Rabu, 6 Desember 2017
Bacaan
Alkitab: Yesaya 66:1-4
Orang menyembelih lembu jantan, namun membunuh manusia juga, orang
mengorbankan domba, namun mematahkan batang leher anjing, orang mempersembahkan
korban sajian, namun mempersembahkan darah babi, orang mempersembahkan
kemenyan, namun memuja berhala juga. Karena itu: sama seperti mereka lebih
menyukai jalan mereka sendiri, dan jiwanya menghendaki dewa kejijikan mereka.
(Yes 66:3)
Anjing dan Babi dalam Alkitab (35): Anjing dan Babi dalam
Satu Ayat
Seingat saya, sudah beberapa kali ayat
ini saya bahas dalam renungan saya. Tentu konsekuensinya adalah adanya beberapa
hal yang berulang dari renungan-renungan sebelumnya yang menggunakan ayat yang
sama. Namun demikian, mengingat kita sedang membahas mengenai anjing dan babi
dalam Alkitab, maka tentu penekanannya ada pada pembahasan terhadap kedua kata
tersebut.
Ayat bacaan kita hari ini diawali
dengan pernyataan firman Tuhan kepada bangsa Israel dengan suatu fakta, bahwa
langit adalah tahta Tuhan dan bumi adalah tumpuan kaki-Nya (ay. 1a). Tentu ini
bukanlah gambaran secara harafiah tetapi gambaran figuratif. Kalimat tersebut
digunakan untuk menunjukkan betapa besar Tuhan Semesta Alam yang memerintah
atas alam semesta ini. Di hadapan Tuhan, bumi hanyalah titik kecil di dalam
alam semesta ini, apalagi manusia yang ada di dalam bumi ini.
Ada suatu pmahaman yang keliru oleh
bangsa Israel dimana mereka merasa bahwa ketika rumah Tuhan (Bait Allah/Bait
Suci) dibangun di kota Yerusalem, maka di situlah Tuhan hadir. Ibaratnya, Tuhan
seakan-akan “dikurung” dalam rumah itu dan “dipaksa” untuk memberkati bangsa
Israel secara jasmani semata. Diharapkan jika Bait Allah dibangun maka mereka
mendapatkan legitimasi sebagai umat Tuhan yang akan dilindungi Tuhan dan
diberkati Tuhan. Ketika mereka berperang maka mereka pasti menang, ketika
mereka menanam maka hasil panen akan berlimpah-limpah, dan lain sebagainya.
Orientasi bangsa Israel semata-mata hanyalah pada hal-hal jasmani atau duniawi
semata.
Oleh karena itu Tuhan hendak meluruskan
hati mereka. Jika mereka mau membangun rumah Tuhan, rumah macam apakah yang
akan mereka dirikan, dan tempat macam apa yang membuat Tuhan mau berhenti di
sana (ay. 1b). Dalam hal ini Tuhan hendak membukakan mata rohani mereka bahwa
bagunan Bait Suci semegah apapun sesungguhnya tidak layak menjadi tempat
perhentian Tuhan Semesta Alam yang begitu mulia dan besar. Tuhan adalah Tuhan yang
menciptakan segala sesuatu termasuk diri kita dan seluruh manusia (ay. 2a). Di
situ terkadang banyak orang tidak memperlakukan Tuhan sebagaimana mestinya,
bahkan termasuk umat pilihan Tuhan sendiri yaitu bangsa Israel.
Salah satu keprihatinan Tuhan adalah
ketika umat pilihan Tuhan tidak memiliki karakter seperti Tuhan. Seharusnya
umat pilihan Tuhan memiliki karakter yang sama seperti Tuhan, bahkan memiliki
hati yang sama seperti Tuhan. Itulah sebabnya Tuhan berfirman bahwa Ia memandang
kepada orang-orang yang tertindas dan patah semangat, serta yang gentar kepada
firman Tuhan (ay. 2b). Kenyataannya, kelakuan orang Israel justru berlawanan
dengan isi hati Tuhan. Mereka bertindak semena-mena kepada orang lain, bahkan
kepada sesama mereka. Mereka menindas orang-orang miskin dan berlaku sesuka
hati mereka. Mereka tidak pernah mau mendengarkan firman Tuhan bahkan
mengabaikan dan menganggap sepele firman Tuhan tersebut.
Hal ini ditunjukkan dengan sikap
dualisme bangsa Israel yang memalukan dan melecehkan Tuhan. Jika Tuhan yang
mereka sembah adalah Tuhan yang suci, maka sebenarnya bangsa Israel sebagai
umat pilihan Tuhan juga harus berlaku suci. Jika Tuhan mereka adalah Tuhan yang
setia dan adil, maka mereka sebenarnya juga harus berlaku setia dan adil. Namun
demikian, kelakuan mereka sama sekali tidak mencerminkan kualitas sebagai umat
pilihan Tuhan, bahkan justru mempermalukan nama Tuhan di antara bangsa-bangsa
lainnya.
Ya, bagaimana tidak, dalam hal
menjalankan ibadah sesuai dengan hukum Taurat, bangsa Israel nyaris tak
bercela. Mereka menyembelih lembu jantan (sebagai korban bagi Tuhan), mereka
mengorbankan domba, mempersembahkan korban sajian, serta mempersembahkan
kemenyan (ukupan yang berbau harum) di hadapan Tuhan. Ini adalah
praktik-praktik ibadah Yahudi yang diatur di dalam hukum Taurat. Dalam hal ini
tindakan mereka sesuai dengan apa yang diperintahkan di dalam firman Tuhan.
Tetapi ibadah bukanlah sebagian hidup
tetapi seluruh hidup sebagai satu kesatuan. Orang tidak dapat dipandang
beribadah kepada Tuhan jika pada hanya pada hari minggu ia pergi ke gereja,
memberikan persembahan, memberikan persepuluhan, menyanyi lagu pujian, bahkan
terlibat dalam pelayanan di gereja, namun pada hari-hari lain ia tidak hidup
menurut firman Tuhan. Dan inilah yang terjadi di dalam kehidupan bangsa Israel
pada waktu itu. Walaupun mereka menjalankan ibadah mereka secara lahiriah
dengan sempurna sesuai dengan tuntutan hukum Taurat, pada kenyataannya
kehidupan mereka di luar waktu-waktu ibadah tersebut adalah kehidupan yang
penuh dosa dan kenajisan.
Yesaya menulis bahwa sekalipun mereka
beribadah dan mempersembahkan korban, ternyata mereka juga membunuh manusia,
mematahkan batang leher anjing, mempersembahkan darah babi, dan juga memuja
berhala (ay. 3a). Perhatikan bahwa ibadah lahiriah mereka tetap berjalan
seperti biasa, tetapi kelakuan mereka yang najis juga tetap berjalan seperti
biasa. Penggunaan kata anjing dan babi dalam satu ayat yang sama menunjukkan
bahwa praktik kenajisan bangsa Israel sudah berada di taraf yang
mengkhawatirkan. Dalam ayat-ayat sebelumnya (dan juga sesudahnya), kata anjing
dan babi selalu ada di ayat yang terpisah. Hanya 3 kali kata anjing dan babi
terdapat dalam 1 ayat yang sama, dan menurut pendapat saya pribadi, kebenaran
dalam ketiga ayat tersebut benar-benar luar biasa.
Kembali kepada kehidupan bangsa Israel
pada waktu itu, Mereka menganggap bahwa ibadah ibarat hal-hal positif yang akan
mengurangi dosa sebagai hal-hal yang negatif. Jadi ibadah bisa menyeimbangkan
dosa yang mereka lakukan, ibarat sebuah neraca atau timbangan. Mereka berpikir
bahwa tidak masalah jika hidup mereka masih najis, yang penting mereka datang
ke rumah Tuhan untuk mempersembahkan korban yang akan menghapus dosa. Maka
dengan demikian, dosa-dosanya pasti akan diampuni.
Ini adalah pelecehan terhadap status
rumah Tuhan, yang pada waktu itu digambarkan dengan Bait Suci/Bait Allah. Rumah
Tuhan hanya dijadikan sebagai suatu tempat atau suatu simbol dimana Allah bisa
disenangkan dengan liturgi dan korban-korban tanpa adanya pertobatan di dalam
hati. Rumah Tuhan dijadikan tempat melegitimasi dosa-dosa yang dilakukan oleh bangsa
Israel sepanjang mereka mau membayar “denda” berupa membawa persembahan maupun
membawa korban bakaran. Tetapi sistem
seperti ini tidak akan membangun kualitas manusia yang berakhlak mulia, namun justru
akan merusak karena mereka akan berpikir bahwa semua masalah dan semua dosa
bisa diselesaikan dengan uang. Asal membawa uang ke rumah Tuhan maka mereka
bisa mendapatkan pembersihan dari dosa-dosa mereka, supaya mereka bisa berbuat
dosa lagi di hari-hari selanjutnya.
Hal tersebut sebenarnya bukanlah apa
yang diajarkan oleh Tuhan dalam firman-Nya. Ini berarti bahwa bangsa Israel
sebenarnya sedang berjalan di jalan mereka sendiri, karena mereka tidak mau
hidup menurut jalan yang diajarkan oleh Tuhan (ay. 3b). Mereka lebih suka
memuaskan hawa nafsu mereka sendiri tanpa mau menyangkal diri untuk mengikuti
jalan Tuhan. Yesaya menulis bahwa keadaan bangsa Israel pada waktu itu adalah
ibarat orang-orang yang jiwanya sudah menghendaki dewa kejijikan mereka sendiri
(ay. 3c).
Oleh karena itu, pada akhirnya mereka
pasti menuai ap ayang mereka telah tabur. Jika selama ini mereka tidak mau
menjawab ketika Tuhan memanggil, tidak mau mendengarkan ketika Tuhan berbicara,
dan melakukan apa yang jahat di mata Tuhan dan menyukai apa yang Tuhan tidak kehendaki,
maka Tuhan akan meninggalkan mereka (ay. 4c). Tuhan akan menyerahkan mereka kepada
bangsa-bangsa lain dan membiarkan mereka diperlakukan dengan sewenang-wenang
(ay. 4a). Bahkan apa yang mereka takutkan justru itulah yang akan terjadi (ay.
4b).
Sebenarnya hal apa yang paling ditakuti
oleh bangsa Israel? Sebagai umat pilihan Tuhan di Perjanjian Lama, bangsa
Israel adalah bangsa yang sangat tinggi hati. Mereka sangat bangga dengan
status sebagai umat pilihan Tuhan tersebut sehingga adalah suatu kehinaan jika
mereka sampai kalah oleh bangsa-bangsa lain. Sayangnya ketakutan tersebut tidak
membuat bangsa Israel berjuang untuk hidup benar dan berkenan di hadapan Tuhan.
Mereka justru hidup dengan sembrono karena berpikir bahwa sekali dipilih
menjadi umat Tuhan, maka pasti seterusnya mereka akan dilindungi dan diberkati
Tuhan. Mereka tidak sadar bahwa pemilihan Tuhan atas diri mereka membawa suatu
konsekuensi yang berat, dimana mereka harus dapat mencapai standar umat Tuhan
yang benar.
Ironisnya, kesalahan yang dilakukan
oleh bangsa Israel pada waktu itu nyaris terulang dengan cara yang sama oleh
orang-orang Kristen dewasa ini. Banyak orang Kristen diajarkan bahwa mereka
adalah umat pilihan Tuhan yang berhak mengklaim janji-janji Tuhan, pasti
dilindungi Tuhan, pasti diberkati Tuhan dengan berlipat-lipat, dan lain
sebagainya. Mereka diajarkan bahwa untuk dapat meraih janji-janji Tuhan
tersebut maka mereka harus datang beribadah ke gereja, membawa persembahan ke
gereja, bahkan mengambil bagian dalam pelayanan di gereja. Sangat jarang ada
khotbah yang menyuarakan bagaimana umat Tuhan harus hidup dalam kesucian,
keadilan, kasih, dan kebenaran sebagaimana Tuhan adalah Maha Suci, Maha Adil, Maha
Kasih, dan Maha Benar.
Akibatnya, sebagian orang Kristen hari
ini juga masih hidup dalam dualisme. Pada hari Minggu mereka pergi ke gereja,
beribadah, menyanyikan lagu pujian, mendengar khotbah, dan memberi persembahan
kepada gereja, tetapi mereka di hari-hari lain mereka tetap hidup dalam dosa
korupsi, perzinahan, menipu, dan lain sebagainya. Ingatlah bahwa Tuhan kita
menuntut kita sebagai umat-Nya untuk juga memiliki karakter seperti diri-Nya. Jangan
ulangi kesalahan bangsa Israel yang membawa korban kudus ke rumah Tuhan tetapi
di rumah mereka mematahkan leher anjing dan mempersembahkan darah babi. Adalah
suatu penghinaan jika di gereja orang seakan-akan kudus tetapi di luar gereja
mereka tetap najis seperti anjing dan babi. Ingat bahwa Tuhan tidak akan
membiarkan dirinya dipermainkan oleh orang fasik. Tuhan tidak akan menolerir
siapapun yang mengaku sebagai umat-Nya tetapi tidak hidup menurut jalan-Nya.
Bacaan
Alkitab: Yesaya 66:1-4
66:1 Beginilah firman TUHAN: Langit adalah takhta-Ku dan bumi adalah
tumpuan kaki-Ku; rumah apakah yang akan kamu dirikan bagi-Ku, dan tempat apakah
yang akan menjadi perhentian-Ku?
66:2 Bukankah tangan-Ku yang membuat semuanya ini, sehingga semuanya ini
terjadi? demikianlah firman TUHAN. Tetapi kepada orang inilah Aku memandang:
kepada orang yang tertindas dan patah semangatnya dan yang gentar kepada
firman-Ku.
66:3 Orang menyembelih lembu jantan, namun membunuh manusia juga, orang
mengorbankan domba, namun mematahkan batang leher anjing, orang mempersembahkan
korban sajian, namun mempersembahkan darah babi, orang mempersembahkan
kemenyan, namun memuja berhala juga. Karena itu: sama seperti mereka lebih
menyukai jalan mereka sendiri, dan jiwanya menghendaki dewa kejijikan mereka,
66:4 demikianlah Aku lebih menyukai memperlakukan mereka dengan
sewenang-wenang dan mendatangkan kepada mereka apa yang ditakutkan mereka; oleh
karena apabila Aku memanggil, tidak ada yang menjawab, apabila Aku berbicara,
mereka tidak mendengarkan, tetapi mereka melakukan yang jahat di mata-Ku dan
lebih menyukai apa yang tidak Kukehendaki.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.