silsilahnya.
Saya tidak menampik bahwa ada masanya gereja Tuhan membutuhkan para pelayan
Tuhan dalam jumlah besar sehingga seakan-akan pintu kesempatan dibuka
selebar-lebarnya sehingga setiap orang dapat lebih mudah menjadi pelayan yang
disahkan oleh gereja atau sinode. Namun demikian, tetap harus ada proses
pengendalian kualitas para pelayan Tuhan, khususnya mereka yang mengambil
bagian dalam pelayanan di gereja. Kita tidak bisa membiarkan sembarang orang
terlibat pelayanan di gereja, apalagi mereka yang belum teruji pertobatannya. Itulah
sebabnya Rasul Paulus saja menulis syarat-syarat tertentu untuk menjadi seorang
penilik jemaat atau penatua, misalnya harus memiliki nama baik di luar jemaat.
Hal ini tentu bukan untuk mempersulit seseorang menjadi pelayan Tuhan, tetapi
untuk menjaga mutu pelayan Tuhan supaya tetap sesuai dengan standar yang
seharusnya. Jika kualitas orang-orang yang menjadi pelayan di gereja begitu
jelek di pandangan orang luar (karena siapa saja bisa ditunjuk melayani),
bagaimana gereja bisa menjadi saksi di lingkungan sekitarnya? Mereka yang di
luar gereja akan berkata: “Kalau pelayan di gereja tersebut seburuk itu,
bagaimana dengan jemaatnya?”. Jangan pernah mengorbankan kualitas pelayan di
gereja dengan untuk mengejar kuantitas pelayanan.
Bacaan
Alkitab: 2 Tawarikh 13:8-11
13:8 Tentu kamu menyangka, bahwa kamu dapat mempertahankan diri terhadap
kerajaan TUHAN, yang dipegang keturunan Daud, karena jumlah kamu besar dan
karena pada kamu ada anak lembu emas yang dibuat Yerobeam untuk kamu menjadi
allah.
13:9 Bukankah kamu telah menyingkirkan imam-imam TUHAN, anak-anak Harun
itu, dan orang-orang Lewi, lalu mengangkat imam-imam menurut kebiasaan
bangsa-bangsa negeri-negeri lain, sehingga setiap orang yang datang untuk
ditahbiskan dengan seekor lembu jantan muda dan tujuh ekor domba jantan,
dijadikan imam untuk sesuatu yang bukan Allah.
13:10 Tetapi kami ini, TUHANlah Allah kami, dan kami tidak
meninggalkan-Nya. Dan anak-anak Harunlah yang melayani TUHAN sebagai imam,
sedang orang Lewi menunaikan tugasnya,
13:11 yakni setiap pagi dan setiap petang mereka membakar bagi TUHAN korban
bakaran dan ukupan dari wangi-wangian, menyusun roti sajian di atas meja yang
tahir, dan mengatur kandil emas dengan pelita-pelitanya untuk dinyalakan setiap
petang, karena kamilah yang memelihara kewajiban kami terhadap TUHAN, Allah
kami, tetapi kamulah yang meninggalkan-Nya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.