Rabu, 13 Desember 2017

Anjing dan Babi dalam Alkitab (42): Yesus Berkata “Anjing” kepada Perempuan Kanaan?



Rabu, 13 Desember 2017
Bacaan Alkitab: Matius 15:21-28
Tetapi Yesus menjawab: "Tidak patut mengambil roti yang disediakan bagi anak-anak dan melemparkannya kepada anjing." (Mat 15:26)


Anjing dan Babi dalam Alkitab (42): Yesus Berkata “Anjing” kepada Perempuan Kanaan?


Perikop ini adalah salah satu perikop yang sering digunakan untuk menyerang Tuhan kita yang mulia, yaitu Tuhan Yesus Kristus. Mereka yang menyerang Tuhan Yesus menggunakan ayat ini untuk menunjukkan betapa Tuhan Yesus sangat kasar kepada perempuan yang meminta kesembuhan atas anaknya. Bahkan dikesankan Tuhan Yesus adalah Tuhan yang kasar karena menyamakan perempuan Kanaan tersebut sebagai anjing. Di sisi lain, orang Kristen berusaha membela Tuhan dengan mengatakan bahwa Tuhan Yesus sedang menguji perempuan Kanaan tersebut, apakah ia tetap mau datang kepada Tuhan Yesus walaupun telah ditolak dengan kasar sekalipun.

Dahulu saya juga sempat berpikir seperti itu. Bahkan mungkin pernah menulis renungan dengan ayat dari perikop tersebut. Namun seiring perjalanan waktu dimana saya semakin belajar kebenaran, maka saya menemukan bahwa saya juga salah menangkap maksud Tuhan sebagaimana yang tertulis dalam perikop ini. Ternyata kata anjing yang digunakan di dalam Alkitab kita sebenarnya memilki terjemahan yang kurang tepat.

Untuk lebih memahaminya, mari kita baca ayat demi ayat. Kita juga dapat membandingkan perikop tersebut dengan ayat paralel di kitab Markus (Mrk 7:24-30). Peristiwa tersebut terjadi ketika Tuhan Yesus pergi ke daerah Tirus dan Sidon (ay. 21). Kemudian ada seorang perempuan Kanaan dari daerah itu yang datang kepada Tuhan dan berseru kepadanya: “Kasihanilah aku, ya Tuhan, Anak Daud, karena anakku perempuan kerasukan setan dan sangat menderita” (ay. 22). Di ayat paralel disebutkan bahwa perempuan tersebut adalah perempuan Siro-Fenisia (Mrk 7:26). Kata Siro-Fenisia merupakan gabungan dari kata Siria dan Fenisia, yang merupakan dua wilayah jajahan Romawi di dekat Galilea. Perempuan tersebut bukanlah perempuan Israel/Yahudi. Akan tetapi ia sungguh-sungguh percaya kepada Tuhan Yesus hingga meminta Tuhan Yesus untuk menyembuhkan anaknya.

Tetapi Alkitab menulis bahwa Tuhan Yesus sama sekali tidak menjawabnya. Perempuan itu diacuhkan oleh Tuhan Yesus. Murid-murid Tuhan Yesus pun bahkan merasa terganggu karena ia memohon hingga berteriak-teriak. Kebanyakan orang membaca ayat ini dalam Alkitab terjemahan bahasa Indonesia akan berpikir bahwa perempuan tersebut berteriak-teriak seperti orang yang ingin segera dijawab doanya. Oleh karena itu ada beberapa pengajaran di sejumlah gereja yang mengajarkan bahwa orang Kristen harus berdoa dengan berteriak-teriak supaya didengar oleh Tuhan. Sebetulnya kata yang digunakan di sini adalah κράζω (krazó) yang selain dapat diartikan sebagai to shriek (menjerit/berteriak) juga dapat berarti to cry out (menangis dengan suara keras), bahkan penjelasan kata krazó untuk ayat tersebut diartikan sebagai to cry after one, to follow him up with outcries (menangis terus menerus, mengikuti dengan tangisan).

Oleh karena itu, sebenarnya belum tentu perempuan Kanaan tersebut berteriak-teriak dengan suara yang kencang kepada Tuhan Yesus yang menunjukkan ketidaksopanan. Namun sangat mungkin perempuan Kanaan itu menangis dengan tangisan yang kencang sehingga murid-murid merasa terganggu. Tuhan Yesus pun berkata kepada perempuan tersebut bahwa Ia diutus hanya kepada domba-domba yang hilang dari umat Israel (ay. 24). Tetapi perempuan itu tidak patah semangat. Ia kemudian mendekat dan menyembah Dia sambil  berkata: “Tuhan, tolonglah aku” (ay. 25). Dalam ayat paralel,  Markus menulis bagaimana perempuan tersebut tersungkur di depan kaki-Nya untuk memohon kepada Tuhan Yesus (Mrk 7:25).

Di sini perempuan itu sudah merendahkan diri di hadapan Tuhan Yesus. Ia mungkin tidak akan datang kepada Tuhan Yesus jika anaknya tidak sakit dan menderita. Ia hanya memiliki satu kerinduan yaitu supaya anaknya sembuh. Perempuan tersebut tentu berharap ketika ia merendahkan diri dengan tersungkur di kaki Tuhan Yesus dan menyembah-Nya, maka Tuhan akan mengabulkan permintaannya. Namun demikian, Tuhan Yesus justru berkata kepada perempuan tersebut: “Tidak patut mengambil roti yang disediakan bagi anak-anak dan melemparkannya kepada anjing” (ay. 26).

Sekilas perkataan Tuhan Yesus tersebut terdengar sangat kasar. Ya, siapa sih orang yang berkata kepada orang lain dengan kata-kata “anjing”? Apalagi itu keluar dari mulut Yesus, pribadi yang sudah memberitakan kerajaan surga kepada orang banyak? Jangankan keluar dari mulut Tuhan Yesus, jika kata “anjing” tersebut keluar dari mulut pendeta di atas mimbar saja, bukankah itu sudah merupakan ucapan yang kurang ajar?

Tetapi menarik melihat bahasa asli yaitu bahasa Yunani dari ayat tersebut. Kata anjiing dalam bahasa Yunani adalah κύων (kuón) yang secara harafiah berarti anjing dewasa, atau juga dapat berarti anjiing liar tetapi dalam konteks peristiwa ini (yaitu peristiwa dengan perempuan Kanaan/Siro-Fenisia ini), Tuhan Yesus menggunakan kata κυνάριον (kunarion) yang dapat diartikan sebagai anjing kecil, anak anjing, atau anjing rumahan. Jelas kata kunarion berbeda dengan kata kuón.

Dalam hal ini Tuhan Yesus sangat cerdas. Ia tahu bahwa Ia berhadapan dengan perempuan Kanaan atau Siro-Fenisia yang adalah bangsa non Yahudi. Di mata murid-murid-Nya yang adalah orang Yahudi, tentu mereka tahu bahwa bangsa di luar Yahudi sering dipandang sebagai bangsa yang najis, bahkan wajar dianggap sebagai anjing. Namun demikian Tuhan tidak menggunakan kata kuón tersebut melainkan menggunakan bentuk yang lebih sopan yaitu kunarion.

Sebenarnya, jika ditinjau dari makna katanya, tentu kunarion sama najisnya dengan kuón. Namun demikian, tentu bahasa kunarion jauh lebih halus kuón. Kunarion dapat diartikan sebagai anjing kecil yang sama dengan anak binatang lainnya, yang tidak bisa mencari makan kecuali menerima makanan yang diberikan oleh induknya atau oleh orang lain. Hal inilah yang ada di balik ucapan perempuan Kanaan tersebut, yaitu “Benar Tuhan, namun anjing itu makan remah-remah yang jatuh dari meja tuannya” (ay. 27). Perempuan tersebut tidak membalas Tuhan Yesus karena ia menyadari bahwa di pandangan bangsa Yahudi, ia memang adalah bangsa kafir, yang mungkin bisa disejajarkan dengan anjing. Jadi ketika Tuhan Yesus menggunakan kata kunarion kepada perempuan Kanaan tersebut, ia menjawab dengan kalimat “Benar Tuhan” dan mengakui hikmat Tuhan dalam hal ini.

Perempuan Kanaan tersebut tidak segera terpancing untuk naik pitam dan berkata: “Kok Tuhan menjawab begitu?”, “Kok Tuhan tidak adil sih sama saya?” atau “Kok Tuhan nggak segera menjawab saya?”. Ia sadar bahwa Yesus adalah Tuhan dan tentu jawaban-Nya tidak selalu langsung to the point. Terkadang hal ini sering terlupakan oleh orang Kristen kebanyakan, yang selalu meminta Tuhan untuk segera mendengar dan segera menjawab doa. Lebih parah lagi, ada orang Kristen yang berpandangan bahwa jawaban Tuhan itu selalu “ya” untuk setiap doa, dengan didukung oleh ayat-ayat tertentu yang sebenarnya ditafsirkan di luar konteksnya.

Akan tetapi tidak demikian dengan perempuan Kanaan ini. Ia percaya bahwa ketika Tuhan sepertinya “mengulur-ulur waktu” atau seakan-akan “berputar-putar”, itu tanda bahwa mujizat akan segera datang. Oleh karena itu perempuan Kanaan tersebut sama sekali tidak keberatan dipanggil dengan kata kunarion tersebut. Ia mungkin berpikir positif bahwa kata kunarion juga bisa bermakna anjing kecil/anak anjing yang memang belum bisa mencari makan sendiri dan hanya dapat mengandalkan makanan dari induknya atau dari orang lain yang berbelas kasihan kepadanya. Oleh karena itu kalimat kedua dari jawaban perempuan Kanaan tersebut sungguh luar biasa: “Anak anjing (kunarion) itu makan remah-remah yang jatuh dari meja tuannya”.

Kalimat tersebut menunjukkan pengharapan yang besar oleh perempuan Kanaan itu. Kalau saya boleh gunakan istilah yang lebih vulgar lagi: Perempuan Kanaan itu menaruh pengharapan satu-satunya hanya kepada Tuhan Yesus. Ia tidak meminta kepada murid-murid-Nya tetapi langsung berlari menuju Tuhan Yesus dan meminta-Nya untuk menyembuhkan anaknya. Itulah sebabnya Tuhan Yesus berkata kepada perempuan itu bahwa imannya sungguh amat besar (ay. 28a). Maka Tuhan Yesus menjawab: “Jadilah kepadamu seperti yang kaukehendaki”, dan seketika itu juga anaknya sembuh (ay. 28b).

Jadi kita dapat melihat bahwa Tuhan Yesus tidak dapat dikatakan berkata kasar kepada perempuan Kanaan itu. Ia tidak menggunakan kata kuón tetapi menggunakan kata kunarion. Bahkan dalam Alkitab Perjanjian Baru, hanya 4 kali kata kunarion digunakan, dan semua itu digunakan dalam peristiwa ini (2 kali dalam perikop di Matius 15, dan 2 kali digunakan dalam perikop di Markus 7). Selebihnya, Tuhan Yesus dan penulis kitab Perjanjian Baru lainnya (seperti Paulus dan Petrus) menggunakan kata kuón. Di sini kita dapat menyimpulkan bahwa Tuhan Yesus (termasuk penulis kitab Perjanjian Baru lainnya) tidak pernah menggunakan kata “anjing” apalagi kepada orang-orang yang lemah seperti perempuan Kanaan ini. Bahkan dalam serial renungan di hari-hari yang akan datang kemudian kita akan belajar kepada siapa kata anjing ini pantas untuk ditujukan, supaya kita juga tidak sembarangan mengucapkan kata “anjing” kepada orang lain, karena memang kata “anjing” hanya pantas diucapkan kepada mereka yang berkelakuan seperti anjing.



Bacaan Alkitab: Matius 15:21-28
15:21 Lalu Yesus pergi dari situ dan menyingkir ke daerah Tirus dan Sidon.
15:22 Maka datanglah seorang perempuan Kanaan dari daerah itu dan berseru: "Kasihanilah aku, ya Tuhan, Anak Daud, karena anakku perempuan kerasukan setan dan sangat menderita."
15:23 Tetapi Yesus sama sekali tidak menjawabnya. Lalu murid-murid-Nya datang dan meminta kepada-Nya: "Suruhlah ia pergi, ia mengikuti kita dengan berteriak-teriak."
15:24 Jawab Yesus: "Aku diutus hanya kepada domba-domba yang hilang dari umat Israel."
15:25 Tetapi perempuan itu mendekat dan menyembah Dia sambil berkata: "Tuhan, tolonglah aku."
15:26 Tetapi Yesus menjawab: "Tidak patut mengambil roti yang disediakan bagi anak-anak dan melemparkannya kepada anjing."
15:27 Kata perempuan itu: "Benar Tuhan, namun anjing itu makan remah-remah yang jatuh dari meja tuannya."
15:28 Maka Yesus menjawab dan berkata kepadanya: "Hai ibu, besar imanmu, maka jadilah kepadamu seperti yang kaukehendaki." Dan seketika itu juga anaknya sembuh.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.